Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 21

Tehere baru saja akan mengirimkan gelembung pesan pada Poha sebelum ikan buntal itu sudah muncul di hadapan rumah karangnya. Ia dibuat terkejut, atau semakin bersemangat karena menemukan tubuh lebar Rake juga berada di sana.

"Rake ... astaga! Sudah lama sekali ...," sambut Tehere dengan gembira. "Kau semakin besar saja." Kemudian ia mengernyit, menyadari ada bekas luka melintang di siripnya. "Ada apa denganmu?"

"Pertarungan di ring," jawab Rake sambil menekuk kecil siripnya.

"Dia seekor Hahai sekarang," sambung Poha dan menambah ketakjuban di wajah Tehere.

"Sungguh? Wow. Aku belum pernah menyaksikan pertandingan Hahai sebelumnya. Melihatmu di sini sekarang kurasa ... agak sedikit ekstrim."

Itu memberi Rake tawa yang kecil, sebuah tawa yang sudah lama Tehere pun Poha tak mendengarnya. Tawa yang masih sama. "Bisa dibilang begitu. Kalau sempat kalian bisa datang kapan-kapan, tetapi sepertinya tidak dalam waktu dekat. Tidak setelah lautan jadi sedikit ... kacau."

"Ya ... ada banyak yang terhenti setelah kasus predasi itu," ujar Tehere sambil mengeluarkan gelembung-gelembung kecil di insangnya. "Bahkan rasanya arus di Solaris juga berhenti mengalir."

"Poha bilang kalian melakukan sebuah penyelidikan kecil?" tanya Rake.

Tehere mengangguk kecil. "Aku tidak akan bilang ini kecil lagi setelah beberapa hal yang kutemukan. Kurasa kecil adalah karena kita hanya bertiga." Ia menatap Rake dengan penuh harap. "Dengan kedatanganmu di sini, kupikir Poha mengajakmu untuk menjadi anggota ke empat?"

"Kurasa," jawab Rake pelan. Dia berusaha sebisanya untuk menutupi antusiasme di dalam tubuhnya. "Tapi sebenarnya apa yang kalian selidiki?"

Tehere mengajak mereka berdua masuk sementara ia menjelaskan tentang pembunuhan Perdana Menteri Orca dan kemana tubuh para hiu Tiaki yang sudah mati. Sontak saja ekor Rake menegang.

"Kau serius?" Suara Rake meninggi. Ia melirik Tehere dan Poha, tak ada keraguan sedikitpun yang terlihat di antara keduanya. "Kurasa kalian benar-benar suka membawa sirip kalian dalam masalah."

"Dengarkan aku, ikan-ikan." Poha menaruh perhatian mereka di atas karang datar, yang sudah tersusun secara acak beberapa kerang tipis bertuliskan beberapa nama. "Bisa dibilang hanya empat puluh persen ikan di Solaris yang percaya pada keberadaan manusia, dan juga bisa kukatakan hanya sepuluh persen yang pernah melihat mereka. Tidak. Aku bisa turunkan jadi lima persen."

"Aku membuat forum kecil di dalam sonar tentang para ikan yang pernah menyaksikan keberadaan manusia. Entah memang benar atau tidak, tetapi bisa kukatakan cerita-cerita mereka tidak berbeda jauh dengan catatan yang dibuat Kartikeya. Aku kemari sebenarnya untuk membahas itu, tetapi sepertinya kau punya sesuatu yang lebih menarik?" ujar Poha, dan ikan remora itu lantas mengangguk.

Tehere menaruh sebuah alga tipis dan menumpunya di atas kerang yang bertuliskan 'Manusia', kemudian ujung alga yang satunya di arahkan ke atas kerang yang bertuliskan 'Perdana Menteri Orca'. "Kematian Tuan Perdana Menteri Orca tak bisa disangkal lagi, pelakunya adalah manusia. Begitu juga dengan para hiu Tiaki yang berada di sana."

Alga lainnya membentuk garis di antara 'Manusia' dan 'Tiaki'. "Pelaku pembunuhan: Manusia. Pertanyaannya sekarang adalah, kemana tubuh para hiu pergi setelah dibunuh?"

Di atas karang datar, kerang-kerang tipis lainnya yang bertuliskan spesies ikan berbeda. Rake yang sejak tadi hanya terdiam dan memperhatikan langsung menghentikan sirip Tehere dan berkata. "Tunggu. Menurutmu mereka pelakunya?"

"Tersangka, Rake," balas Tehere tanpa ragu.

"Kau serius?" tanya lagi Rake masih tak percaya. "Untuk apa mereka menyembunyikan tubuh hiu yang sudah mati?"

"Selama tiga hari ke belakang aku tak berhenti mengunjungi perpustakaan. Awalnya aku hanya ingin membaca catatan Kartikeya atau Khupu lain yang mungkin pernah menyaksikan manusia, tetapi aku tak menemukan apa-apa. Lalu aku mulai membaca sejarah Solaris, tentang ikan-ikan mana saja yang pernah bermasalah dengan spesies hiu. Konfrontasi herbivora-karnivora. Predasi hiu besar-besaran, dan—"

"Baiklah, kali ini aku sepakat dengan Rake, teorimu tidak masuk akal, Tehere," potong Poha cepat. "Kau tidak bisa menyalahkan mereka karena sesuatu yang terjadi pada leluhur kita."

"Pertama-tama, aku tidak menyalahkan mereka. Aku mencurigai mereka," sergah Tehere. "Secara fisiologi teoriku juga masuk akal. Mako dan hiu-hiu itu berukuran besar, hanya ikan-ikan ini yang secara fisik dapat memindahkan mereka ke tempat manapun."

Mereka bertiga terdiam sejenak. Rake terlihat berusaha menyusun setiap kata-kata Tehere di dalam kepalanya. Rake tak mengerti, dan ia menyerah. "Kenapa menemukan tubuh hiu yang sudah mati di istana penting untukmu?"

Tehere menarik napasnya. "Karena aku yakin, siapapun yang menyembunyikan tubuh-tubuh itu, ingin menghilangkan bukti yang besar. Di awal rapat darurat, Maui dan Matau, pengawal meyakini hiu adalah dalang utama di balik kematian Perdana Menteri Orca. Kesaksian yang salah itu menyebabkan hampir seluruh hiu di Solaris tewas terbunuh," jelas Tehere dengan perlahan-lahan.

"Jadi menurutmu ikan-ikan ini bekerja sama dengan manusia?" tanya Poha.

Tehere menggeleng. "Tidak. Aku pikir tidak akan ada ikan yang mau bekerja sama dengan manusia, tetapi menurutku ada yang memanfaatkan momen ini untuk menghabisi seluruh hiu."

"Karena itulah kau mengaitkan ini dengan predasi besar-besaran yang pernah dilakukan hiu di masa lalu?" kata Rake, dan Tehere mengangguk sepakat. "Masuk akal, tetapi masih terdengar terlalu ... bagaimana mengatakannya? Terlalu mengaitkan dua hal yang berbeda? Cocokologi?"

"Dengarkan aku. Bagaimana caranya puluhan paus orca, bersama-sama, mencari dan membunuh setiap hiu yang mereka temui di Solaris?" kata Tehere, memberi pertanyaan tanpa menunggu jawaban siapapun. "Komunikasi khusus antar paus orca. Ada salah satu dari mereka yang membuat predasi ini terjadi."

"Dan itu adalah ...." Rake masih ragu menyebut namanya, meski apa yang Tehere jelaskan mulai menunjukkan alga yang hijau segar. "Tuan Maui?"

"Ayolah. Ia pengawal kepercayaan Perdana Menteri." Poha ikut berkomentar. "Maksudku, ya, sekarang ia pemimpin Solaris sementara, tetapi untuk apa ia membunuh Perdana Menteri Orca dan mengarahkan setiap orca untuk menghabisi hiu di Solaris? Bahkan kalau itu memang benar, bagaimana kau akan membuktikannya?"

Tehere tak harus menjawabnya. Ia hanya menunggu Poha, ataupun Rake mencari jawaban itu sendiri.

"Kau akan masuk istana?" kata Rake, dan Tehere tersenyum lebar.

"Aku Piri. Tidak sulit bagiku untuk masuk istana dan mencari apapun yang ada di sana."

"Ya, tapi kami tidak. Bagaimana kami akan masuk istana dan menyelidiki ...." Ucapan Poha memelan setelah ia sadar kemana arah pembicaraan Tehere. "Kau akan melakukan ini sendirian, kan?"

"Aku tidak punya pilihan lain."

"Lalu bagaimana dengan kami?" sambung Rake. "Aku baru saja bergabung dengan pencarian menegangkan ini bersama kalian dan aku ... apa? Dikeluarkan dari tim?"

"Aku tidak bilang begitu, tetapi aku tidak mungkin membawa kalian masuk ke dalam istana."

"Oh, sudahlah ...." Kedua sirip Rake turun dengan lemas. "Terima kasih sudah berbagi cerita tentang petualanganmu."

"Ayolah, Rake. Kau pikir setelah dari istana penyelidikan ini akan selesai? Aku tidak akan berhenti sampai semua ini terjadi. Sampai Talis bisa kembali kemari dari laut dalam."

Namun, Rake seolah tak mendengarkan lagi. Entah mengapa dia kecewa karena merasa tak lagi dilibatkan. Meski ia sadar sikapnya sangat kekanak-kanakan.

"Aku merindukan kalian ...," katanya tiba-tiba, dan ekor Tehere sontak berhenti bergerak. Poha juga sama terkejutnya. "Sangat."

"Oh, Rake ... aku juga," ujar Tehere.

"Dan aku juga. Aku merindukan kalian semua. Aku merindukan Talis, dan bahkan Anera," kata Poha pelan. "Aku mengerti kenapa kita berhenti berbicara setelah Anera mati. Semuanya kacau, dan kita semua butuh waktu untuk memulihkan diri dari peristiwa itu, tetapi aku merindukan kalian."

Poha melirik Tehere lemah. "Saat kau datang ke rumahku hari itu dan berkata kalau Talis dalam masalah, aku benar-benar siap untuk membantunya. Meski semua tidak berjalan dengan baik, tetapi aku sangat senang, karena setelah bermusim-musim lamanya, kalian masih mencariku."

"Aku juga ...," sambung Rake, dan tersenyum tipis. "Aku akan menunggu saat kau butuh bantuanku lagi, Tehere."

"Aku pasti akan mengirimkanmu gelembung saat itu terjadi," balas Tehere. "Kau juga, Poha. Kalian semua."

"Tidak peduli meski sirip kita berbeda ...."

Senyum Tehere naik. Ia baru saja ingin melanjutkan kata-kata Rake sebelum sebuah gelembung pecah di sisi tubuhnya. Ketiganya baru saja menerima gelembung pesan, dan bukan hanya mereka, tetapi semua ikan di Solaris mendapatkan hal yang sama. Karena gelembung itu datang dari istana.

"Semua ikan diharapkan datang ke halaman istana saat pasang tertinggi."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro