6: Something About Her
Hehe. Apdet lagi. Ada yang nunggu?
-
Yoora terbangun dengan sesuatu yang mengejutkan pagi ini: sebuah garis hitam yang menjalar dari ujung telunjuk sampai ke telapak tangannya, seperti berusaha membelah tangan kanannya menjadi dua.
Awalnya dia pikir garis itu hanya sekadar noda biasanya yang bisa dihilangkan dengan air. Sayangnya dia sudah membasuh tangannya berkali-kali namun garis itu tak kunjung hilang. Rasanya memang tidak sakit, tapi Yoora merasa sedikit cemas.
Dari mana asal garis ini? Kok bisa sepanjang ini?
Merasa butuh sedikit bantuan, Yoora berniat untuk menanyakan hal itu pada Seryu. Mungkin saja Seryu tahu, atau barangkali ini hanya sebuah tanda biasa setelah berkunjung dari Pasar Kelam. Hanya saja, ketika Yoora ke ruang tengah untuk mencari Seryu, ternyata Seryu sudah disibukkan dengan keterkejutan yang lain.
Ternyata ada hal lain lagi yang mengejutkan. Dan kali ini Jungkook lah penyebabnya. Laki-laki itu duduk di sofa bertelanjang dada, sementara Seryu sibuk membuka lilitan perban pada lengannya.
"Betul-betul hilang dalam semalam?" tanya Seryu, dan Jungkook mengangguk.
Penasaran, Yoora pun berjalan mendekat ke ruang tengah. Pertanyaannya dengan cepat terjawab begitu melihat tangan Jungkook yang sudah seperti biasanya. Tidak ada lagi warna-warna kemerahan atas bekas-bekas luka bakar yang menempel di sana. Benar-benar mulus, bersih.
"Ramuan Nenek berhasil, ya?" Kali ini Yoora mengeluarkan suara.
Jungkook menoleh, memandangi Yoora seakan eksistensi gadis itu mengusik, namun Yoora sama sekali tak bergerak. Sementara itu Seryu masih di tempatnya, bersimpuh selagi memegangi lengan Jungkook, sesekali terlihat memijat.
"Ramuan kemarin hanya untuk meredakan sensasi panas," Seryu menjawab sambil berdiri, "tapi ini benar-benar sembuh."
"Sudah kubilang, kan? Akan sembuh dalam semalam," timpal Jungkook cepat sembari memutar pergelangan tangan kemudian menjulurkannya ke depan seakan tengah memindai tangannya sendiri.
Seryu langsung berdecak. "Simpan keangkuhanmu itu, Jungkook. Kau tahu normalnya bukan begitu."
Yoora sama sekali tidak mengerti apa yang normal dan apa yang tidak saat ini, jadi dia hanya bisa diam. Baginya yang asing dengan urusan sihir, sudah mendapat kesembuhan saja menjadi hal yang layak disyukuri. Ketimbang mencoba menebak, Yoora memilih untuk menyampaikan masalahnya.
"Omong-omong, ada yang ingin kutanyakan."
Baik Jungkook maupun Seryu menoleh, tanpa bicara meminta Yoora untuk meneruskan. Karenanya Yoora langsung menjulurkan tangan, menunjukkan telapak tangan kanannya.
"Aku tidak tahu kenapa, mungkin salah pegang di pasar kemarin. Ini... tidak akan apa-apa, kan? Aku sudah cuci tangan tapi tidak hilang."
Seryu langsung mendekat, tangannya meraih telapak tangan Yoora dan memandangi garis hitam itu, menggunakan ibu jari untuk mengikuti arahnya.
"Sakit?" tanya Seryu, dan Yoora menggeleng.
Jungkook nampaknya terpancing dan ikut melangkah mendekat, berdiri di belakang Yoora dengan kepala yang agak condong ke depan. "Itu kenapa?"
"Kalau tahu aku tidak akan tanya," balas Yoora, matanya menyipit ke arah laki-laki itu sebelum beralih pada Seryu. "Apa bisa hilang sendiri nanti?"
"Kau pegang sesua..." Seryu seketika diam, memandangi Yoora dengan mata yang lambat laun membelalak. "Kemarin kau sempat bersentuhan dengan Taehyung, bukan?"
"Taehyung?" Kali ini Jungkook yang heran. Dia langsung memandangi Yoora, yang dengan cepat membuat Yoora merasa tengah dihakimi mendadak. "Maksudmu Kim Taehyung... kembarannya Ratu Jihwan?"
Seryu mengangguk. "Aku yakin itu dia. Aromanya tercium."
"Kok kau bisa terlibat dengan Raja Taehyung?" todong Jungkook cepat, membuat Yoora lantas meringis sebal. "Jangan-jangan luka ini juga ulah dia. Tapi untuk apa dia menyembuhkanku? Aku juga tidak merasakan sihir apapun padaku."
Tanpa sempat merespons, Yoora langsung ditarik Jungkook, membuat tubuhnya tersentak. Tak sampai di situ, Yoora mendadak merasa seperti boneka begitu Jungkook tiba-tiba menekankan telapak tangan dengan cahaya kecil pada dahinya.
Yoora lantas mundur begitu merasa jarak Jungkook yang begitu dekat. Rasanya agak aneh. Melihat Jungkook bertelanjang dada, tetapi jelas beda kasusnya jika dia harus melihatnya sedekat ini. Sialnya, Jungkook sama sekali tak memperbolehkannya. Yang ada laki-laki itu justru menarik Yoora lebih dekat dengan satu tangannya lagi.
"Jungkook, kau ini apa-apaan—"
"Diam dulu, aku mencoba mendeteksi sihir Taehyung. Kalau dia memberi pelacak, kita jelas tidak bisa diam."
Aroma citrus terasa lebih menyeruak. Dan sebetulnya ini bukan karena Yoora benci baunya, tapi dia jelas tak begitu menyukai bagaimana tubuh Jungkook seakan menghalangi pandangannya ke arah lain.
Tak ingin memandangi dada bidang itu lebih lama, Yoora memilih untuk memusatkan perhatiannya pada kakinya, menekan segala macam keinginan juga rasa tak nyaman agar bisa fokus hanya pada satu titik.
"Tidak ada," kata Jungkook akhirnya. Tangannya menjauh dari dahi Yoora sementara dia menoleh pada Seryu. "Kau yakin menemui Taehyung?"
"Aku hafal betul aromanya. Hidungku masih ingat aroma sihir tuan-tuanku dulu," jawab Seryu yakin. "Tapi dia memakai baju yang biasa. Aku tidak tahu apa yang dia coba lakukan di Pasar Kelam."
"Kalau begitu sebaiknya kami pergi dari sini." Suara Jungkook terdengar seperti gumaman untuk diri sendiri sebelum dia kembali berbalik pada Yoora, memandangi gadis itu.
"Apa?" Yoora menyalak sebal.
"Bersiap-siaplah, siang nanti kita akan pergi," balas Jungkook. "Lukaku juga sudah sembuh. Kita bisa melanjutkan perjalanan dan mencari perkamen yang asli. Akan lebih baik daripada bersantai di sini."
"Terus ini?" tanya Yoora sambil menunjuk garis hitam di tangannya.
"Kau bilang tidak sakit, kan?" Jungkook mengangkat kedua alisnya. "Aku juga tidak merasa ada sihir apapun dari luka itu. Untuk sekarang abaikan saja, mungkin efek tanaman sihir atau apa."
Di belakang Seryu memanggutkan kepala. "Bisa jadi, beberapa tanaman memang suka mengotori tangan."
"Lagi pula jika itu menyusahkan, itu urusan mudah."
"Kalau begitu bantu aku hilangkan i—"
"Aku bisa memotong tanganmu."
Kontan Yoora berjengit horror, menarik tangan dan menyembunyikannya di balik punggung. "Apa kau sudah gila?"
"Itu cara paling cepat dan rasional dalam menangkal sihir yang aneh-aneh," balas Jungkook santai.
"Sulit dipercaya kalian bekerjasama," komentar Seryu. Awalnya Yoora ingin sekali menolak—tentu saja ini bukan kerjasama mengingat bagaimana cara Jungkook menyihir dan membuat Yoora kehilangan kebebasannya—tetapi sebelum itu Seryu sudah lebih dulu melanjutkan, "Sebelum pergi makanlah dulu. Dan kau, Yoora, ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu. Mungkin itu akan membantumu."
*
Jungkook tahu bahwa dirinya merasa nyaman di kediaman Kang Seryu, hingga saat ini hal tersebut tak kunjung berubah.
Dan itu persisnya alasan kenapa Jungkook tak ingin terlalu lama di sana. Sekalipun dia tidak tahu keajaiban macam apa yang terjadi pada lukanya, setidaknya dia harus bersyukur karena itu karena bisa melanjutkan perjalanan. Terlalu betah dengan rasa nyaman bisa membuat siapa saja lupa diri.
Bersama dengan Yoora juga dua tudung yang didapat dari gudang Seryu, perjalanan pun berlanjut ke Utara dengan bantuan kereta kuda kumuh yang masih punya sisa tempat duduk kosong.
Perkamen yang Jungkook ambil memang palsu, tapi sesuatu yang terkena sihir memiliki jejak, dan jejak itulah yang tengah Jungkook coba ikuti. Dan ketimbang palsu, ada tanda yang tertinggal di dalamnya. Jika ini ulah Jihwan, jelas sekali ingatannya payah sampai harus memberi tanda sihir sejelas ini. Kelihatan ratu itu tidak begitu mengingat pada siapa tiap perkamen
Jungkook tak ingat kapan terakhir kali dia berdoa pada dewa, tetapi jika dia harus berdoa, dia berharap betul bahwa kali ini yang dia mendapat perkamen yang asli. Dia baru menemukan dua perkamen, dan masih ada dua lagi yang perlu dicari sejauh ini.
Jihwan jelas sekali tengah mencoba mempermainkannya di sini.
Kejengkelan perlahan merambat, membuat Jungkook meremas kasar gulungan kertas di tangan. Bukan hal penting memang, hanya sekadar selembaran yang dibagikan tentang sketsa laki-laki yang entah siapa tengah diburon keamanan setempat. Namun nampaknya pergerakan Jungkook mendapat perhatian lebih dari Yoora.
"Ambil," kata gadis itu sambil menyodorkan kendi minum kecil. "Dari Nenek Seryu, katanya bisa buat sedikit tenang."
Jungkook langsung menaikkan alis tetapi tetap menerima kendi tersebut. "Dia memberikan ini padamu?"
Yoora mengangguk sambil menepuk tas karung kecil di pangkuannya. "Dia juga memberiku buku untuk bacaan."
"Kau pasti terlalu bodoh di matanya."
Komentar Jungkook sukses membuat Yoora menyipit, kelihatan tersinggung. Hanya Jungkook tak menggubris hal tersebut dan memilih untuk menenggak minuman yang dia terima sebelumnya. Rasa pahit semula terasa menghantam lidah, namun lama-kelamaan rasanya menjadi lebih baik, lebih manis.
"Bunga krisan, ya?" tanya Jungkook, dan Yoora mengangguk seraya menerima sodoran kendi tersebut.
Kepala Jungkook lantas teralih ke luar, memandangi jalanan. Toko-toko dan penanda jalan diperhatikannya dengan seksama hingga dia menemukan satu toko dengan tulisan "Duv Noir", menjadi tanda yang Jungkook hafal betul.
"Bersiaplah, Yoora. Sebentar lagi kita turun—"
Brak!
Seisi penumpang kereta kuda tersentak, sampai ada yang terdorong dari tempat duduknya, berguling ke depan. Syukurnya Jungkook sempat berpegangan pada pegangan kursi paling, namun tubuhnya terhimpit begitu tubuh Yoora mendesaknya.
Kebisingan seketika terdengar, penumpang yang ada bagian dalam kereta sudah sibuk memukul-mukul sekat yang membatasi muatan kereta dan kursi supir. Sayangnya tak ada balasan. Kereta pun masih diam, hanya suara kuda yang terdengar.
"Ada apa sih ini?" Salah seorang penumpang menyalak keras, berdiri. Kereta jadi agak bergoyang begitu laki-laki itu berdiri dan berusaha keluar. "Biar aku—"
Dor!
Bersamaan dengan bunyi letusan yang terdengar, laki-laki tersebut jatuh, menyebabkan bunyi yang besar yang dengan cepat disahuti teriakan panik dari seisi penumpang. Jungkook tentu saja heran, tetapi dia berusaha untuk turun sambil menepuk paha Yoora, memberi kode agar gadis itu ikut dengannya.
"Ini kenapa?" tanya Yoora.
Jungkook menggeleng namun langsung menarik tangan Yoora. "Turun saja dulu."
Gadis itu menatap Jungkook dengan heran namun akhirnya tetap mengikuti Jungkook, ikut keluar dari dalam kereta dan turun. Jungkook menjulurkan tangan untuk membantunya turun.
"Apa ada sesuatu yang terjadi pada supirnya?" Yoora kembali bertanya sambil berjalan ke arah kanan kereta.
Jungkook awalnya ingin membiarkan, hanya saja sesuatu yang menyengat seketika tercium. Baru terbakar, panas, juga menyesakkan. Dengan cepat Jungkook berjalan mendekati Yoora, berusaha untuk menahannya.
"Yoora, jangan ke situ—"
Dor!
Sekali lagi bunyi ledakan terdengar, hanya saja kali ini, Jungkook bisa tahu siapa penyebabnya. Tak jauh darinya, tepat di sisi kanan kereta, di dekat kuda, seseorang berdiri di sana, dengan senapan di tangannya.
Sialnya yang Jungkook rasakan bukan hanya sekadar ledakan, melainkan rasa sakit. Dia masih terdiam ketika merasakan tangan Yoora berlabuh pada sisi kanan pinggangnya, melihat bagaimana telapak tangan itu berubah merah.
"Ya Tuhan, Jungkook!"
Kaki Jungkook melemas, membuatnya seketika jatuh pada lututnya dan batuk-batuk. Sesuatu yang amis seakan berusaha keluar dari mulutnya.
Mata Jungkook masih tertuju pada tangan Yoora, melihat warna merah itu mewarnai telapak tangannya. Namun ketika Jungkook merasa rasa pusing menyapa, perhatiannya tertuju pada sesuatu yang aneh pada tangan Yoora.
"Yoora, garis di tanganmu... kok...."
Garis itu menghilang. Darah seakan menyerap pada telapak tangan Yoora, meninggalkan bercak merah yang terkesan kering.
Dan Jungkook berani bersumpah ketika dia mengalihkan pandangan untuk memandang gadis itu, dia bisa melihat bagaimana manik cokelat Yoora berubah menjadi merah terang. []
*
Jeng jeng jeng jeng 🙄
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro