Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 22

Mengabaikan semua yang telah terjadi kemarin, saat semua ikan benar-benar menolak untuk meninggalkan rumah mereka dan menjadi Solaris seperti distrik yang kehilangan ekosistemnya. Halaman istana benar-benar dipenuhi oleh ratusan ikan saat pasang tertinggi.

Tehere, Rake, dan Poha berangkat bersama-sama, tetapi ikan buntal itu harus berpisah setelah menemukan induknya. Ia pergi sambil berteriak 'Mama' dan menghilang di antara kerumunan. Sedikit berada di atas para penyu seolah membentuk barisan dan memberikan bayangan semu pada ikan-ikan yang berada di dasar. Tehere bisa mengenali Marino berada di antara mereka dan menunjukkannya pada Rake, tetapi mereka tak memanggilnya.

"Menurutmu mengapa istana memanggil semua ikan sekarang?" tanya Rake pada Tehere.

"Kurasa sudah jelas ini tentang kematian Perdana Menteri Orca," ujar ikan remora itu. "Mungkin sudah saatnya mengumumkan siapa pemimpin baru kita sekarang."

Dugaan Tehere menguat setelah menemukan Maui dan juga Matau muncul dari dalam istana dan berenang di depan gerbang istana. Bagi hampir semua ikan—termasuk Tehere sekalipun—pemandangan di hadapannya adalah hal yang asing. Karena selama ini gelembung pesan istana akan dilanjutkan dengan pengumuman besar dari Tuan Perdana Menteri kebanggaan mereka. Sekarang yang ada di sana hanyalah pengawal kepercayaannya.

Seluruh gemuruh di antara para ikan menghilang, digantikan dengan perhatian tertuju pada kedua paus orca di hadapan mereka.

"Jantan, Betina, seluruh ikan bersirip, tentakel, dan makhluk berinsang di Solaris." Maui memulai pidatonya sebagaimana Perdana Menteri Orca dulu juga selalu mengatakan hal yang sama. "Seperti yang sudah kalian semua ketahui, beberapa hari yang lalu, pemimpin kita, Perdana Menteri Orca, Yang Mulia Ariki, tewas terbunuh. Roh Laut akan menerima Tuan kita untuk bersama-sama masuk ke dalam arus terbaik."

Keheningan berubah sedikit setelah beberapa ikan bergumam secara bersamaan, tetapi perhatian mereka segera diambil kembali oleh Maui.

"Solaris mungkin masih dalam masa berduka, tetapi dalam sistem politik, distrik kita sedang dalam kekosongan. Dewan Solaris telah memutuskan akan melantik pemimpin baru hari ini."

Kini gumaman berubah menjadi kata-kata yang terdengar keras. Semua ikan tak menyangka paus orca yang baru akan menjadi pemimpin Solaris hari ini. Termasuk Tehere sekalipun hanya bisa terperanjat. Ia mungkin seekor Piri yang bekerja untuk istana, tetapi ia tak tahu-menahu soal rapat dewan yang Maui maksud."

"Tunggu sebentar!" Suara teriakan terdengar dari salah satu ikan yang berada di kerumunan. Nampak seekor pari manta naik dari permukaan dan kini semua ikan dapat melihatnya. Rake mengenal pari itu karena dia adalah pelatihnya. "Bagaimana dengan para hiu?"

Suara-suara lain mengiringi pertanyaan tajam pari serba hitam itu. Dia melanjutkan, "Di hari ketika Tuan Perdana Menteri tewas terbunuh, puluhan spesies orca menyerang habis setiap hiu yang mereka lihat, bahkan termasuk anak-anak. Kalian berdua tahu kalau mereka tak bersalah, tetapi hampir semua hiu mati sia-sia."

Ikan-ikan yang lain sontak sependapat dengan pari manta itu. Tehere menggeram kesal karena masih banyak ikan yang percaya kalau pelaku pembunuh Perdana Menteri adalah para hiu Tiaki.

"Ya! Bagaimana dengan keadilan untuk para hiu?!"

"Dia bahkan tak sedikit pun mengucapkan bela sungkawa pada hiu. Spesies orca memang tak pernah punya hati!"

"Aku mewakili setiap ikan di Solaris, meminta agar setiap paus orca harus bertanggung jawab atas kematian semua hiu yang terbunuh, dan tak lagi menginginkan perdana menteri dari spesies paus orca." Pelatih Rake menambahkan sekali lagi, dan kali ini seluruh halaman istana dipenuhi dengan sorak-sorai yang mampu menggetarkan arus Solaris.

Matau yang sejak tadi tak berkata apapun mulai berusaha menenangkan kerumunan, di satu sisi Maui mencoba untuk melanjutkan pidato pendeknya.

"Para ikan, aku mohon, tenanglah!"

Butuh beberapa kilatan lamanya sampai mereka bisa kondusif kembali. Maui, meski terlihat menahan dirinya untuk tidak kesal, mencoba berkata dengan tenang seperti biasanya. "Ikan-ikan, kami semua sangat menyadari apa yang terjadi di hari Perdana Menteri Orca terbunuh. Hampir seluruh spesies hiu di Solaris juga tewas akibat ulah sekumpulan paus orca yang tak bisa mengendalikan diri mereka. Aku sebagai paus orca, juga sangat malu dengan tindakan mereka yang hanya dikendalikan oleh insting predator.

"Dan kami mengerti, tak akan pernah ada kata maaf bagi mereka yang dengan sewenang-wenang, memanfaatkan status apex mereka untuk menciptakan momen berdarah di Solaris. Maka dari itu ...." Maui menarik napas sejenak sebelum bisa melanjutkan. "Selain melantik pemimpin baru Solaris, ada beberapa hal penting lainnya yang akan kami sampaikan.

"Satu: Setiap paus orca yang terbukti telah membunuh para hiu tak bersalah, akan diasingkan dari Solaris. Mereka dilarang menampakkan sirip dan ekor mereka dari distrik kita, dan setiap yang secara paksa berusaha menerobos masuk akan mendapatkan hukuman mati."

Sekali lagi Maui berhasil membuat semua ikan di hadapannya terkesiap. Meski tak menyangka sedikitpun, sebagian besar di antara mereka tampak senang dengan keputusan besar tersebut. Beberapa lainnya masih bertanya-tanya. Namun, ia belum selesai.

"Kedua: Hiu dilarang untuk memasuki Solaris, termasuk mereka yang berhasil meloloskan diri dari kasus predasi beberapa hari sebelumnya. Setiap yang berusaha menerobos masuk akan mendapatkan hukuman mati."

Lagi-lagi sebuah penetapan yang di luar dugaan. Setiap ikan yang bisa mendengarkan hanya bisa bertanya-tanya, apakah yang terjadi di hadapan mereka kini adalah kenyataan? Tidak hanya paus orca, kini apex yang berada satu tingkat di bawah mereka juga sudah dilarang di Solaris.

"Tunggu!" Suara teriakan lainnya terdengar di antara keriuhan para ikan. Tehere naik dan berenang maju hingga perhatian semua ikan untuk sesaat tertuju padanya. "Tidak ada satupun hiu yang bersalah dalam kematian Tuan Perdana Menteri," katanya dengan yakin.

"Apa maksudnya bukan hiu yang melakukannya?!" tanya salah satu ikan.

"Manusia! Manusia yang membunuh Perdana Menteri Orca!" teriaknya lagi. Sejenak hanya keheningan, tetapi kemudian salah satu ikan mulai tertawa lepas, begitupun ikan-ikan yang lain. Rake, Poha, dan bahkan Marino yang melihat menyaksikan dari tempat masing-masing hanya bisa terdiam, tak tahu harus melakukan apa. Meski ekor mereka sudah panas untuk bergabung dengan Tehere.

"Apa maksudmu manusia, dasar ikan aneh? Mereka itu mitos!"

"Manusia itu tidak ada!"

"Manusia itu ada!" balas Tehere. "Aku seekor Piri untuk hiu Tiaki bernama Mako. Aku melihat sendiri ada kawanan manusia yang masuk lewat etalase istana dan membawa kepala Perdana Menteri Orca. Manusia yang membunuhnya beserta para hiu Tiaki. Tak ada hiu yang bersalah. Tidak seharusnya hiu dilarang masuk ke tempat ini!"

Tawanya sedikit memelan, meski masih ada beberapa ikan yang menganggap Tehere hanya membual. Namun, ada yang justru marah padanya. "Kau ini bicara apa, sih?!"

"Dia ikan remora! Tentu saja dia akan terus membela para hiu meski mereka salah!"

"Apa? Tidak!" protes Tehere. "Aku membela mereka karena mereka memang tidak bersalah!"

Namun, seolah tak ada lagi yang mendengarkan Tehere. Teman-temannya yang ada di sana mencoba untuk meyakinkan masing-masing ikan di samping mereka, kalau apa yang Tehere katakan adalah benar, tetapi usaha mereka juga tak benar-benar memberi hasil. Mulut Tehere hanya bisa terbuka lebar tanpa berkata apa-apa. Hampir semua ikan sedang mencemoohnya.

Tehere tidak menyerah. "Kau!" Dengan muak ia berbalik dan berenang lebih dekat dengan Maui. "Kau tahu kalau yang kukatakan adalah benar! Para mackerel tahu aku berkata jujur! Kau tahu kalau ini ulah manusia dan bukannya hiu!"

Sayangnya baik Maui ataupun Matau juga seakan tak mendengarkan suara kecilnya. Justru Maui berhasil mengendalikan kerumunan dengan mudah lewat pengumuman berikutnya.

"Tiga: Perdana Menteri berikutnya tidak akan lagi berasal dari kalangan paus orca."

Hening. Benar-benar tak ada suara. Bahkan Tehere sekalipun dibuat terdiam meski kepalanya sedang panas.

Maui melanjutkan, "Dewan sepakat, Solaris akan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap spesies ikan untuk menjadi pemimpin Solaris. Namun, hingga musim berikutnya, perdana menteri kita sudah dipilih terlebih dahulu, dan akan dilantik hari ini."

Gerbang istana terbuka. Seekor ikan dengan tenang berenang keluar dari sana. Tehere sekali lagi dibuat ternganga saat tahu siapa pemimpin Solaris berikutnya. Kini, perdana menteri mereka tidak akan lagi dipanggil Perdana Menteri Orca.

Tetapi Perdana Menteri Lumba-Lumba.

"Semoga Roh Laut menemanimu dalam arus yang murni," sambung Maui. "Nyonya Perdana Menteri Solaris, Yang Mulia Kartikeya Kaituku."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro