
Chapter 17
Ketika Talis keluar dari Karam, ia menemukan Anok. Di depan lubang masuk dengan ekor yang bergerak tenang. Dengan segala yang terjadi pada mereka sebelumnya, Talis memberanikan diri untuk berenang di sampingnya.
Bedanya kali ini ia tak ingin yang pertama memulai pembicaraan. Talis akan membiarkan Anok mengatakan apapun. Entah mengusirnya, atau menjelaskan apapun yang ingin ia jelaskan pada akhirnya.
"Namanya Apiston Yai." Anok menghela napas pendek sebelum melanjutkan ceritanya. "Sejak masih kecil kami berdua sudah berencana untuk meninggalkan Lubion, karena semua ikan di sana sangat membenci karnivora. Setahun lalu, setelah kedua induk kami mati, kami memutuskan untuk pergi dari Lubion di malam berikutnya.
"Apis sangat ingin ke Solaris karena berkata tempat itu sangat menghargai karnivora, aku berpikir Potron mungkin lebih baik karena pemimpinnya adalah seekor hiu putih. Apapun itu, kami hanya terus berenang dan membiarkan arus yang menuntun kami, ke distrik manapun yang bisa dicapai dengan cepat."
Ekor Anok memelan, kedua siripnya turun di kedua sisi tubuhnya. "Lalu itu terjadi. Manusia muncul dan menyerang. Tidak ada yang sempat melawan karena kami bahkan tak tahu makhluk seperti apa mereka sampai salah satu menaruh siripnya pada Apis, atau apapun itu karena tampaknya sangat tidak mirip dengan sirip ikan manapun. Tentakel juga bukan.
"Adikku berusaha sekuat tenaga untuk melawan. Ia menggigit sirip manusia, juga salah satu dari dua ekornya. Ada banyak darah di sana, tetapi pada akhirnya Apis kalah. Ia berhasil dibawa ke daratan, dan berada di atas sana selama beberapa kilatan sampai kupikir dia benar-benar sudah mati dan menghilang."
Talis tak tahu harus berkata apa. Dia bisa merasakan kesedihan Anok yang sangat besar, seolah laut dalam tengah menangis untuknya.
"Tapi ia kembali. Ia turun dari permukaan, dan terus turun. Apis tidak bisa berenang naik, nyatanya ia tak bisa berenang lagi. Manusia-manusia itu menggigit sirip Apis hingga tak ada yang tersisa. Sirip dibayar sirip. Apis terus jatuh hingga mencapai Abyss.
"Setelah itu kami bertemu Takuta. Ia menyembuhkan Apis, tetapi Apis bukan lagi Apis. Ia tak bisa memakan daging ikan karena giginya patah, tetapi meski telah tumbuh kembali, Apis sudah kehilangan selera makannya. Sejauh ini ia hanya mau makan telur ikan. Lalu suatu hari dia bahkan berhenti berbicara, termasuk pada diriku."
"Jadi karena itulah kau ingin kita berburu telur ikan?" tanya Talis, dan Anok mengangguk pelan. Hiu jantan itu ikut mendesah. Berpikir perburuan gagal mereka mungkin tidak sepenuhnya salah dirinya, tetapi karena Anok yang tak menjelaskan kalau mereka mencari telur bukan untuk membayar Takuta, melainkan memberi makan Apis. Namun, dia membuang jauh-jauh pemikiran itu.
"Aku minta maaf." Justru kalimat itu keluar dari mulut Anok, dan cukup membuat Talis terperangah. "Takuta pasti sudah menjelaskan kalau dia hanya butuh udang sebagai bayaran. Seharusnya aku tidak membawamu ke perburuanku. Seharusnya aku tidak marah padamu saat kau hanya melawan balik hiu pemotong kue itu."
"Tidak apa-apa," ujar Talis pelan. "Aku mengerti ...."
"Kau tidak harus pura-pura hanya untuk memberi simpati padaku, Talis. Kau tidak mengerti ...."
"Tidak. Maksudku aku memang tidak pernah bertemu manusia, tetapi aku dan keluargaku seharusnya bisa mencapai Abyss bersama-sama. Tapi mereka semua tewas diserang paus orca. Aku tahu kau hanya melakukan segala cara yang kau bisa untuk menjaganya. Kalau misalnya mereka masih hidup, aku pasti akan melakukan hal yang sama."
Anok menoleh untuk menatapnya. "Kenapa paus orca bisa menyerang kalian?"
"Aku tidak tahu ...." Ingatan Talis kembali lagi saat itu. Ketika Solaris dipenuhi dengan darah yang pekat dan tubuh-tubuh hiu yang sudah mati di dasar. Ketika untuk yang terakhir kalinya dia bertemu dengan keluarganya. Dengan Teika. "Pertama kulihat mereka menyerang guruku, lalu mereka menyerang hiu lain, lalu menyerangku dan memakan setengah ekorku, kemudian menyerang orang tua dan kakakku."
Lalu hiu betina itu pergi, dan Talis tak mengikutinya. Ia masih belum tahu harus kemana sekarang. Ekornya sudah sembuh, luka-luka di sekujur tubuhnya juga sudah membaik. Apakah berenang ke atas dan pergi ke distrik lain adalah pilihan yang benar, atau memulai hidup baru di Abyss jauh lebih baik?
Di Solaris, kehidupan Talis tidak selalu berjalan baik. Setelah memakan Anera, semuanya jadi sedikit kacau. Mimpinya menjadi Konihi sudah pupus, dan tak ada yang tersisa di sana selain darah dan tubuh tak bernyawa dari para hiu. Ia tak mungkin kembali ke sana.
Sementara itu Talis tak tahu bagaimana pergerakan arus di Potron, ia tak pernah ke sana. Lalu mendengarkan cerita Anok tentang Lubion yang mendiskriminasi karnivora pastinya tak membuat Talis tertarik sedikitpun untuk mengunjunginya. Belum lagi bagaimana kalau ia malah bertemu manusia dalam perjalanan ke salah satu distrik?
Namun, apa yang bisa Talis lakukan di Abyss? Ia bahkan tak tahu harus tinggal di mana. Meski merasa ketegangannya dengan Anok sudah berakhir, tetapi Talis berpikir hiu itu tak akan mau menerimanya lagi di rumahnya. Mungkin ia bisa membangun rumahnya sendiri, tetapi itu akan butuh banyak waktu dan tenaga.
"Ah ... ada ikan yang sedang kasmaran ternyata ...." Suara itu membuat Talis tersentak. Ia bahkan tak menyadari Neri berada di sana, entah sejak kapan. Ubur-ubur itu mungkin memiliki cahaya kecil seperti Takuta, tetapi sebagian besar tubuhnya transparan.
"Bicara apa kau ini? Aku hanya ingin mengobrol dengannya," ujar Talis, seraya menjaga jarak dari ubu-ubu itu, khawatir ia akan menyengatnya lagi.
"Oh. Aku bisa melihatnya. Semua ikan seperti itu. Pertama, mereka berburu, kemudian mereka bertengkar, lalu berbaikan. Tahap keempat adalah membuktikan kalau kau pantas, dan kelima ... kawin."
Talis merasakan kepalanya memanas, tetapi menyadari itu bukan karena kesal dengan Neri. "D–Diamlah! Kau saja tidak punya mata untuk melihat!"
"Ayolah, hiu. Sekarang tahap empat. Buktikan kalau kau pantas. Anok marah karena perburuan kalian yang gagal. Jadi yang harus kau lakukan sekarang adalah berburu lagi dan membawakannya lebih banyak telur."
Hiu jantan itu ingin protes sekali lagi, tetapi ia menyerah. Karena pada akhirnya Neri benar. Talis masih harus berburu untuk membayar kesalahannya pada Anok. Lagipula ia sudah berjanji akan membawakannya telur yang lain. Masalahnya ia masih belum menghafal ekosistem Abyss. Entah di mana lagi habitat hiu pemotong kue berada, dan bahkan kalau ia berhasil menemukannya, Talis tidak yakin ia bisa menghadapi mereka sendirian.
"Entahlah, Neri ... kurasa aku tidak bersemangat untuk memburu telur hiu pemotong kue lagi. Tidak setelah mereka menggigit sampai seperti ini."
"Kalau begitu bagaimana dengan mangsa yang tak akan menyerangmu? Ikan yang akan menyelamatkan dirinya saat melihatmu, dan meninggalkan telur-telurnya demi keselamatan mereka," kata Neri. Kedua sirip Talis terangkat saat mendengarnya.
"Ikan lain?"
Neri tak menjawab, tetapi hanya meminta Talis untuk mengikutinya. Mereka ternyata pergi tempat Mara dan Talis berpikir ia akan memburu telur ikan angler. Namun, ternyata bukan.
"Kau ingin berburu sendirian sekarang?" tanya Mara sangsi, tetapi itu setelah Neri menjelaskan kalau Talis tidak akan mencari telur hiu pemotong kue lagi.
"Mungkin kau bisa menjelaskan di mana teman hiu kita bisa mendapatkan telur ikan dengan cahaya lainnya ...?" kata Neri, dan satu-satunya yang terlintas di benaknya masihlah telur Mara, tetapi ia ikan jantan. Atau Talis akan memburu telur dari ikan angler yang Mara kenal?
Namun, Mara tahu apa maksud Neri, dan itu bukan telur ikan angler. "Ah ... tentu saja ...." Ia menoleh pada Talis dan menyeringai lebar. "Kenapa aku bisa lupa. Kau ikan baru di sini, Talis. Tak akan ada yang mengenalmu. Mereka pasti akan mengira kau predator yang tersesat."
"Sebenarnya ikan apa yang kalian bicarakan."
"Sebut saja ikan yang sangat ku benci karena mereka tampak ingin sekali meniru ikan angler sepertiku. Aku menyebutnya produk laut yang gagal," kata Mara dengan bersemangat. "Aku bisa menunjukkan habitat mereka padamu, dan kau akan membawa banyak sekali telur untuk kita makan bersama-sama. Kau bahkan tidak harus repot-repot seperti berburu hiu pemotong kue, karena ikan-ikan ini pasti takut padamu."
"Lalu kau dan Anok bisa masuk ke tahap lima," sambung Neri, tetapi Talis mengabaikannya.
"Aku akan menuntunmu ke sana, tetapi aku hanya akan mengawasi dari jauh," kata Mara, sekali lagi menampilkan gigi-giginya yang kecil tetapi runcing. "Bagaimana, Talis? Kau siap berburu telur ikan lentera?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro