Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 6

"Kau baik-baik saja, sayang?" tanya Mako saat mendekati Tehere yang sedang menyendiri di sudut istana Perdana Menteri Orca. "Kenapa murung begitu?"

"Aku baik-baik saja, Mako," kata Tehere tak mengalihkan pandangannya. Walaupun memang pada dasarnya dia baik-baik saja, tetapi ikan remora itu sedang berpikir keras saat ini.

Sudah tiga hari berlalu sejak dia bertemu Talis yang panik tentang kemungkinan pemeriksaan silang yang tidak hanya dapat menghentikan mimpinya menjadi Konihi, tetapi juga menghancurkan hidupnya sebagai seekor hiu. Rencana Tehere untuk bertemu dan berbicara dengan teman-temannya tidak berjalan dengan baik, bahkan dihentikan sebelum dia benar-benar dapat berbicara dengan semua ikan.

Talis langsung pergi begitu saja, seakan kekalahan memancar di seluruh kulitnya. Poha saat itu berkata akan mengirimkan pesan pada Rake karena mereka berteman di dalam sonar. Namun, sejak hari itu tak ada kabar lagi dari Poha, atau Talis. Kemarin Tehere sempat berencana untuk menemuinya langsung di kawasan karnivora, tetapi pekerjaannya sebagai Piri benar-benar menguras waktunya.

"Aku tahu kau tidak baik-baik saja, Tehere. Kau bisa cerita semuanya padaku."

Tehere memberi tawa kecil. "Terima kasih, Mako." Lalu berenang pergi meninggalkan tempatnya. "Tapi kau tidak usah khawatir."

"Ayolah. Kita ini rekan kerja. Mako dan Tehere, Tiaki dan Piri. Duo Dynamic. Hiu dan Remora. Simbiosis terbaik di seluruh lautan setelah ikan badut dan anemon."

"Sudah kubilang aku baik-baik saja, Mako," ujar Tehere dengan suara lembutnya. Dia memang selalu hebat dalam menyembunyikan masalahnya. Bahkan saat masih kecil, Tehere selalu bisa menutupi segala rasa cemas atau bahkan kesedihan yang dia rasakan. "Aku akan bercerita padamu kalau memang ada masalah."

"Itulah masalahnya, sayangku." Mako berenang menyusulnya. "Kau tidak pernah bercerita padaku. Kau hanya bercerita pada Talis-mu saja. Tiga hari lalu setelah pulang dari sini kau langsung bertemu dengannya. Kalian membahas apa?"

"Kau cemburu padanya?" Tehere balas menggodanya. "Sudah kubilang aku dan Talis berteman sejak lama. Tidak ada salahnya bertemu dengan teman."

"Aku? Cemburu?" Mako tertawa, tetapi Tehere tahu itu sebuah tawa penyangkalan. "Aku hiu putih. Spesies kami lebih hebat daripada hiu abu-abu seperti dia. Konihi pertama, seekor hiu putih. Hiu Tiaki pertama, seekor hiu putih. Bahkan Kaiki pertama yang menjaga perbatasan herbivora dan karnivora juga seekor hiu putih. Dan jangan lupakan yang terpenting."

"Apa itu yang terpenting?"

Mako berenang lebih cepat dan berhenti di depan Tehere agar mereka bisa saling menatap. "Aku. Mako. Seekor hiu putih. Lulusan Tiaki terbaik dua musim lalu, dan musim ini menjadi Tiaki kepercayaan Perdana Menteri. Lalu hari ini aku akan mengawalnya ke perjalanan antar distrik."

Tehere hanya bisa menahan tawanya agar tidak terlalu keras. Dia tahu Mako terlalu suka membanggakan dirinya hingga ke tahap obsesi. Meski begitu dia memang seekor Tiaki yang hebat dalam pekerjaannya. Tehere juga tidak begitu keberatan pada sifat genitnya meski dia menunjukkan itu pada semua jenis makhluk hidup.

Pertama kali bertemu, Mako sudah langsung mengajak Tehere untuk berenang keliling Solaris. Dia pernah menggoda seekor ikan badut yang berkunjung ke istana (dan ikan badut itu sampai malu dan kabur), seekor lumba-lumba, dan bahkan paus orca. Tehere tidak akan heran kalau Mako mungkin pernah mengajak seekor ubur-ubur menari.

"Potron .... Aku penasaran dengan tempat itu," gumam Tehere.

"Katanya tempat itu dipimpin oleh seekor hiu putih. Lihat? Bahkan di distrik lain, hiu putih masih yang terbaik," ujar Mako.

"Tentu saja Mako. Kau yang terbaik." Tehere kembali berenang maju untuk mempersiapkan dirinya sebagai Piri yang akan mendampingi Mako. Sejak menetas, Tehere belum pernah meninggalkan Solaris, meski dia tidak benar-benar seperti apa lautan di luar sana, tetapi dia cukup bersemangat dengan perjalanannya kali ini.

"Mako!" Suara yang menggelegar terdengar di aula. Mako dan Tehere tersentak. Hiu putih itu menoleh untuk melihat seekor paus orca sekaligus jenderal tertinggi Tiaki, Ruateka berenang mendekatinya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Pengarahan lima kilatan lagi! Cepat!" Sirip Ruateka langsung mendorong Mako untuk berenang maju, tak membiarkannya menjelaskan mengapa dia malah berada di aula bersama Tehere. Ikan remora itu hanya bisa terkikik menyaksikannya.

Lalu dia berenang dalam diam, dan memikirkan Talis sekali lagi. Dia mengirimkan nyanyian hari pada Roh Laut, semoga kau baik-baik saja, hiu besar.

Dia melihat ada seekor lumba-lumba asing di sana, mereka saling melambai, tetapi Tehere masih terus berenang maju. Lamunan panjangnya membuat Tehere tak memperhatikan sekitar. Dengan tubuhnya yang kecil di istana yang besar, dia tanpa sengaja menabrak kepala seekor ikan yang juga berenang sendiri. Tehere terkesiap saat tahu kalau yang ditabraknya bukanlah ikan biasa.

"P–Perdana Menteri Orca! M–Maaf. Hamba tidak sengaja."

"Angkat kepalamu, ikan yang baik," ujar Perdana Menteri dengan suara lemah. Tehere mengikuti perintahnya. Baginya cukup aneh hari ini Perdana Menteri berenang tanpa kedua pengawalnya. Padahal jika di istana, akan ada dua paus orca kepercayaannya yang terus mengawal Sang Perdana Menteri dengan setia. Tetapi di saat bersamaan Tehere tetap bersyukur, karena andai salah satu pengawal itu ada di sini, Tehere pasti akan langsung di dorong ke dinding istana.

"Kau Piri yang akan menemaniku ke perjalanan nanti, kan?" tanya lagi Perdana Menteri. "Kau betina Tautoko itu ...."

"Ya, Perdana Menteri. Tehere Tautoko."

"Ada sesuatu yang mengganggumu, ikan muda?"

"T–Tidak. Tidak ada. Hamba hanya tidak memperhatikan. Maafkan hamba sekali lagi."

"Berhati-hatilah, Tehere." Perdana Menteri berenang pergi, tetapi dari tempatnya Tehere masih bisa mendengar dia berkata. "Ada banyak ikan besar di tempat ini."

***

Talis kembali ke kelas dengan perasaan murung. Namun, sebenarnya semua teman sekelasnya tidak begitu bersemangat kali ini. Di sisi yang satunya kakap merah dan ikan pedang itu sedikit lebih ceria, atau entahlah. Talis tidak begitu mengerti dengan insting mereka berdua. Dia juga sedikit kasihan pada kedua ikan itu karena harus sekelas dengan enam ekor hiu.

"Menurutmu siapa dua di antara kita yang akan mendapatkan posisi itu?" tanya salah satu hiu sebelum kelas di mulai. Mereka berkumpul di sudut kelas, dan tentu saja tak melibatkan dua ikan jenis lain tersebut. Para hiu tak menyukai keduanya, tetapi mereka yakin kedua ikan itu akan menjadi Konihi.

"Entahlah ... kita bahkan tidak tahu seperti apa tesnya nanti."

"Performa kita selama pelatihan fisik tidak begitu buruk. Kita semua mendapatkan nilai tinggi."

Talis sepakat dengan hal tersebut. Selama pelatihan dan tes fisik, mereka sekelas menunjukkan hasil yang bagus. Taranga memberi mereka lima bintang laut di penilaian akhir. Jadi meski Talis bangga dengan hasil tersebut, dia tahu tes fisik tidak akan dijadikan sebagai patokan karena akan sulit menentukan ikan mana yang dapat dipilih menjadi Konihi.

"Tes teori kita juga tidak ada yang buruk." Talis ikut berkomentar, dan hiu yang lain mengangguk sepakat. Hukum Solaris, Fisiologi Karnivora, Metabolisme dan Pangan, serta lebih banyak lagi hal-hal yang harus mereka pelajari, tetapi semua ikan berhasil mendapatkan nilai yang tinggi. Jadi kemungkinan kecil itu juga dijadikan sebagai patokan.

"Bagaimana dengan spesies?" ucap seekor hiu lainnya.

"Maksudnya kita hiu apa? Kau hiu putih, dan sudah terlalu banyak hiu putih yang menjadi Konihi," balas yang lain, dan itu memberi kelompok mereka tawa yang nyaring, kakap merah dan ikan pedang di sisi satunya tak bisa menahan diri untuk tak terganggu.

Hiu abu-abu sendiri masih sedikit, dan musim ini hanya Talis sendiri yang mewakili spesiesnya. Hiu Putih juga hanya satu, tetapi seperti yang tadi temannya katakan, hiu putih sudah banyak mendominasi pekerjaan Konihi. Ada hiu harimau seperti halnya Taranga dan jika bicara soal kekuatan mereka bisa dibilang hiu terkuat. Di samping Talis adalah hiu martil dan sisi yang satunya adalah hiu lemon.

Pada dasarnya hanya satu hiu di sini yang mewakili spesies masing-masing. Lagipula tidak mungkin juga Konihi dipilih hanya karena dia berasal dari spesies hiu unggul.

"Berarti pemeriksaan silang ...," kata hiu lemon itu, dan insang-insang Talis mulai berkedut.

"Memangnya ada di antara kita yang pernah berbuat kejahatan?"

"Mau tidak mau pasti pernah. Kita semua binatang bersirip, kita pendosa dalam cara masing-masing." Kata si Hiu Martil. "Aku pernah tanpa sengaja menghancurkan gerbang masuk ke komunitasku hanya karena tak melihat dengan baik."

"Apa ini, sesi pengakuan dosa?" si Hiu Putih tertawa kecil. "Aku pernah naik ke permukaan."

"Kau tidak pernah. Kau harusnya sudah mati kalau pernah naik ke atas sana."

Hiu putih itu mengangkat kedua siripnya. "Kenyataannya aku pernah dan aku selamat. Bagaimana dengan kalian?"

Salah satu dari mereka mengaku pernah meninggalkan Solaris secara diam-diam dan pergi ke laut dalam selama berhari-hari sebelum akhirnya kembali tanpa ketahuan. Dia bilang di bawah sana tempat yang indah, tetapi sangat keras karena tak banyak hukum yang berfungsi. "Setelah kupikir-pikir aku bukannya tinggal di sana berhari-hari. Aku terjebak dan kesulitan pulang."

"Bagaimana denganmu, Talis?" Akhirnya sebuah pertanyaan dilontarkan untuknya. Talis punya jawabannya, tetapi tidak mungkin dia mengatakan itu di hadapan mereka. "Ya ... aku pernah memakan seekor ikan malaikat."

"Saat masih kecil aku pernah berteman dengan beberapa ikan herbivora dan sesekali secara sembunyi-sembunyi pergi ke habitat mereka."

"Demi Roh Laut, kita semua benar-benar pembuat masalah. Kurasa tak ada yang menjadi Konihi pada akhirnya." Mereka tertawa sekali lagi, meski Talis tidak menjadi yang paling keras. Dia tahu dirinya yang paling buruk di sini. Pemeriksaan silang itu akan menjadi mimpi buruknya.

"Kalian!" Seketika terdengar suara keras di luar. Mereka semua sontak terdiam, berusaha memastikan tak ada yang salah dengar. Sejenak hening, sebelum suara itu kembali lagi. "Pergi dari sini!"

"Itu suara Guru Taranga!" ujar Talis. Sekian kibasan sirip kemudian Taranga muncul di hadapan mereka, hanya memiliki satu sirip saja dan ekor yang koyak. "Pergi! Berenang sejauh mungkin dari—"

Taranga bahkan tak sempat menyelesaikan kata-katanya. Karena dua ekor paus orca tiba-tiba menerjang, dan menghabisi hiu itu di tempatnya, di hadapan seluruh murid-muridnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro