33. Permintaan Maaf
Terik matahari menghangatkan bumi. Lahan luas di kelilingi batu nisan dan pohon kemboja serta orang-orang mengenakan pakaian hitam. Telah terkubur jasad seorang anak yang terkenal baik oleh keluarga dan orang-orang yang mengenalnya. Namun, nama itu tercoreng karena sebuah foto yang membuat mereka tak habis pikir. Walau begitu pemakaman tetap ramai. Para pelayat mendoakannya juga ramai. Termasuk teman-teman satu sekolah yang sempat menghujat mendiang.
Santi—ibu dari Hansel—entah berapa kali pingsan melihat putranya terbujur tak bernyawa. Ia masih belum bisa mengikhlaskan kepergian putra kandungnya itu. Air matanya tak henti mengalir, meratapi kepergian Hansel. Hansel yang ia sayangi melebihi apa pun nyatanya tidak akan pernah kembali lagi.
Penyebab hilang nyawa putranya disebabkan oleh seorang gadis yang menghancurkan hidupnya. Gadis yang selama ini diasuhnya rupanya memberi kejutan hebat untuknya. Dia menyesal menerima gadis itu masuk di kehidupannya. Entah berapa kali wanita itu histeris dan menyerang putri angkatnya itu tanpa malu dan segan dengan pengunjung yang datang melayat ke rumahnya.
Setelah mendoakan jasad Hansel di pemakaman, orang-orang pun pergi ke tempat tujuan masing-masing, tersisa keluarga Prasetyo ditambah seorang anak laki-laki bekulit putih yang masih mendoakan mendoakan Hansel di tempat peristirahatan terakhir.
"Hansel ... Kenapa kamu ninggalin mama? Hiks ... hiks. Kenapa kamu pergi duluan. Mama tuh sayang sama kamu, Sel. Hiks ... hiks. Maaf mama diamin kamu karena masalah itu. Hansel ...." Santi menangis, mengusap batu nisan meniang putra tercintanya.
"Ma. Kita pulang, ya. Kita doakan Hansel diterima disisi-Nya di rumah. Mama juga harus relakan Hansel pergi. Kasihan Hansel di sana nggak tenang melihat Mamanya seperti ini," ucap Prasetyo membujuk sang istri.
"Papa pulang aja. Mama masih mau temenin Hansel di sini. Kasihan anak kita sendirian di sini, kesepian," tolak Santi yang masih ingin di samping kuburan putranya.
Gretel dan Mail berdiri agak menjauh dari makam, memperhatikan mama angkatnya yang tampak lemah, pucat, hidung memerah, pipi dibasuh air mata. Ia sedih melihat keadaan mamanya saat ini. Tadi ia diusir Santi lagi di pemakaman, tak mau cari gaduh di situasi tidak tepat, ia pun mengalah. Dari jauh ia mendoakan saudaranya, memohon maaf dalam tangis penyesalan.
"Kak Gretel yang tabah, ya. Kakak harus kuat. Kakak jangan nyalahin diri Kakak. Semua itu takdir Tuhan. Tuhan sayang sama Bang Hansel. Karena itu Bang Hansel dijemput duluan," ucap Mail berdiri di samping Gretel di dekat pohon tak jauh dari makam Hansel.
"Nggak, Il. Semua ini salahku. Hansel lari karena mengerjarku. Hansel ditabrak truk dan meninggal karena aku. Aku yang salah. Hiks ... hiks. Mengapa nggak aku aja yang mati. Aku jahat, nyusahin, nggak guna, orang tua kandungku aja buang aku. Aku yang harusnya gantiin posisi Hansel, Il," ucapnya terisak-isak.
"Kak Gretel nggak boleh ngomong gitu," ucap Mail sembari mengelus bahu Kaka kelasnya.
Santi kembali pingsan. Grerel dan Mail yang melihatnya langsung mendekati. Suaminya panik dan menopang tubuh istrinya di atas pahanya.
"Ma, bangun Ma," panggilnya menepuk halus pipi istrinya. Namun, sang istri tak juga sadar.
"Pa, Mama pingsan lagi?" tanya Gretel khawatir.
Prasetyo menggendongnya istrinya. "Mama kamu pingsan. Sepertinya ia kelelahan. Papa bawa mama kamu pulang ke rumah. Kamu juga ikut kami, ya. Dan Mail, terima kasih telah mendoakan Hansel dan juga menemani Gretel. Mail juga ikut naik ke mobil, Om. Om antar pulang."
"Gretel masih mau di sini, Pa. Gretel mau taburi bunga ke makam Hansel dan juga mendoakan Hansel. Papa duluan aja. Mail kalau mau pulang, pulang aja bareng Papa. Aku masih mau di sini."
"Baiklah. Papa-mama pulang dulu. Mail jadi ikut Om?"
"Terima kasih Om, tapi Mail di sini aja temenin Gretel sekaligus bedoa juga buat Bang Hansel," tolak Mail.
"Kalau gitu, Om duluan, ya," pamit Prasetyo menggendong istrinya, pergi ke mobil dan membawa istrinya kembali ke rumah.
Gadis berkerudung dengan pakaian serba hitam duduk di samping batu nisan saudara kembarnya. Menaburi bunga di atas tanah yang juga dipenuhi taburan bunga juga. Ditemani teman laki-lakinya yang juga menaburi bunga dari keranjang yang dibawa gadis itu.
"Hansel. Maafin aku. Maafin aku. Hiks ... hiks ... Maafin aku yang selama ini jahat sama kamu, Sel. Maafin aku ngebuat kamu pergi secepat ini. Maafin aku, Hansel. Maafin aku. Hiks ... hiks ...."
Entah berapa kali Gretel mengulangi kata-katanya. Permintaan maaf, yang tak berujung dan penyesalan yang tak bisa mengembalikkan keadaan seperti semula. Hansel telah tiada dan justru itu membuatnya semakin terpuruk dan penuh penyesalan.
Entah berapa jam keduanya di sana. Mulut Mail pun berbuih membujuk Gretel pulang. Panasnya mentari membuat cowok itu gerah dan juga lapar. Ia hanya sarapan tadi pagi, wajar saja cacing diperutnya meronta-ronta. Namun, ia lebih khawatir dengan gadis di sampingnya. Mungkin saja sehari ini Gretel belum makan. Ia harus bisa membujuk temannya itu pulang. Demi kebaikan semuanya.
"Kak Gretel, pulang, yuk. Papa, mama kak Gretel udah nungguin Kakak di rumah. Bang Hansel juga mau kakak pulang. Bang Hansel orang baik, Bang Hansel pasti sudah memaafkan Kak Gretel di sana. Bang Hansel mau Kakak kuat dan kembali ke rumah. Ingat pesan Bang terakhir Bang Hansel. Bang Hansel mau Kak Gretel pulang dan ngumpul bareng keluarga," bujuk Mail.
"Kamu kalau mau pulang. Pulang aja, Il. Aku mau tinggal di sini, aja bareng Hansel."
"Kaka mau tinggal di kuburan? Kak Gretel nggak sayang sama Bang Hansel. Buktinya, Kak Gretel nggak mau kabulin permintaan terakhir Bang Hansel."
Gretel terdiam. Perkataan Mail itu benar. Ia harus pulang, demi mengabulkan permintaan terakhir saudaranya.
***
Setiba di rumah, Gretel diusir Santi. Tampaknya wanita itu masih diselimuti kebencian. Gretel meminta maaf kepada mamanya dan memohon untuk diterima kembali. Prasetyo juga ikut membujuk istrinya untuk menerima Gretel. Pria itu mengingatkan istrinya atas permintaan terakhir putra mereka. Hingga akhirnya Santi memperbolehkan Gretel masuk. Walau gadis itu tidak dianggap sama sekali di rumah itu oleh mamanya.
Tbc ....
Terima kasih udah mampir😊
Jangan lupa vote dan komennya ya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro