25. Penghianat
Di detik-detik terakhir jam pelajaran sosiologi—mata pelajaran terakhir hari ini—Gretel tidak bisa tenang. Kakinya terus bergetar dan pikirannya cuma satu, keluar dari sini untuk mencari saudara kembarnya. Seharusnya ia bisa kabur tadi di saat jam istirahat. Namun, aksinya digagalkan oleh junior yang sangat menyebalkan.
Kring!!!
Akhirnya bel pun berbunyi. Setelah guru di depan sana keluar meninggalkan kelas, kaki panjang gadis itu langsung bergerak melampaui ambang pintu kelas. Dengan langkah panjang-panjang dan tidak memperdulikan beberapa anak yang ditabraknya misuh-misuh padanya, Gretel berlari kecil ingin secepatnya keluar dari gerbang sekolah. Hingga ia tidak melihat Mail yang baru keluar dari kelas. Cowok itu sempat memanggilnya. Namun, Gretel menghilang begitu cepat. Sedikit cemas, Mail pun juga ikut berlari mencoba mencari jejak kakak kelasnya itu dan ketemu. Gretel mulai melambatkan langkahnya saat menuju gerbang.
Gretel melambat saat menuju gerbang karena suatu alasan. Ia melihat kendaraan berroda empat, berwarna biru, dan itu bukan mobil asing di matanya. Ia bahkan pernah menaiki mobil itu bersama seseorang. Siapa lagi kalau bukan Justin, kekasihnya. Sudah lebih dari seminggu cowok tampan itu tidak mengabarinya, mungkin sekarang ia kangen hingga menjemputnya ke sekolah tanpa memberi tahunya terlebih dahulu.
Rasa sendu dan kegelisahan Gretel sedikit berkurang. Kedua sudut bibirnya mulai tertarik, dengan langkah santai—tidak terburu-buru seperti sebelumnya— ia menghampiri mobil itu. Namun, seseorang datang dari belakang dan mendahuluinya. Kaki Gretel seketika tidak bisa melangkah dan sekujur tubuhnya membeku.
"Mela?" lirih Gretel tidak percaya melihat Mela mendekati mobil itu.
Cowok tampan yang ia sayangi keluar dari mobil itu dan membukakan pintu untuk Mela. Keduanya tersenyum merekah hingga membuat Gretel terbakar api cemburu.
Keduanya telah berada di dalam mobil. Ketika hendak melaju, Gretel mencegat mereka untuk pergi dengan berdiri di depan mobil dengan merentangkan kedua tangannya. Justin terkejut sekaligus kesal melihat kekasihnya itu. Cowok itu pun keluar dan berbicara pada kekasihnya.
"Apa-apaan kamu berdiri seperti itu di depan mobilku?" tanya Justin dengan nada yang tidak sama sekali ramah.
Gretel heran melihat sikap kekasihnya yang bertanya dengan membentak seperti ini. "Harusnya aku yang tanya begitu. Apa-apan Abang membawa gadis lain ke dalam mobi abang dan bukannya aku, pacar Abang," ucapnya tak kalah panasnya.
"Oh ya, aku lupa kasih kabar. Ok, hari ini aku beritahu kamu. Dengerin baik-baik, pasang telinga. Kita putus," ucap Justin dengan santai dan sesekali tersenyum, hingga membuat Gretel tercengang sekaligus tidak percaya.
"Setelah ketahuan selingkuh kamu minta putus. Dasar tidak punya hati!" Gretel tidak memakai embel Abang melainkan kamu karena merasa kecewa dengan kebenaran ini.
"Kamu juga selingkuh. Jangan membuat seolah aku yang jahat di sini."
"Aku selingkuh?" tanya Gretel bingung dengan pernyataan lawan bicaranya. "Aku nggak pernah selingkuh. Kamu yang selingkuh. Sejak kapan kamu main belakang begini?"
"Jangan pura-pura polos gitu. Nggak cocok dengan kepribadianmu yang berandalan." Justin terkekeh kecil. "Jelas-jelas aku liat kamu beruduan sama cowok lain, tersenyum lepas, sampai aku yang nungguin kamu di sini kamu nggak tau dan nggak liat."
Gretel menyerngit dan bertanya-tanya dalam hatinya. Kapan ia seperti itu dan cowok yang dimaksud Justin itu siapa? Pasti ada kesalah pahaman di sini. Tapi, ya sudahlah. Ia juga tidak mau melanjutkan hubungannya dengan Justin yang main belakang dengan tetangganya itu.
Mela membuka kaca mobil, lalu mengelurkan kepalanya sedikit untuk melihat Justin berdebat dengan gadis yang ia benci, Gretel.
"Yang, ayo kita jalan. Bosen nih aku kelamaan di sini," ucap Mela dengan nada yang sengaja dibuat manja dan tidak tahu malu.
"Ingat, kita udah putus dan jangan pernah hungungin aku lagi." Justin menunjuk-nunjuk wajah mantan pacarnya itu, lalu pergi dengan mobilnya meninggalkan Gretel yang semakin kacau.
Masalah foto aib Hansel tersebar, Hansel tidak ada di sekolah, dan Justin yang selingkuh dengan Mela membuat beban di hati Gretel semakin bertumpuk. Perasaannya campur aduk, hingga ia hampir kehilangan akal. Ia yang tadinya ingin mencari Hansel malah menaiki angkot dengan pikiran kalut.
Rupanya Mail sedari dari memperhatikan Gretel dari kejauhan. Ia dengan sepeda motornya mengikuti angkot yang ditumpangi kakak kelasnya itu. Ia hanya memastikan bahwa Gretel pulang dengan selamat. Dengan pikiran kacau seperti itu bisa jadi gadis itu akan berbuat macam-macam.
***
Di atas angkot Gretel terus melamun. Ia tidak menyangka Justin yang begitu tenang rupanya berselingkuh dengan teman lamanya.
Gretel dan Mela dulu berteman saat mereka kelas 3 SMP. Mela tetangga baru Gretel. Mereka beda sekolah dan cukup akrab saat di rumah. Mereka bahkan berjanji untuk masuk ke sekolah yang sama dan keinginan itu pun terwujud. Sayangnya mereka beda jurusan dan Gretel sibuk dengan teman barunya Ucup, dkk, hingga meninggalkan Mela yang juga sudah memiliki teman baru. Sejak itu mereka jarang bersama dan tampaknya Mela juga tidak mempermasalahkan hal itu.
Melihat beberapa siswa yang duduk dihadapannya mengingatkannya akan masalah foto dan Hansel. Ia terus memikirkan bagaimana foto itu bisa tersebar. Bayangan Mela mampir lagi di benaknya dan ia teringat sesuatu hal.
...
2 hari yang lalu, hari minggu tepatnya di siang hari
Kala itu Gretel keluar dari kamarnya, dengan pakaian kasual, menyandang tas ransel kecil, rambut terkuncir rapi. Ia mendatangi mamanya di ruang keluarga untuk meminta izin keluar menemui Mail. Rupanya mamanya itu tidak sendirian, melaikan bersama seorang gadis seusianya. Dia adalah Mela, tetangganya.
"Tumben Mela ke sini. Pasti cariin Hansel," ia menyimpulkan dalam hati sambil memperhatikan Mela sebentar.
Mela tersenyum pada Gretel dan ia membalas dengan senyum yang dipaksakan. Kemudian Gretel berdiri di samping mamanya.
"Ma, Gretel izin keluar sebentar sama teman." Gretel berpamitan sembari mencium punggung tangan mamanya.
"Sebelum pergi kamu pinjamin komputer di kamar kamu, ya untuk Mela. Dia mau ngetik tugas sekolah. Boleh, kan?" pinta mama.
"Iya, Gretel. Boleh, ya, aku pinjam komputer kamu. Nggak lama kok. Aku cuma selesain makalahku yang tinggal dikit lagi." Mela tersenyum.
Gretel sebenarnya malas meminjamkan barangnya kepada mantan temannya itu. Karena saat ini ia belajar jadi gadis baik, ya sudahlah terpaksa ia bolehkan saja.
Gretel menggangguk. "Iya, boleh, tapi kamu jangan macam-macam, ya, dikamarku. Jangan otak-atik isi komputerku."
"Ok."
Gretel pun pergi meninggalkan rumah dan membiarkan Mela menggunkan komputer di kamarnya.
***
Gretel tersadar Mela sempat menggunakan komputernya dan di komputer itu foto aib Hansel tersimpan. Sungguh bodoh sampai ia memukul kepalanya sendiri, tidak memperdulikan orang-orang di dalam angkot melihat keanehan tingkahnya.
"Awas kau Mela. Akan ku lenyapkan kau hingga hilang dari muka bumi ini," ucapnya di dalam hati dengan sorotan mata berapi-api.
Udah tau kan alasan foto itu bisa tersebar😅
Jangan lupa vot dan komennya
Terima kasih sudah mampir
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro