Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2: Kumpul

Hari ini, kembali lagi dengan Rachel Tamara, anak Medan yang nyasar ke Yogyakarta. Pagi yang indah, apalagi ada burung-burung yang berkicauan. Langit fajar berwarna ungu ke oranye. Palet indah terlukis di atas.

Cukup mengenai kondisi sekelilingnya. Rachel lagi ngapain sekarang? Dia baru bangun tidur. Rambut panjangnya acak-acakan, gak ada namanya good hair day untuk Rachel. Dengan malas ia berjalan ke arah dapur yang bersatu dengan ruang tengahnya. Helaan napas keluar dari mulutnya.

Jemari membuka kulkas, terlihat makanan cepat saji microwave. Ia mengambil stik daging cepat saji. Menyiapkan stik itu sesuai dengan tata cara memasak yang tertulis di kemasan, ia sudah bisa dibilang pro tentang ini. Rachelpun memasukkan stik itu ke dalam microwave, menekan tombol-tombol.

Lampu microwave menyala, rutinitas Rachel selanjutnya menghidupkan televisi lalu mengambil botol air minum. "Hah..." dia menguap.

Selagi makanan sedang dimasak, ia mengambil hp yang sudah dikantunginya dari tadi. Rachel gak ada kuliah pagi hari ini. Dia kuliah sekitar jam 9 pagi. Apalagi dosen senior juga kadang telat datang. Selagi ia memainkan ponselnya, ia terpana melihat satu notifikasi yang muncul dari sekian banyak notifikasi.

'[Instagram]@Sam___Sam mengikuti Anda.'

"Oh." Rachel langsung membuka instagram. Memang benar, Sam udah ngefollow dia. Eh, tunggu. "Audrey? Ngefollow juga? Tumben."

Rachel nge-like photo-photo Sam dong. Biar eceknya temenan baik. Lagian satu almamater SMA. Rachel berhenti menjelajah instagramnya si Sam hingga berbunyi bel microwave, tanda makanan siap dipanaskan.

Ia berjalan ke microwave, mengambil daging stik tadi. Meletakkan semuanya, gelas dan makanan di atas meja. Belum waktunya untuk duduk, ia berjalan ke arah kamarnya. Rachel mengambil buku notes dan kotak pensilnya.

Setelah ia merasa semua lengkap, Rachel duduk lalu meneguk air mineral tersebut. Rachel membuka buku notes miliknya. Terlihatlah catatan-catatan penting. Tertulis 'Bujo ini milik Rachel Tamara' di halaman depannya.

Bujo? Bujo itu singkatan dari Bullet Journal. Rachel mulai memakai Bujo semenjak ia berniat masuk Universitas yang ia masuki sekarang, alias sejak Rachel masih SMA. Di Bujo miliknya tertulis jadwal-jadwal yang harus ia lakukan dan hal-hal lain.

"...hangout.. bareng cecew? Oh- bukan.." cecew yang Rachel baca tadi maksudnya squad milik Rachel. Belum punya nama resmi jadi gitu namanya. Jarinya menunjuk ke satu baris. "Oh... Kalkulus- astaga."

Rachel memakan sarapannya sambil menandai kegiatannya hari ini. Setelah selesai makan, ia membuang sampah dan membersihkan sendok. Televisi masih menyala untuk membuat Rachel tetap bangun.

Rachel lalu pergi mandi dan pakaian. Ia memainkan ponselnya sekali lagi, mengirim pesan ke grupnya.

'Hari ini kita jalan-jalan kan?'

Lalu pesan lain muncul, membalas pesan dari Rachel. 'Yoi,' balas Yisella.

Rachel mengumpulkan segenap peralatan dan buku yang ia butuhkan untuk matkul hari ini. Jam sudah menunjukkan pukul delapan. Rachel pergi keluar, mengunci pintunya.

Dengan abang gojek, ia berangkat ke kampus. Angin hari ini sedikit sepoi-sepoi. Masih pagi, cuaca cerah bersinar. Bagus untuk kulit kalau kata Wika.

Kebetulan, setelah sampai Rachel langsung jumpa sama Wika. Ehem, siapa Wika? Si unyu yang jenius, terlihat tiga tahun lebih muda dari usia aslinya. "Eh wikaaa~" sahut Rachel yang langsung lari ke arah Wika. Dengan mode pertahan Wika langsung menahan tangan Rachel.

"Eh, tunggu dulu. Apaan?"

"Ajarin kalkulus dong. Kelas kitakan sama."

Wika itu juga pejuang arsitek sama kayak Rachel. Dengan muka memelas milik Rachel, Wika membalas dengan muka jijik.

"Sok unyu... Kalkulus itu gampang loh," bales Wika dengan santainya. Pipinya langsung dicubit sama Rachel, "Ah-Owh, sakit bodo," kernyih Wika.

"Maka ajarin, beb."

"Yaudah, tapi ntar beliin gue roti ya."

Pandangan Rachel terfokus kepada orang lewat. Wika lalu memetik jarinya beberapa kali. "Halo? Rachel? kauuuu disana, mbak?"

"Hah-"

"Liatin apaan sih?"

Wika berbalik mencoba melihat arah pandang Rachel. Namun, sayangnya ia tak melihat apa-apa. "Liat apaan sih Sel?"

"...enggak apa-apa keknya aku salah liat."

Tangan Wika memegang erat lengan Rachel, menatap cewek itu. "Jangan bilang lu ngeliat hantu di siang bolong..."

"Ya kagak lah!" desis Rachel. "Yaudah buruan ke kelas kuy."

Setelah cekcok sedikit sama Wika, mereka berdua akhirnya jalan ke kelas. Ruangan itu ya kek kelas-kelas kampus biasanya. Belum rame banget, tapi sudah mau masuk memang. Rachel seperti biasa duduk di samping Wika.

Intinya Rachel ngejalani keseharian di kampus seperti biasa. Agenda harian Rachel untuk hari ini terisi. Yang tersisa tinggal hangout bareng squad, bersihin kamar mandi, belajar, nonton episode terbaru produceX101, tidur.

Berhubung Wika dan Rachel gak punya SIM, mereka berdua naik mobil abang grab ke resto tempat janjian.

"Wika, udah kabarin yang lain?" tanya Rachel.

Wika menjawab pertanyaan Rachel sambil mengetik, "Mereka udah ngumpul. Kitanya telat."

"Oh yaiya lah, pasti Yisella ada disanakan?"

"Kagak." Wika dan Rachel yang duduk di bangku belakang mobil berdua, saling diam-diam selama sedetik.

"Kok dia belum datang?"

"Mana aku tau, ndok."

Selama dua puluh lima menit berlalu di mobil abang grab, hanya sedikit hal yang mereka bicarakan. Palingan tentang mata kuliah yang Rachel ga ngerti dan cowok yang Janice lagi sukai. Lalu mereka sampai di tujuan dengan selamat dan sentosa.

Restorannya yang tidak berapa ramai pada jam segini. Besar dan sangat nyaman untuk nongkrong. Bangku-bangku yang tersusun rapi diiringi oleh suara bel yang bunyi karena pintu dibuka oleh Wika. Suasananya hangat, ditambah alunan instrumental akustik dari speaker musik milik restoran.

Sekali mata memandang, Wika langsung menemukan dimana squad mereka duduk. Mereka berdua langsung jalan ke arah itu.

"Aaah! Zeyeng zeyengku apa kabar," seru Wika.

"Ih jijiq," balas Ennik.

Dari enam orang di grup mereka, yang hadir cuma lima. Yang duduk disitu cuma ada Ennik, Lia, dan Janice.

"Si Yisella kemana?" tanya Rachel sembari mengambil tempat duduk. Sama halnya dengan Wika yang meletak tasnya di atas meja lalu duduk di samping Lia.

"Itu si Lala, katanya sih sibuk karena tugas dia kemaren belum di kerjain dan deadline-nya besok," balas Lia.

"Udah di telpon?"

"Udah, coba telpon aja lagi kalau mau," jawab Lia lagi.

Rachel lalu mencari kontak Yisella dan menelponnya. Nada deringpun terbunyi, maksudnya panggilannya tersambung. Tak lama tersambung. "Halo?" ujar Rachel.

"HallooOOOoo..." rintih Yisella. Suara Yisella berada di sekitar kebisingian.

"Kau dimana La?"

"Di kampus."

"Masih ada tugas?"

"Iya nih... Ngerjain tugas di studio. Maaf ga bisa ikut ngumpul. Belum siap..."

"Semangat beb!" seru Janice.

"Makasih, bye."

"Bye~!" Seru mereka semua.

Panggilannya berakhir. Rachel dan teman-teman membuka buku daftar menunya. "Mau apa nih?" tanya Ennik.

"Aku mie pangsit ayam jamur, minumnya teh manis dingin aja," ujar Janice.

"Kalo lo?"

"Bakso spesial, milo dingin," ucap Lia.

Lalu Wika yang pesan, "iced lychee tea, sama mie daging lada hitam." Dan terakhir Rachel pesan, "Nasi goreng spesial, sama thai tea."

Ennik manggil mbaknya, terus nyebutin semua pesanannya. Setelah itu, dimulailah percakapan yang orang-orang sebut girly talk.

"Tumben lo pesen mie daging," ucap Lia.

"Suka-suka, laper lagian..." balas Wika yang langsung memainkan hpnya.

Ennik, wanita yang ngomongnya kadang ga bisa dijaga. Dia sering terus terang. Terutama dalam masalah ini. "Jujur aja ya, lo kenapa suka sih sama Jun?" Ennik langsung buka cerita.

"Iya, Kenapa gitu? Kan dia badannya ga seksi," ucap Wika. Lia langsung nepuk tangan Wika.

"Gasopan," komen Lia.

"Ya kan- dia pinter. Kan cocok sama gue, pinter gambar. Anak fk juga dan seuniv sama kita." komen Janice membela diri.

"Lu tau dari mana?" tanya Rachel.

"Hah, ada temen aku, kalian ga kenal. Aku kenal dia, dan-"

"Udah temenan di whatsapp?" Ennik memotong cerita Janice.

Janice mengangguk. "EH- Astaga- ya tuhan." Janice langsung genggam tangan Ennik dan Rachel yang duduk di sebelahnya. Mata Janice terpaku ke arah pintu masuk.

"Kena...pa?" Rachel juga terdiam ketika ikutan melihat ke arah pintu masuk.

"Itu Jun?"

Tbc ▪

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro