31. Menemukan Gretel
Bapak dan putranya berjalan ke sana-ke mari mencari seseorang yang belum kunjung ketemu. Menjelajah beberapa tempat, bertanya sana-sini, berharap ada petunjuk keberadaan gadis itu. Sayangnya, telah habis waktu setengah hari dan tidak ada yang tau keberadaan putrinya itu.
Mail di kelasnya tampak gelisah. Gretel memenuhi isi kepalanya hingga ia tidak konsentrasi mengisi ujian harian matematikanya. Padahal semalam ia sudah belajar, tapi tetap saja rasa cemas mengalahkan segalanya.
Rasanya ingin cepat keluar dari kelas ini. Pergi mencari temannya dan memastikan gadis itu baik-baik saja.
***
Prasetyo ingin melapor ke pihak polisi. Namun, Hansel bilang polisi tidak bisa memprosesnya karena waktunya belum satu kali dua puluh empat jam. Waktu yang tepat nanti malam. Namun, Prasetyo tidak bisa menunggu selama itu. Ia khawatir dengan anak perempuannya. Takut putri kesayangannya dilukai orang.
"Hansel. Sebaiknya kita pulang dulu. Mama pasti khawatir juga di rumah. Kita juga perlu mengisi energi," ajak Prasetyo berdiri di tepi trotoar bersama Hansel di sampingnya.
Hansel memasuki ponsel di sakunya—yang digunakannya untuk menunjukkan foto Gretel pada orang-orang yang ditemuinya. "Baiklah, Pa," jawabnya menurut. Mereka kembali ke supermarket tempat Prasetyo memarkirkan mobilnya tadi.
***
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Bel berdering. Cowok berkulit putih dengan pipi cubby itu bergegas keluar dari kelasnya, berlari menuju parkiran. Setelah sampai di depan motor kesayangannya. Ia menelpon seseorang, raut wajahnya berubah menjadi serius.
"Bang Hansel. Gretel udah ketemu?" tanya Mail to the point, tanpa kata pembuka pada seseorang di seberang sana.
"Belum, Il. Ini aku sama papa masih nyariin. Kamu udah pulang sekolah?" tanya Hansel.
"Sudah, Bang. Ini baru keluar. Aku bantu cari Kak Gretel, ya. Nanti kalau ada petunjuk aku kabari."
"Baiklah. Makasih banyak, ya, Il. Nanti kalau Gretel kami temui juga aku kabari."
"Iya, Bang. Udah dulu, ya. Mail mau keluar, ini masih di sekolah."
"Iya, Il. Sekali lagi makasih."
"Sama-sama, Bang."
Telepon ditutup dan Mail melajukan motornya pergi mencari Gretel.
Tujuan utamanya pasar, karena di tempat itulah ia sering melihat Gretel bersama Siti. Setidaknya ia bertemu Siti. Bisa jadi gadis itu tau keberadaan Gretel saat ini.
***
Cukup sulit juga Mail menemukan Gretel di pasar yang lumayan ramai. Apalagi ini sudah sore, banyak kios yang mau tutup termasuk kios ibunya. Ia bahkan kena omel karena berkeliaran di pasar dan masih mengenakan seragam sekolah pula.
"Mail!" teriak ibunya melihat anak semata wayangnya bediri di dekat kiosnya, tetapi menghadap ke arah lain.
Mail yang mendengar suara ibunya pun menoleh. Ia cengengesan dan menghampiri ibu tunggal itu.
"Ngapain kamu ke sini, Nak? Bukannya langsung pulang, malah keluyuran," tanya ibunya heran.
"Maaf, Bun, Mail nggak langsung pulang. Mail nyari teman Mail. Dia nggak pulang kemarin. Dia juga sering ke sini. Mana tau Mail bisa jumpa dia di pasar. Boleh ya Mail bantu cari, Bun. Kasihan keluarganya belum menemukan dia" jelas Mail sekaligus minta izin.
"Harusnya kamu tukar pakaian dulu, baru cari temanmu."
"Nggak kepikiran sampai situ, Bun. Boleh, ya?" Mail memautkan kesepuluh jarinya, memasang wajah memohon dengan ekspresi dibikin imut.
"Boleh. Tapi ingat, pulangnya jangan kemalaman. Kalau nggak ketemu biar orang tuanya yang cari. Mereka pasti juga sudah lapor polisi. Ingat besok kamu juga harus sekolah, Nak."
Mail memeluk bundanya hingga membuat ibu tunggal itu malu dilihatin karyawannya yang sedang bekerja.
"Makasih, Bunda."
"Sama-sama. Peluk-peluknya jangan di sini. 'Ntar nampak gebetan bunda nanti dia cemburu," ucap bunda bercanda.
"Wah, Mail bakal punya ayah baru, nih. Kapan-kapan ajak ke rumah, ya, Bun," balas Mail bercanda juga. "Mail pergi dulu, ya."
Mail pun pergi. Ia menelusuri pasar. Ke sana-ke mari hingga di marah orang karena salah orang. Hasil pencariaannya tidak sia-sia, akhirnya ia bertemu Siti. Setidaknya Siti bisa ditanya-tanya.
"Siti!" pangil Mail hingga yang dipanggil pun menoleh.
Gadis itu terlihat aneh dan tidak seperti biasanya. Ia mematung dan Maillah yang mendekatinya.
"Siti, Gretel semalam tidak pulang ke rumahnya. Apa kamu tau dia di mana?" tanya Mail berharap.
Siti tidak terlihat kaget sama sekali, justru bola matanya melirik kiri-kanan, seperti tidak sanggup menatap cowok di hadapannya. "Aku nggak tau, Kak. Nenekku menungguku di rumah. Aku pulang dulu, ya," pamitnya dan langsung pergi begitu saja.
Mail merasa ada yang aneh dengan Siti. Ia pun mengikuti gadis itu diam-diam. Sayangnya ia kehilangan jejak karena gadis itu tiba-tiba menghilang dari pandangannya.
Firasatnya mengatakan bahwa Siti tau keberadaan Gretel. Ia harus mencari alamat Siti terlebih dahulu. Untungnya pengamen lain, mengenal gadis itu dan tau alamatnya. Walaupun tidak lengkap, setidaknya nanti ia bisa bertanya-tanya di daerah sana.
***
Langit yang tadinya jingga berubah menjadi gelap. Lampu-lampu jalan dan bulanlah menjadi penerang bumi. Mail sudah seperti penyanyi dangdut wanita terkenal. Seperti lagunya "kesana-kemari mencari alamat", beruntung alamatnya tidak palsu seperti judul penyanyi itu.
Akhirnya ia telah sampai di depan rumah kayu. Rumah itu dari luar kelihatan reot. Mail tidak langsung mengetuk pintu rumah itu. Ia sengaja bersembunyi di balik pohon terdekat, dan memantau dari kejauhan. Cukup lama ia menunggu hingga akhirnya Gretel dan Siti datang dan masuk ke gubuk tersebut. Sepertinya habis membeli makanan, terlihat dari keduanya yang menjinjing kantong kresek bening dan didalamnya seperti bungkusan kertas makanan.
Mail pun langsung menghubungi Hansel dan memberi info keberadaan Gretel. Hansel yang mendengarnya pun merasa lega dan ia pun langsung menuju ke sana. Saking senangnya hingga lupa memberi tau papanya terlebih dahulu.
***
Setiba di sana Hansel menemui Mail. Wajahnya kembali ceria. Tak sabarnya ia mengetuk pintu gubuk tersebut. Mail izin pulang duluan karena sudah kemalaman. Ia juga sudah janji pada bundanya untuk segera pulang.
Pintu pun diketuk dan kebetulan sekali Gretel yang membukanya. Gretel pun kaget melihat Hansel ada di sini. Gadis itu meminta izin Siti dan neneknya untuk berbicara di luar bersama saudaranya. Keduanya mengobrol tak terlalu jauh dari gubuk itu.
Hansel menanyakan alasan kenapa Gretel kabur. Gretel pun menjelaskannya dengan terisak-isak, berlinang air mata. Hansel yang mendengar kaget, dan juga menangis. Setelah Gretel mejelaskan semuanya, Hansel mengajaknya pulang. Ia meyakinkan Gretel bahwa pikiran buruknya itu tidak benar. Mereka pun berdebat dan Gretel melarikan diri berlari sekuat tenaga untuk tidak dibawa Hansel.
Rupanya tindakannya salah. Justru membuat Gretel mengeluarkan air mata lebih banyak lagi. Menyesal akan tindakan bodohnya.
"Hansel, maafkan aku."
Tbc ....
.
.
.
Hayo apa yang terjadi pada Hansel?
Pasti bisa nebak dong😅
Jangan lupa votmen-nya ya, guys
Maacih banget udah pada mampir😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro