Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 24

Talis hanya bisa terdiam saat berenang di hadapan para dewan Solaris. Di tambah puluhan ikan berbaris dengan rapi termasuk teman-teman dan keluarganya. Tak lupa di atas sana, ada Perdana Menteri Orca dan dua pengawal setiapnya, yang dengan tenang menyaksikan kasus persidangan Talis.

Ia tak berani melihat ke belakang. Talis ketakutan melihat ekspresi dari setiap ikan yang kini menatapnya. Sebagian besar yang hadir adalah dari spesies hiu, dan mereka sangat marah. Saat menuju istana—sambil dikawal oleh dua Konihi terbaik Solaris—ikan-ikan terus melontarkan cacian dan hinaan, sementara dirinya tak bisa melakukan apa-apa. Terutama dari kalangan ikan malaikat yang menyalahkan Talis atas berkurangnya populasi mereka akibat ulahnya.

Namun, tak ada yang lebih membuatnya hancur selain tatapan kecewa kedua induknya. Malam itu ketika Papa dan Mamanya sudah ingin bersantai, tiba-tiba rumahnya didatangi oleh dua ekor Konihi yang sama dan tanpa basa-basi langsung mencari keberadaan Talis.

Ikan yang dicari awalnya tak mengerti. Justru ia berpikir apakah kedatangan mereka adalah sebuah undangan bagi Talis untuk mengikuti Sekolah Konihi? Namun, pemikiran itu luntur dengan cepat, karena Talis masih kecil. Sampai mata kecilnya melebar begitu tahu alasan sebenarnya. Ia bahkan tak perlu menunggu jawaban dari mereka berdua.

"Talis Kua. Kau ditahan atas pembunuhan seekor ikan malaikat bernama Anera. Kau memiliki hak untuk tetap diam. Segala sesuatu yang kau katakan dapat dan akan digunakan untuk melawanmu di pengadilan."

Tentu saja Kauri dan Hwari protes akan hal tersebut. Anak jantan termudanya ditahan oleh Konihi dengan tuduhan pembunuhan. Namun, reaksi Talis yang berusaha melarikan diri menunjukkan sebaliknya. Kedua Konihi itu dengan cepat menahan sirip dan ekornya agar tak lagi bisa berlari kemana-mana.

Hwari hampir kehilangan kesadarannya. Sementara Kauri masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Berbeda dengan Teika, ia sangat-sangat marah. Talis bisa tahu betapa marah kakaknya. Tatapan itu seolah mengisyaratkan 'kau bukan adikku lagi' meski ia tak berkata apa-apa.

Talis akhirnya tahu, para Konihi menangkapnya setelah Rake melaporkan kejadian tersebut. Pari itu sangat ketakutan, tetapi bukan karena sahabatnya sudah menjadi predator yang buas, tetapi karena Rake merasa dirinya ikut andil dalam pembunuhan Anera setelah membiusnya. Melalui pemeriksaan mackerel, Rake dibebaskan.

Sementara Talis mengakui perbuatannya. Ia memakan Anera karena ikan itu sendiri yang memintanya. Meski begitu, Talis tetap dihukum. Terutama karena ia ikan yang masih muda dan sudah menerobos masuk batas wilayah herbivora.

Sayangnya Talis tak pernah menduga hukuman apa yang akan ia dapatkan.

Selain Tehere, tak ada satupun temannya yang hadir di sana. Sepertinya mereka semua sudah takut, dan Talis marah karena ternyata 'tidak peduli meski sirip kita berbeda, kita akan selalu berenang di arus yang sama' hanyalah sebuah omong-kosong belaka. Mereka pada akhirnya meninggalkannya sendirian, menerima konsekuensi dan hukumannya sendirian, bahkan di hari persidangan pun mereka tidak hadir.

"Terdakwa dimohon untuk mengangkat kepalanya," kata seorang dewan yang berada di tengah-tengah dewan lainnya. Talis mengangkat kepalanya dengan gemetar. "Talis Kua. Berdasarkan seluruh bukti atas pelanggaran yang kau lakukan, Dewan Solaris dengan ini menjatuhkan hukuman mati."

Seluruh ruangan dipenuhi dengan suara. Kebanyakan adalah teriakan dengan rasa puas. Akhirnya satu ikan bermasalah disingkirkan. Sementara Talis hanya bisa membuka mulutnya tanpa suara saat dewan masih terus membacakan putusannya.

"Terdakwa akan menjalani hukuman mati oleh seekor Konihi tanpa disaksikan oleh siapapun." Lalu dewan mengetuk siripnya di atas karang, menandakan persidangan telah usai. Tak ada kesempatan untuk banding. Ia berharap nyanyian kecilnya pada Roh Laut bisa terdengar, tetapi bahkan samudra tak sudi menangis untuknya. Riwayat Talis selesai hari ini.

Saat itulah Talis berbalik, memanggil induknya dengan ketakutan. "Mama! Mama! Tolong aku! Aku tidak mau mati! Aku tidak mau dimakan!"

Hwari di belakang sana tentu ingin menyelamatkan anak jantannya, tetapi tak ada yang bisa dilakukannya. Selain bersedih dalam naungan sirip pasangannya. "Papa! Teika! Tehere! Siapapun tolong aku!"

Tak ada yang ingin membantunya. Mereka tetap di tempatnya dan menyaksikan saat dia hiu dewasa menyeret Talis pergi dari sana. Ia meronta berusaha untuk melepaskan diri, tetapi semua usahanya sia-sia.

Tubuhnya dibawa masuk ke dalam ruangan yang sangat gelap, dimana seekor Konihi sudah menunggunya di dalam sana. Kali ini bukanlah seekor hiu yang umumnya menjadi spesies dominan, melainkan paus orca yang sepertinya disiapkan khusus untuk Talis.

Napasnya tertahan saat melihat paus orca itu sudah membuka mulutnya lebar. Talis menjerit, ingin dikeluarkan dari sana, tetapi tak ada yang ingin membantunya. Ia bisa merasakan arus menariknya masuk ke dalam sana. Ekornya dan siripnya terlalu lemah untuk melawan.

"Tidaaaaaak!"

Lalu Talis membuka mata. Cahaya remang-remang memasuki penglihatannya. Insangnya bergerak tak karuan, ekornya mengibas dengan gelisah, dan kedua siripnya menegang. Hanya mimpi, tetapi mimpi yang terasa sangat nyata. Talis tahu dirinya berada di Abyss sekarang, jauh dari Solaris dan paus orca.

Anok masih tertidur di sampingnya dengan lelap. Ia bersyukur karena tak membangunkan hiu betina itu setelah berteriak sekeras itu. Talis kemudian berenang menjauh sedikit, berusaha menenangkan dirinya dari mimpi buruk itu.

Sampai Anok akhirnya terbangun dan mendapati Talis yang menyendiri. "Terjadi sesuatu, hiu besar?" panggilnya, tetapi Talis tak menoleh sedikitpun. Akhirnya Anok yang berenang mendekatinya.

"Ada apa?" tanya Anok lagi. "Apa ini soal semalam?"

Semalam. Mendengar itu membuat Talis sejenak melupakan mimpi buruknya, dan meski agak malu karena Anok menyinggungnya secepat ini, dia juga lega karena hal itu ternyata bisa membuat pikirannya sedikit lebih tenang.

"Bukan apa-apa ...," katanya berusaha menyembunyikan kegelisahan, dan Anok benar-benar tak menyadari itu.

"Jadi bagaimana selanjutnya?"

"Bagaimana selanjutnya apa?" tanya balik Talis.

"Apa kau akan tinggal di Abyss mulai dari sekarang? Atau seperti rencanamu di awal, kau hanya akan tinggal di sini sampai distrikmu kembali aman."

Pertanyaan itu lagi, dan sejujurnya Talis bahkan belum benar-benar memikirkannya. Ia bahkan tak tahu sudah berapa hari terlewati selama dirinya berada di Abyss. Namun, jauh di lubuk hatinya ia masih ingin kembali ke Solaris, tetapi di saat bersamaan tahu rumahnya tak lagi berada di sana. Para orca pasti akan membunuhnya jika melihatnya.

Sementara itu di bawah sini kemampuannya sebagai predator semakin terasah. Talis merasa dirinya hampir mencapai jiwa predatornya yang alami. Selain itu ia sudah sampai di tahap lima bersama Anok, dan sebagai jantan ia bahkan telah merencanakan untuk masuk tahap enam.

Membentuk keluarga.

Namun, bagaimana caranya menciptakan keluarga yang harmonis di laut dalam? Hanya beberapa waktu terakhir Talis berburu telur ikan-ikan betina, tidak menutup kemungkinan ikan-ikan mungkin akan memburu telurnya juga. Ada lebih banyak ancaman di dalam Abyss daripada jumlah giginya sendiri.

Atau ... Talis bisa membawa Anok untuk kembali ke atas, dan memulai hidup baru mereka di sana. Tidak harus Solaris. Anok dulu bilang ingin ke Potron.

Talis baru saja ingin mengatakan itu saat secara tiba-tiba arus Abyss mendadak berubah. Mereka berdua bisa merasakannya. Ekor Talis dan Anok berhenti bergerak untuk beberapa saat.

Lalu sesosok makhluk masuk ke rumah Anok dan tiba-tiba saja menerjangnya, tetapi Talis bergerak dengan cepat. Ia segera membuka mulut dan menggigit makhluk itu sampai berhenti bergerak, dan cahaya di atas kepalanya padam.

Ikan lentera.

Meski Anok belum berkata apa-apa, Talis tahu masalah yang besar baru saja terjadi di Abyss.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro