Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2: Bunny Hunter

-


Bunyi pisau yang tengah diasah menggema di seisi ruangan, membuat Yoora mengerjap, terbangun dari tidur singkatnya.

Selagi menyingkap selimut tipis dari tubuh, gadis itu meluruskan punggung, memandangi sosok Jungkook yang tengah duduk tak jauh dari kaki ranjang, bersila dengan batu asah di depannya juga beberapa deret pisau di depannya.

"Bisakah kau mengasah pisaumu itu di tempat lain? Kau mengganggu," ujar Yoora sembari menurunkan kakinya untuk memijak lantai.

"Sengaja," balas Jungkook santai tanpa menoleh. "Sekarang sudah jam 3, kita harus pindah tempat. Mungkin Shim Shiyoon sudah merasa kehilangan sekarang."

Yoora melirik ke arah jam dinding. Jungkook benar, sudah jam 3. Dan itu berarti Yoora baru saja tidur kurang dari 2 jam di penginapan ini. Yah, setidaknya dia tidur cukup nyenyak.

"Kalau begitu bersiaplah, Jeon."

"Sedang kulakukan."

Yoora menghela napas, sama sekali tak berniat untuk memulai paginya dengan perdebatan tak penting. Lagi pula, suasana hatinya sedang bagus karena semalam skenario pencurian mereka berhasil. Meski Yoora harus menahan diri untuk tidak menendang selangkangan Shim Shiyoon tatkala pria itu berusaha menciumnya, tetapi Yoora harus bangga bahwa sedikit pengorbanan itu membuat tangannya berhasil menyusup ke dalam saku pria itu, mengambil kunci yang menjadi incaran mereka, hingga tepat tengah malam, Yoora dan Jungkook bisa menyusup dan masuk ke dalam ruang rahasia pria itu untuk mengambil beberapa perkamen juga beberapa Mer.

Shim Shiyoon mungkin tidak akan merasa kehilangan Mer mengingat betapa kayanya dia, tapi jelas perkamen yang hilang akan menjadi masalah besar untuknya. Yoora sendiri tidak tahu apa yang Jungkook curi, tapi pria itu bilang tidak ada cara lain untuk mengambilnya dari tangan Shiyoon selain mencurinya.

Pandangan Yoora teralih ke arah gaun yang tersampir acak di meja. Menjadi orang kaya memang menyenangkan, namun baju itu membuat ruang geraknya terbatas.

"Yoora."

"Apa?"

Baru saja berbalik, satu pisau bersarung sudah terayun ke arahnya, yang untungnya bisa Yoora tangkap tanpa membuat dirinya terluka. Belum sempat dirinya berkomentar, Jungkook sudah lebih dulu berkata, "Pisau lamamu jelek. Pakai yang itu, sudah kumantrai."

Dengan cepat Yoora mengeluarkan pisau itu dari sarung kulitnya, memandanginya. Pisau itu tipis tapi ujungnya tajam dan mengilap. Dan tepat seperti kata Jungkook, pisau ini sudah dimantrai. Cap hitam berbentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil menempel pada satu sisi pisau—gambar yang sama dengan tato yang ada di punggung Yoora; tanda milik Jungkook.

Mengingat soal tato itu membuat Yoora geram, sebenarnya. Dia masih ingat bagaimana dua minggu lalu, di saat Jungkook menangkapnya, mengikatnya di kursi kayu sementara satu pisau merobek pakaian yang menutupi punggungnya, kemudian sesuatu terasa menempel di kulit Yoora. Mula-mula dingin, kemudian terasa panas dan membakar kulit.

"Tanda itu akan membantuku untuk mengetahui keberadaanmu," kata Jungkook waktu itu, yang menandakan bahwa Yoora tidak akan bisa kabur—dia sudah kehilangan kebebasannya.

Merampok seorang Sorceré jelas kesalahan besar. Tapi, mana Yoora tahu kalau Jungkook ternyata Sorceré?

Yang Yoora tahu—dia memang tidak bersekolah, tapi dia berani jamin informasi yang dia dapat dari hasil curi dengar di sepanjang gang lebih membantu daripada pembelajaran di sekolah—kaum Sorceré sudah lama punah. Mereka hanyalah bagian dari Merveil versi "konon". Di sini, tidak ada lagi sihir kecuali bagi keluarga kerajaan.

Namun sosok Jungkook nyata. Dari cerita pengantar tidur yang beredar, Sorceré punya ciri khas sendiri—mata cokelat madu mereka, juga bekas luka di bagian wajah mereka yang tak akan pernah hilang. Sorceré dikenal sebagai satu-satunya kaum yang dapat memanipulasi cahaya dan kegelapan, menjadikan mereka bagian penting dari Merveil sekaligus kaum paling berbahaya yang bisa menghancurkan kerajaan.

Mungkin itu sebabnya kaum itu punah. Penyebabnya tidak jelas. Ada yang bilang mereka hilang ketika cahaya dari Merveil hilang, ada juga yang bilang mereka dihancurkan oleh pihak kerajaan karena menjadi pembawa kabut abadi yang merenggut cahaya di setiap sudut Merveil.

Yoora tidak tahu persis mana yang benar atau tidak, dan tidak pernah terlintas baginya bahwa kelak dia harus peduli. Tapi kenyataannya eksistensi Sorceré bukan hanya sekadar cerita lama, tapi sebuah kebenaran. Sosok Jungkook menjadi bukti nyata akan itu.

Entah Yoora harus takjub akan fakta itu atau berharap bahwa lebih baik kaum penyihir itu dilenyapkan saja. Karena terperangkap bersama Jungkook sebenarnya petaka—Yoora kehilangan dirinya. Semenjak tanda itu melekat pada dirinya, secara otomatis dia akan selalu terhubung dengan Jungkook, mendengarkan tiap perintah pria itu bahkan di saat mereka berada di jarak yang berjauhan.

Padahal Yoora berharap semua rutinitas dan curian ini akan membawanya pada kebebasan, bukannya terjebak dengan kemerdekaan diri yang direngut.

"Kau ingin pergi dari sini? Aku juga. Jadi lebih baik kita bekerja sama sampai target kita berdua sama-sama tercapai. Kau harusnya bersyukur."

Buru-buru Yoora menggelengkan kepala, mencoba mengaburkan ingatan pertemuannya dengan Jungkook tempo lalu. Bagaimanapun, dia sudah di sini, dia sudah terikat pada Jungkook. Dan jika dilihat baik-baik, mungkin ini tidak terlalu buruk. Dengan sihir-sihir Jungkook, Yoora bisa bekerja lebih cepat, meski terkadang cara operasinya agak menggelikan—seperti harus menyamar jadi wanita lemah lembut dan menerima ciuman di berbagai tempat.

Yoora membetulkan ikat pinggang kainnya, mencari sudut yang pas untuk menyelipkan pisau baru yang Jungkook berikan. Begitu selesai, Jungkook mendekatinya dan menyodorkan jubah hitam, sementara satu lagi tangannya sudah memegang kendi kecil dengan asap hitam yang keluar dari bibir kendi.

"Itu untuk apa?" tanya Yoora.

"Pakai dulu jubahnya," balas Jungkook singkat.

Yoora sebetulnya agak heran, karena hanya dia yang disuruh menggunakan jubah, sementara Jungkook hanya berdiri dengan celana panjang juga kaus putih yang terkesan longgar, memperlihatkan tulang belikat juga otot-ototnya.

Meski tak mengerti, Yoora juga tak membantah. Dia kemudian mengenakan jubah itu, menarik tudung untuk menutupi kepalanya.

Kepala Jungkook memanggut selagi bibirnya mengulum pelan. Tanpa memberikan penjelasan apapun, Jungkook menggerakkan tangan, membuat asap dari mulut kendi menyelinap ke dalam genggamannya, dan dengan cara yang tidak dimengerti Yoora, asap-asap itu lantas menjadi banyak.

Tidak ada bau apapun di sini, namun asapnya terlihat jelas, mengepul mengelilingi Jungkook dan Yoora.

"Kau mau buat apa, Jung—"

BRAK!

Pintu tiba-tiba didobrak, lima orang tentara berseragam masuk dengan kasar, lengkap dengan tombak juga senjata yang mengelilingi sabuk mereka. Spontan Yoora mundur, tangannya bersiap untuk mengeluarkan pisau dari sarungnya.

Hanya saja, tentara itu melewatinya begitu saja, berjalan ke arah kasur seakan Yoora tidak ada di sana.

"Ada batu asah di sini," kata salah satu pengawal sambil menunduk, menyentuh batu asah yang sempat Jungkook gunakan sebelumnya.

"Mereka berarti ada di sini," balas satu pengawal lainnya, kain putih yang melingkari lengan kanannya menjadi tanda bahwa dialah ketua kelompok dari mereka.

"Lalu mereka ke mana?"

"Jendela masih tertutup," kata pengawal yang tengah memeriksa jendela.

Sesaat Yoora diam, mulutnya menganga sementara kepalanya menyimpulkan. Pengawal ini tidak melihatnya, ya?

Padahal aku ada di sini, orang-orang bodoh. Aku di dekat kalian.

"Ayo pergi," kata Jungkook pelan sambil sedikit menyikut lengan Yoora, kepala pria itu yang menunjuk ke arah pintu.

Lantas Yoora mengangguk, mengikuti Jungkook yang dengan santainya melangkah keluar dari pintu yang terbuka sementara Yoora masih diam di tempat, memandangi para tentara yang sibuk mondar-mandir mencari sosok mereka yang sebenarnya masih ada di tempat, namun tidak terlihat.

Ini membuat Yoora terpukau, jujur saja.

Sihir itu... begini, ya? Yoora berbisik dalam batin.

"Mau sampai kapan kau berdiri di situ?"

Kali ini suara Jungkook mendengung di telinganya, yang berarti Jungkook tengah bicara menggunakan tato di punggung Yoora, menggunakan sihirnya.

Tak bisa membalas, Yoora pun akhirnya beranjak keluar dari ruangan, meski kepalanya masih tertinggal di sana, tak habis pikir dengan trik kecil yang Jungkook gunakan.

Apa menjadi penyihir bisa membuat mencuri semudah ini?

Tapi, kenapa Jungkook mengajak Yoora untuk bekerja sama?


*


Balairung Kerajaan Merveil memang luas, tetapi tujuannya dibuat luas bukan untuk menyiksa orang-orang.

Menurut Kim Taehyung, apa yang dilakukan saudari kembarnya itu bodoh. Balairung seharusnya dijadikan tempat para rakyat datang untuk berpesta bersama mereka, bukannya jadi tempat cambukan bercampur jeritan terdengar.

Tapi, Kim Jihwan bilang ini caranya untuk berpesta. Ini caranya untuk menunjukkan bahwa dia menyayangi rakyatnya, dan mereka hanya cukup menjerit untuk membalas jerih parah Jihwan kala menarik cambuk, membiarkan kail-kail besi menempel di kulit mereka sebelum menariknya dengan semangat penuh.

"Lagi pula, ini salah mereka. Kan sudah kubilang, aku mau mereka kembali dengan membawa kabar baru." Begitu Jihwan akan membalas kalau Taehyung bilang dia terlalu sering menyiksa para pelayannya.

Hari ini pun sama. Taehyung sempat mengingatkan Jihwan kalau dia tak boleh berlama-lama dengan sesi penyiksaan karena mereka harus bersiap ke kerajaan tetangga. Dan sekalipun Jihwan masih kesal karena lagi-lagi dia tidak mendapat kabar apapun soal perintahnya untuk menangkap Jeon Jungkook, Taehyung benar. Dia punya urusan lebih penting.

"Kau beruntung hari ini, pelayan sialan. Lebih baik kau bawakan kabar baik padaku sebelum cambuk ini benar-benar membuat organ dalammu jadi makanan peliharaanku."

Sambil melangkah menjauh dari seorang pria berdarah-darah yang terikat di papan yang ditempel di dinding balairung, Jihwan pun menggeram pelan. Sejurus kemudian cambuk berduri yang ada di tangannya berubah menjadi ular, melilit lengan kanannya hingga kembali menjadi perhiasan berwarna hitam tembaga yang melingkari lengan dan menempel di baju zirah berwarna putih gading miliknya.

"Lama-lama kau bisa kehabisan pelayan karena menyiksa mereka terus," Taehyung memperingati, namun sama sekali tidak melakukan apapun, hanya bersandar di dinding sementara menyilangkan tangan. "Lagi pula satu Sorceré tidak akan membuat kita hancur. Kau tak perlu mencari sebegitunya."

"Aku tidak takut hancur, Taehyung," Jihwan meringis sambil berjalan mendekatinya. "Aku menginginkan Sorceré yang satu itu. Karena itu aku menyisakannya."

"Padahal akan lebih mudah jika kau buat dia mati lebih dulu."

Jihwan pun berpikir begitu awalnya. Namun, dia tak ingin mata cokelat itu memandangnya tanpa kehidupan. Rasa takut yang ada di sanalah yang membuat Jihwan tertarik, dua manik cokelat madu yang menyiratkan dendam. Oh, sungguh, membayangkan cara Jungkook menatapnya sudah membuat Jihwan menggelinjang. Dia betul-betul mengidamkan pria itu.

"Aku ingin dia tetap hidup, Taehyung," ujar Jihwan lagi. "Karena aku tak mau dinikahi orang mati."

"Kau jatuh cinta pada seorang Sorceré?" Kedua alis Taehyung bertaut. "Aneh. Padahal kau sendiri yang mengusulkan untuk membantai kaum penyihir itu dulu."

Mata Jihwan merotasi malas. Saudara kembarnya ini selalu punya cara untuk membalas setiap ucapannya, dan itu menjengkelkan. Dan sialnya lagi, Taehyung selalu benar. Memang Jihwan yang sebelumnya mengusulkan para Sorceré untuk dibantai habis. Dengan begitu, kekuasaan mereka menjadi sebuah ultimatum yang tidak akan pernah bisa dibantah apalagi diturunkan.

Namun, Jeon Jungkook berbeda. Jihwan tak ingin pria itu menghilang. Dia butuh pria itu untuk bersamanya, memuaskannya dengan tatapan dingin juga rasa sakit yang entah bagaimana membawa kepuasan. Mengendalikan pria itu jelas akan menjadi kenikmatan tersendiri yang tak dapat tergantikan.

"Padahal kan dia seharusnya menerima tawaranku saja," Jihwan berdecih sebal, tangannya mengepal. Namun tak lama, dia tersenyum karena melihat permasalahan ini dari titik yang berbeda. "Dia membuat ini lebih berbelit. Tapi, tak apa. Aku suka berburu kelinci. Akan kubuat Jeon Jungkook itu benar-benar jadi milikku, dan aku pasti akan menangkapnya. Lihat saja." []


*


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro