Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 19

Tane sudah tidak sabar dengan penetasan telur-telurnya. Ia dan juga Kaira sudah membicarakannya sejak tiga bulan lalu. Kalau mereka akan meninggalkan Abyss dan memulai kehidupan baru di bawah sana. Tidak ada tempat yang paling berbahaya selain Abyss, bahkan di laut dalam sekalipun, distrik ini tidak memiliki hukum yang berlaku.

Kaira melepaskan lebih dari seribu telur, sebagaimana ikan lentera betina pada umumnya. Meski Tane tidak yakin semuanya akan menetas secara bersamaan, tetapi ketika cukup banyak dari anak-anaknya yang siap memulai hidup di lautan, mereka akan langsung pergi.

"Kau tidak bisa melepaskan perhatianmu dari telur-telur itu, yah?" Tane mendengar suara pasangan hidupnya dari belakang, ia menyaksikan cahaya kecil milik Kaira bergerak mendekatinya. "Padahal aku yang melepaskannya, tetapi sekarang seolah-olah kau siap menjaga mereka setiap kilatannya."

Tane tersenyum. "Sekarang tugasku untuk menjaga mereka, kekasihku. Kau sudah berjuang keras selama ini."

"Aku tahu kau tidak sabar pergi dari distrik terkutuk ini, tetapi masih ada waktu beberapa minggu sebelum mereka semua menetas bersamaan. Kita bahkan belum memberi mereka nama."

Sirip Tane bergerak dengan cepat. "Biarkan mereka memilih nama mereka sendiri. Dulu indukku melakukan itu padaku."

Kaira hanya bisa terkikik mendengar balasan pasangannya. Sungguh ikan yang lucu. Mereka benar-benar pasangan yang serasi. Pasangan yang siap meninggalkan kehidupan menjemukkan di Abyss dan memulai koloni yang baru jauh dari sini.

"Hei, kemana semua ikan pergi?" kata Tane. Kaira berbalik dan menemukan sekitarnya gelap. Tidak dipenuhi cahaya-cahaya kecil sebagaimana habitat ikan lentera yang biasanya. Ekor mereka mulai bergerak tegang, merasa sesuatu yang salah baru saja terjadi. Namun, mereka tidak bisa pergi meninggalkan telur-telur kesayangan mereka. Tane dan Kaira hanya bersiap untuk apapun yang akan terjadi.

Dari jauh Tane menyaksikan sinar kecil bergerak lurus ke arah mereka. Sejenak keduanya bisa melonggarkan insang dengan lega, tetapi itu sebelum Tane menyadari cahaya tersebut tidak berasal dari ikan yang dikenalnya. Itu bahkan bukan dari ikan lentera.

Kemudian cahaya itu berhenti bergerak. Jaraknya masih jauh dari mereka, tetapi Tane bisa melihat wajah ikan angler tersebut. Tentu saja. Ikan soliter dengan kesombongan tinggi dan selalu berpikir mereka berada di puncak. Hanya spesies mereka yang sangat membenci ikan lentera meski tak melakukan apa-apa selain berenang dan mencari makan.

Lalu keduanya menyadari, ikan angler itu tidak datang sendirian. Namun, cahayanya masihlah satu. Ada ikan lain yang bergerak dengan pelan. Sirip Tane menegang begitu ia bisa melihat deretan gigi yang besar dan tajam di antara cahaya tipis mereka. Bukan tidak mungkin ada seekor hiu di dalam Abyss, tetapi untuk apa seekor ikan angler bekerja sama dengan hiu? Siapa mereka?

"Tane ...," bisik Kaira, suaranya bergetar. "Kita harus pergi ...."

Namun, ikan jantan itu seolah tak mendengarkan. Ia hanya terdiam di tempatnya. "Tane ...? Tane! Kita harus pergi!"

Mata Tane bergerak gelisah. Berpindah-pindah antara ikan hiu di hadapannya dan telur-telur di belakangnya. Kaira langsung menyadari intensi pasangannya. "Tane! Lupakan mereka! Kita harus pergi sekarang!"

Ikan itu tak ingin pergi. Ia mengencangkan sirip dan juga ekornya. Siap untuk menjaga telur-telurnya sendirian dari hiu besar itu. Meski tahu dirinya akan kalah, tetapi ia tak akan membiarkan sirip siapapun menyentuh anak-anaknya.

"Tane!" teriak Keira, dan hiu itu meluncur dengan cepat.

Saat itu Tane hanya menutup mata, mendengarkan jeritan panjang pasangannya, tetapi semuanya menghilang perlahan-lahan, digantikan oleh kegelapan Abyss yang pekat seperti biasa. Walau ikan lentera sepertinya tidaklah begitu familiar dengan gelap. Mungkin bakteri-bakteri bercahaya pada organ di atas kepalanya juga pergi karena ketakutan dengan hiu.

Tane akan memulai hidup baru di laut yang lebih dalam, jauh dari siapapun termasuk hiu itu. Hanya tinggal menunggu telur-telurnya menetas, sekitar dua hingga tiga minggu lagi. Tane sudah bisa membayangkannya.

***

Anok menggerakkan ekornya dengan malas saat mengikuti Mara di depan. Ikan angler itu berkata ia memiliki kejutan spesial untuknya. Anok bukanlah tipe ikan yang suka berbasa-basi apalagi bermain-main, tetapi ini adalah Mara. Angler pemaksa yang selalu saja punya cara untuk membuat Anok menuruti perintahnya.

Meski sepanjang perjalanan mereka menuju Karam dipenuhi oleh geraman kecil Anok, tetapi Mara mencoba membuatnya terhibur dengan berbagai kata-kata manis. "Kau akan menyukai ini, percayalah."

"Bisa langsung jelaskan saja apa yang kau ingin berikan padaku? Jadi aku bisa putar balik kalau memang ini tidak menarik," gerutu Anok malas.

"Kalau begitu apa artinya kejutan?" balas Mara. "Dan sebenarnya ini bukan dariku, tetapi Talis."

"Talis?" tanya Anok, dan Mara langsung menyerigai lebar.

"Lihat? Sudah kuduga kau akan tertarik. Hiu jantan itu melakukan semua ini hanya untukmu, Anok."

Meski Anok jadi lebih penasaran, tetapi dia masih belum begitu tertarik. Malah sebenarnya Anok sedang berusaha menjauhkan diri dari Talis. Caranya untuk menyelesaikan masalah adalah dengan menjauhkan diri. Karena semakin itu bertemu dengan ikan tersebut, semakin Anok tak bisa menyingkirkan masalah itu. Pada akhirnya Anok akan berdamai.

Di dalam Karam ia sudah bisa mendengarkan Takuta dan Neri yang kegirangan bukan main. Entah apapun yang sebenarnya Talis ingin berikan, tetapi sepertinya mereka semua sangat bersemangat.

Saat mereka tiba di dalam kamar Takuta, mata Anok seolah menjadi lebih lebar daripada biasanya. Sirip-siripnya berhenti bergerak karena saking terkejutnya. Di hadapannya ada Takuta, Neri, Talis, dan juga ratusan telur yang tersaji di atas baja datar. Sebagiannya mengambang dengan bebas di udara.

Tentakel-tentakel Neri menjelajahi barisan telur-telur itu, mencari yang ukurannya kecil untuk ia makan perlahan-lahan. Sementara Takuta tak perlu melakukannya, ia menaruh tentakelnya yang lengket dan memakan setiap telur yang menempel satu per satu.

"Anok!" sambut Talis dengan seringai lebar. "Ayo makan telur-telur ini. Enak, loh!"

Hiu betina itu merasakan sambaran kecil di dekat insangnya, yang ternyata berasal dari Mara. "Sudah kubilang kau akan menyukai ini, kan? Talis melakukan ini sendirian. Ia menangkap setidaknya hampir dua ribu telur ikan yang sebentar lagi menetas."

Anok beringsut maju, ia masih belum mengambil satupun telur sementara Mara sudah menikmati santapannya. Talis juga tidak makan.

"Aku sudah makan beberapa tadi. Bersama induk jantan mereka yang lumayan lezat," ujarnya.

"Kau berburu sendirian?" tanya Anok.

Talis menggeleng. "Mara membantuku. Setidaknya menunjukkan arah ke habitat para ikan lentera itu."

Lalu Anok menoleh pada ikan lentera yang masih asyik makan. "Kau tidak khawatir mereka akan datang dan menyerang Karam?"

Dengan santai, Mara menjawab. "Talis penghuni baru di Abyss. Ikan-ikan itu pasti hanya berpikir Talis hiu yang tersesat dan kemudian mengikuti sebuah cahaya misterius yang menuntunnya pada ... makanan lezat. Sebaiknya kau menghabiskan ini sebelum kami yang melakukannya."

"Ubur-ubur tidak makan banyak. Santai saja."

"Tentu saja tidak. Perutmu saja tidak tahu berada di mana," kata Takuta dan tertawa dengan kencang.

Neri tak peduli pada celotehan Takuta soal organ tubuh. Ia segera kembali pada Anok. "Makan saja, hiu besar. Talis melakukan semua ini untukmu. Seperti pejantan yang tangguh, mengarungi arus Abyss dengan gagah berani, datang ke habitat ikan-ikan lentera sebagaimana predator menyeramkan yang hidup di dalam air. Oh, kalian akan menjadi pasangan yang—"

"Oke! Sudah cukup!" potong Talis. Ia merasakan wajahnya jadi panas sekarang. Dengan malu-malu ia melirik Anok. "Uh ..., tetapi Neri benar. Aku sudah berjanji akan mencari telur yang lain. Jadi makanlah."

Talis tersenyum padanya. Anok merasa kecanggungan telah menguasainya. Diikuti perasaan bersalah karena sudah memarahi Talis atas perburuan mereka yang gagal. Ia benar-benar tak menyangka Talis akan berburu sendirian.

Pada akhirnya Anok membuka mulut, memasukkan beberapa telur ke dalam mulut, dan menikmatinya. Sekali lagi Talis bisa melihatnya tersenyum, dan itu membuat insangnya bernapas dengan lega.

Namun, Anok tidak berlama-lama. Ia kemudian pergi dari sana dan Talis tak tahu kenapa, tetapi dengan cepat ia memahami setelah melihat beberapa telur di siripnya.

Diam-diam Talis mengikuti dari belakang. Seperti dugaannya, Anok masuk ke kamar Apis di bawah. Pintunya tidak tertutup, jadi Talis bisa mengintip ke dalam sana. Anok mengatakan sesuatu pada adiknya sebelum memberikan telur-telur tersebut.

Apis makan dengan lahap. Ia ikut tersenyum lebar, menampakkan gigi-giginya yang tajam. Anok mengatakan sesuatu lagi, dan Apis mengangguk berkali-kali. Sebelum akhirnya ia menoleh dan menemukan Talis tengah memperhatikan.

Anok ikut berbalik dan melihat Talis, tetapi ia tak keberatan, begitupun Apis. Anok mengatakan sesuatu lagi pada adiknya sebelum keluar dan menutup pintu.

"Uh ... maaf sudah mengintip," kata Talis, dan Anok menggeleng lemah.

"Tidak masalah," ucapnya. "Terima kasih, Talis."

"Tidak. Sudah kubilang aku akan mencari telur dan—"

"Terima kasih," ulang Anok. "Kau bisa tinggal denganku kalau mau."

Talis terdiam. Ia tak tahu harus berkata apa atas tawaran Anok. Dibanding tinggal bersama seekor gurita dan ubur-ubur yang tak suka dengan suara keras, bersama sejenisnya pasti lebih baik. Apalagi Anok adalah hiu abu-abu.

Lalu Anok berenang pergi sebelum Talis sempat berkata apa-apa, tetapi sebelum itu ia menggigit sirip Talis dan membuatnya mengerang.

"Ouch!" keluhnya, siripnya memang kesakitan, tetapi tidak sampai berdarah. Sontak Talis merasakan jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Senyuman Anok tak menghilang. Talis memperhatikan liukan ekor Anok yang berenang menjauh.

Mulut Talis terbuka dengan lebar, tetapi bukan karena ia ingin mengatakan sesuatu untuk menghentikan Anok. Justru ia juga berenang pergi dari sana, mengikuti Anok dari belakang. Talis tahu apa maksud gigitan kecil Anok, semua hiu tahu.

Sepertinya tinggal di Abyss tidaklah begitu buruk, jika kau seekor hiu yang perkasa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro