Chapter 23
Kesal dan terkejut bercampur jadi satu. Keduanya saling berebutan untuk mendapatkan tempat di dalam kepala Tehere, dan tak ada satupun yang mau mengalah.
Ia benar-benar marah pada Maui dan Matau karena masih menganggap para hiu bersalah atas kematian Perdana Menteri—atau sekarang sudah bisa dipanggil dengan nama aslinya, Ariki—hanya karena tubuh-tubuh malang mereka menghilang. Andai saja tak ada yang mengambil dan menyembunyikan mayat Mako dan hiu Tiaki lain, nama para hiu pasti bersih. Bahkan setelah Tehere pikir lebih jauh, tidak akan ada yang terjadi pada hari ini andai tubuh mereka masih ada. Para hiu tidak akan dibantai habis, dan Kartikeya mungkin tidak akan dilantik menjadi Perdana Menteri berikutnya.
Tehere masih tak habis pikir bagaimana seekor Khupu sepertinya kini menjadi pemimpin Solaris hingga musim berikutnya. Sekarang ia dan lainnya tahu alasan mengapa Maui tiba-tiba muncul di perpustakaan dan memanggil Kartikeya saat mereka baru saja akan membaca catatannya.
"Kini kita punya Perdana Menteri Lumba-Lumba," kata Rake masih tak percaya dengan apa yang baru saja dilaluinya dan semua ikan yang tinggal di Solaris. Setelah Kartikeya secara resmi dilantik menjadi Perdana Menteri, Tehere memutuskan untuk berkumpul dengan teman-temannya dan berharap bisa lanjut membahas penyelidikan mereka. Namun, sepertinya ketiga temannya sudah kehilangan fokus dan lebih tertarik membahas kejadian hari ini.
"Siapa yang tahu beberapa musim berikutnya seekor Pari akan memimpin Solaris. Hei! Mungkin itu aku?!" sambung Rake bersemangat, dan langsung mendapatkan gelak tawa dari Poha.
"Yang benar saja! Jangan tersinggung, tetapi tidak ada yang mau memiliki pemimpin dengan bekas luka pertarungan sebesar itu di siripnya," ejek Poha, diikuti dengan tawa yang kecil dari Marino. Sementara Rake cemberut.
Seperti dulu. Mereka akhirnya benar-benar kembali seperti dulu lagi. Berkumpul, bercanda, tertawa bersama, membahas mimpi di masa depan.
"Kurasa aku akan menjadi Kaiwha saja," kata Poha saat itu, yang langsung dibalas Rake dengan candaan.
"Kalau menjadi Kaiwha, kau akan setiap hari berurusan dengan cumi-cumi. Tubuhmu akan dipenuhi tinta dan kulitmu akan berubah warna dari kuning menjadi hitam."
"Aku masih punya banyak waktu sebelum memikirkan itu semua," kata Marino yang terdengar santai. "Bagaimana denganmu, Rake?"
"Entahlah. Kurasa Khupu. Kami termasuk perenang yang unggul di lautan."
"Aku juga masih belum tahu akan jadi apa." Lalu Anera. "Bagaimana denganmu, Talis?"
"Oh, tentu saja." Talis kecil menarik napas dalam-dalam dan mengucapkan dengan lantang, "Aku akan menjadi Konihi, aku akan membasmi setiap ikan-ikan nakal di Solaris, dan menjadikan tempat ini menjadi arus terdamai di seluruh lautan!" Lalu mereka akan tertawa dengan cara Talis yang selalu berapi-api.
"Kalau kau menjadi Konihi, maka aku akan menjadi Piri untukmu. Dengan begitu kita akan selalu bersama-sama." Terakhir Tehere.
Sayangnya tak ada satupun dari hal itu yang mungkin akan tercapai. Rake menjadi Hahai yang bertarung dengan keras di atas arena. Poha masih menghabiskan waktunya di depan Pearl Link. Marino belum melakukan apa-apa. Tehere memang sudah jadi Piri sekarang, tetapi ia bukan Piri untuk Talis. Sementara itu Talis bahkan tak lagi bisa menjadi Konihi untuk Solaris. Karena ia sudah dilarang masuk ke distrik kelahirannya sendiri.
Bahkan kalau dia masih ingin masuk dengan paksa, Talis berada di laut dalam sekarang. Tempat di mana hukum laut tak berjalan sedikitpun selain hukum apex. Talis memang seekor hiu, tetapi ia terluka saat pergi ke sana. Peluangnya untuk selamat kecil.
Tehere buru-buru melepaskan semua prasangka buruk itu di dalam kepalanya. Tidak, Talis masih hidup. Hiu itu sangat kuat. Mungkin dirinya sedikit lamban dalam berpikir, tetapi Tehere mengenal dekat Talis, ia akan bertahan, dan Tehere akan memastikan ia kembali ke Solaris dalam keadaan hidup-hidup.
"Samudra pada Tehere!" Marino berteriak di samping insang Tehere, dan langsung membuatnya tersentak. "Samudra pada Tehere! Kau di sana, kawan?" ulang Marino sekali lagi.
"Ya!" balasnya keras, dan reaksi itu membuat ketiga temannya tertawa. "Ada apa?"
"Kau baik-baik saja?" tanya Poha. "Kau sepertinya melamun."
"Apa ini tentang Perdana Menteri Lumba-Lumba," sambung Rake.
"Apa? Tidak! Ini soal Talis—maksudku, hiu!" balas Tehere gugup, meski terdengar lucu, tetapi kali ini tak ada lagi yang tertawa. Mereka tahu Tehere sedang sangat serius, dan seperti dulu, tak ada yang ingin mengganggunya saat ia seperti ini.
Sejak dulu Tehere adalah ikan yang selalu mencari solusi dari setiap masalah, tidak ingin berdebat dan lebih suka mencari cara untuk menenangkan situasi. Jadi hanya di saat-saat tertentu ia akan marah.
"Kau masih ingin membuktikan kalau hiu bukan pelakunya?" tanya Rake dengan berhati-hati, khawatir memancing emosi Tehere yang mungkin dapat melebihi ukuran tubuhnya.
"Bukan mereka pelakunya!" Tehere menatap tajam mereka bergantian. "Tak ada satupun hiu! Untuk itulah kita melakukan penyelidikan ini! Untuk membuktikan kalau manusia adalah pelaku sebenarnya!"
Rake, Poha, dan Marino saling melirik. Mereka terdiam selama beberapa saat, berharap Tehere bisa menenangkan dirinya dan kembali berbicara dengan pelan seperti biasa, tetapi kepalanya sudah benar-benar panas sekarang.
Jadi Marino akhirnya berkata, "Tehere. Bahkan jika kau berhasil membuktikan manusia yang membunuh para hiu? Apa yang akan berubah?"
"Apa maksudmu, Marino?"
"Kau dengar apa kata Maui. Semua orca yang bermasalah sudah diasingkan dari Solaris, dan kita sudah punya Perdana Menteri yang baru."
"Lalu kenapa hiu juga harus merasakan akibatnya? Kenapa mereka tak lagi diijinkan masuk ke dalam Solaris karena sesuatu yang tak mereka lakukan. Seluruh spesies mereka sudah dibunuh, dan mereka yang selamat kini harus hidup di laut bebas? Bagaimana dengan Talis?"
"Tehere, kami tahu semua itu. Kami juga tak mengerti kenapa hiu harus ikut merasakan akibatnya, tetapi apa yang bisa kita lakukan?" ujar Rake dengan pelan. "Kau masih ingin menyelidiki istana dan mencari petunjuk apapun di dalam sana? Kau bahkan tidak tahu akan mencari apa di dalam sana, dan bahkan jika ada, kau masih tidak tahu apa itu ada hubungannya dengan manusia yang membunuh Perdana Menteri Orca."
"Ya!" balas Tehere dengan tegas. "Aku akan masuk ke istana dan mencari petunjuk yang akan membantuku. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan keadilan bagi mereka."
"Tehere, kami tahu kau sangat dekat dengan hiu. Kami tahu di antara yang lain kaulah yang paling dekat dengan Talis. Tapi kurasa sudah saatnya untuk—"
"Memang hanya aku yang paling dekat dengan mereka! Aku remora, dan satu-satunya yang bisa para remora lakukan adalah berlindung di bawah sirip-sirip hiu karena kami adalah ikan yang lemah. Jadi sudah saatnya remora membalas kebaikan para hiu. Bahkan kalau kalian semua juga sudah tidak peduli, aku sendiri yang akan melakukannya."
Lalu Tehere pergi begitu saja, meninggalkan mereka bertiga. Tak sedikit pun berusaha untuk menoleh ke belakang sampai ia menghilang dari jarak pandang. Mulutnya komat-kamit dengan kata-kata penuh kekecewaan. Meski Tehere tahu bahwa teman-temannya terdengar masuk akal karena mereka hanya berempat dan tak ada satupun yang bisa melakukan hal besar. Tehere sudah berbicara di hadapan semua ikan sebelum pelantikan Kartikeya, dan ia malah ditertawakan.
Ekor Tehere memelan, lalu ia berhenti begitunya. Insangnya terbuka dengan pelan. Ia sadar tak bisa melakukan ini sendirian. Benar kata Rake, Tehere memang bisa masuk ke dalam istana dan mencari petunjuk yang dibutuhkannya, tetapi setelah itu apa?
Namun, semangatnya kembali setelah ia menoleh. Tehere baru sadar dirinya berhenti tepat di depan perbatasan kawasan hiu. Tempat itu kosong, tak ada lagi ikan apapun yang melintas di dalam sana. Tehere berenang masuk, dan entah mengapa merasa arusnya jadi berubah, tetapi ia tahu itu hanya perasaannya saja.
"Tidak. Aku tidak boleh berhenti begitu saja," ucap Tehere pada dirinya sendiri. Ia menutup matanya, mencoba merasakan arus yang menyentuhnya. Seolah ia sedang menyatu dengan Roh Laut dan jiwa-jiwa para hiu yang tak bersalah. "Aku akan membuktikan pada mereka kalau kalian tak bersalah. Dan Talis, aku akan membawamu kembali ke Solaris."
Saat Tehere membuka matanya lagi, seekor ikan berukuran besar tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya. Sebelum ia bisa bersuara, sirip ikan itu memukul Tehere hingga ia terhempas ke dasar.
Setelah itu hanya kegelapan, seakan dirinya sudah berada di laut dalam, siap menjemput Talis dan membawanya pulang.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro