Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1

Talis memakan ikan pertamanya saat dia masih kecil.

Itu jauh sebelum dia memulai pendidikannya untuk menjadi Konihi. Bagaimanapun memang kebanyakan hiu di Solaris memilih untuk menjadi Konihi, sebuah tugas khusus bagi spesies predator untuk mematikan ikan yang ditetapkan sebagai pembuat masalah bagi ekosistem laut.

Hanya saja saat itu Talis tidak benar-benar memakan ikan pembawa masalah. Walaupun Konihi juga dapat mematikan ikan lain yang meminta untuk dimakan. Misalnya ikan yang sudah sakit atau alasan lainnya yang dapat disetujui oleh Kementerian Lahir-Mati.

Pun saat itu Talis juga tak memakan ikan yang sakit atau sekarat. Ikan itu sehat dan berenang dengan bebas di lautan. Namanya Anera, ikan malaikat bercorak hitam putih yang juga merupakan teman herbivora Talis. Sebenarnya terdapat larangan bagi karnivora untuk pergi ke zona herbivora hingga usia tertentu. Tehere, ikan remora pendamping Talis yang mempertemukannya dengan banyak herbivora. Anera salah satunya.

Saat itu sore dan Anera meminta Talis, Tehere, serta tiga temannya yang lain untuk bertemu di tempat favorit dan rahasia mereka. Tempat yang jarang dilewati oleh ikan-ikan dewasa. Rake; pari biru dengan bintik-bintik putih di tubuhnya, Marino; penyu belimbing yang lebih suka berada di kedalaman, serta Poha; ikan buntal yang belum terlalu sering menggembungkan tubuhnya. Mereka bertiga tiba di sana terlebih dahulu, dan tak satupun yang juga mengerti mengapa Anera tiba-tiba ingin bertemu.

"Telat seperti biasa." Marino melambaikan siripnya pada kedatangan Talis dan Tehere.

"Kalian tahu sulit bagiku untuk keluar rumah secara mendadak," sahut Talis. "Omong-omong, ada apa tiba-tiba memanggil kami kemari?"

Mereka semua menoleh pada Anera yang hanya terlihat ekor kecilnya saja. Anera mungkin ikan yang paling kecil di sana, tetapi dia ikan yang paling tua. Biasanya yang lain sering meminta saran-saran darinya. Ketika Anera meminta sesuatu—seperti pertemuan sore ini—mereka semua langsung sigap mengikuti dan baru akan bertanya setelah berkumpul.

"Talis ...," panggil Anera, sebelum akhirnya berbalik. "Kau selalu bilang ingin menjadi Konihi, kan?"

Hiu Abu-Abu itu sejenak terdiam, tak mengerti maksud pertanyaan Anera. Bagi Talis, menjadi Konihi sebenarnya bukan keinginan atau cita-cita yang besar. Talis hanya merasa dia terjebak untuk menjadi Konihi di masa depan karena itu adalah pekerjaan paling mulia yang bisa spesies hiu lakukan.

Pilihan lainnya adalah menjadi Kaiwha atau petugas administrasi ikan. Itu pekerjaan yang dapat dilakukan semua spesies. Di Solaris khususnya, beberapa ikan dapat melahirkan dengan sangat cepat, jadi lowongan pekerjaan Kaiwha selalu terbuka, terutama di musim kawin. Hanya saja pekerjaan ini lebih banyak dilakukan oleh herbivora. Satu-satunya karnivora yang Talis kenal bekerja sebagai Kaiwha adalah seekor barakuda pemarah yang sering menangkap basah dirinya bermain-main dengan herbivora.

"Y–Ya," jawab Talis. "Memangnya kenapa?"

"Bagus ...." Anera berenang mendekat. "Sekarang saatnya membuktikan kau bisa menjadi Konihi yang hebat."

Talis kecil masih tak mengerti maksudnya. Seperti biasa dia selalu lambat dalam merespon sesuatu. "Oke ... aku tidak mengerti."

"Beberapa minggu lalu seekor ikan jantan mati di komunitasku, dan masalahnya jumlah spesies jantan setiap bulannya semakin berkurang. Kami kesulitan, ada terlalu banyak ikan betina."

"Jadi ...?" tanya Rake yang juga tak mengerti. Kenyataannya tidak ada yang benar-benar memahami apa maksud Anera saat itu. Bahkan Marino sebagai yang paling cerdas di antara mereka tak juga mengerti. Biasanya penyu itu selalu berhasil menjawab berbagai pertanyaan sulit ataupun teka-teki konyol yang siapa saja lontarkan.

"Ya. Apa hubungannya masalah komunitasmu dengan aku yang ingin menjadi Konihi?" sambung Talis.

"Kutanya kau, Talis." Mata kecil Anera menatap sahabat hiunya dengan serius. "Apa kau benar-benar mau menjadi Konihi? Apa kau sudah siap menjadi salah satu yang akan mematikan ikan-ikan saat kau dewasa?"

"Uh ... ya ...?" ucapnya dengan canggung. "Lagipula pilihan apa yang kupunya?"

"Kau sungguh-sungguh? Kau tidak akan mundur, kan?" tanya lagi Anera.

"Astaga, katakan saja apa maumu? Jangan bikin kami mati penasaran!" ucap Poha tak lagi sabar.

Lalu jawaban itu datang, tetapi bukan dari Anera, atau Talis, apalagi Marino. Melainkan Rake. Ekornya sontak bergerak tak karuan saat berkata. "Kau—Kau mau Talis memakanmu?!"

"Apa?!" Talis sontak berteriak.

"Jangan berisik! Kau tidak mau ada yang mendengar kita, kan?" Insang Anera menggembung berkali-kali. "Tapi, ya. Talis. Aku mau kau memakanmu."

Bukan hanya Talis, tetapi yang lain juga sama terkesiapnya. "Oh, tidak! Kau pasti sudah gila." Marino lantas menaruh kedua siripnya di atas kepala. "Ayahku benar! Kalian para ikan selalu saja ingin mati lebih dulu!"

"Dengarkan aku baik-baik!" tukas Anera menghentikan mereka. "Aku terpaksa melakukan ini. Ikan-ikan di komunitasku memaksaku."

"Mereka memaksamu mati? Mereka memaksamu dimakan oleh hiu?" tanya Talis masih tak percaya.

"Bukan, bodoh. Mereka memaksaku menjadi pejantan." Lalu sejenak senyap. Tak ada yang berbicara. Semuanya berusaha mencerna dengan baik kata-kata Anera, terutama Talis. Dia tak mengerti apa yang Anera maksudkan. Dia tak mengerti apa hubungan kematian seekor pejantan di komunitas Anera dengan keinginannya untuk dimakan oleh hiu.

Lalu Marino bergumam pelan, dia sudah paham. "Musim kawin ...."

"Oh ...," kata Poha. "Kau akan menikah ...."

"Ya," ujar Anera, terdengar malu.

"Tapi ... itu hal yang bagus, kan? Jadi kenapa kau malah ingin mati?" tanya Tehere. Seperti Talis, dia masih tak mengerti permasalahan sahabatnya.

Aku tidak ingin menjadi pejantan. Itu proses yang panjang dan menyakitkan. Aku dipaksa memproduksi testosteron dalam jumlah yang besar. Kalau kulakukan, aku bukan lagi Anera dalam beberapa bulan ke depan. Mungkin aku akan jadi Arata atau yang lain. Pokoknya aku tidak mau."

"Dan menurutmu mati itu lebih enak?" tanya Marino masih tak percaya dengan keinginan Anera.

"Ya," ketus ikan malaikat itu.

Talis mencoba tertawa dengan situasi yang ada. Dia berpikir apakah ini adalah ujian. Apa itu sebabnya Anera meminta untuk bertemu? Beberapa minggu lalu Talis pernah mengatakan pada mereka kalau dia akan masuk akademi Konihi saat sudah dewasa. Mungkin yang terjadi saat ini adalah teman-temannya diam-diam bekerja sama untuk melihat sejauh mana keteguhan hati Talis.

"Talis. Kau harus memakanku," kata Anera sekali lagi.

"Tidak," tolak Talis. "Yang benar saja. Aku tidak mungkin memakanmu."

"Kau harus!"

"Tidak!" ulangnya tegas. "Kau temanku, Anera. Aku tidak mungkin memakanmu."

"Kau pada akhirnya akan memakan kami semua kalau kau sudah jadi Konihi. Jadi apa bedanya?"

"Tapi aku belum menjadi Konihi!"

"Memang apa bedanya? Kalau kau tidak bisa memakanku sekarang. Kau tidak akan pernah bisa menjadi Konihi yang hebat."

"Berhenti bicara seolah kau tahu seperti apa hidup karnivora!" teriak Talis. Sekali lagi mereka semua jadi terdiam. Suasana jadi lebih canggung daripada sebelumnya.

Tehere melepaskan gelembung-gelembung kecil dari insangnya. Cara yang selalu ikan remora itu gunakan untuk menarik perhatian teman-temannya. "Oke, ikan-ikan, tenangkan diri kalian sejenak," ucapnya setelah mendorong Anera untuk berenang mundur.

"Ini masalah yang rumit. Hanya Talis satu-satunya karnivora di sini."—tatapan Tehere beralih pada Talis—"dan tak ada dari kita yang merupakan ikan malaikat selain Anera. Jadi aku dan lainnya tidak mengerti seperti apa musim kawin bagi kalian."

"Aku bukan ikan, dan kurasa kesalahan yang besar sudah berteman dengan kalian para ikan," ujar Marino, tetapi tak ada yang memperdulikannya.

"Dan Talis belum menjadi Konihi, dan dia karnivora. Masuk ke dalam zona herbivora saja adalah sebuah pelanggaran baginya. Memakanmu artinya dia juga akan dihabisi," sambung Tehere.

"Tehere benar! Pikirkan konsekuensinya, Anera. Kalau aku memakanmu, aku bisa saja dihukum," kata Talis dengan cepat.

"Kenapa tidak ajukan saja permohonan mati di Kementerian Lahir-Mati? Seekor hiu Konihi akan dengan senang hati memakanmu," ujar Poha.

"Aku tidak bisa! Ikan-ikan di komunitasku akan tahu aku berusaha menghindar menjadi pejantan, dan permohonan matiku akan dibatalkan." Anera Kembali menatap Talis penuh harap. "Kau satu-satunya yang bisa menolongku. Kalau aku bunuh diri, mereka akan menemukan jasadku. Kalau aku kabur, mereka masih akan tetap menemukanku. Hanya kau, Talis."

"Sebentar!" potong Rake tiba-tiba. "Kalau kau memang mau mati maka itu pilihanmu, terserah. Tapi kenapa memanggil kami semua kemari? Kenapa memanggilku kemari? Kau hanya membutuhkan Talis, kan? Kenapa kami harus tahu kau mau mati?"

Sontak yang lain menyadari perkataan Rake. Anera hanya membutuhkan Talis, kenapa harus memanggil Rake, Tehere, Marino, dan Poha? Namun, jawaban itu datang dengan cepat. Anera ingin memastikan mereka semua menyaksikan kematiannya. Anera ingin teman-temannya menjadi saksi, agar Talis tidak perlu merasa bersalah sendirian.

"Karena kita teman, kan ...?" ujar Anera. "Tidak peduli meski sirip kita berbeda, kita akan selalu berenang di arus yang sama."

Tubuh Rake menegang, seolah berusaha mengusir kekesalannya. Kalimat yang diucapkan Anera sebenarnya datang dari Rake sendiri, dia yang dulu mengatakan itu pertama kali. Sebuah kalimat yang menjadi penanda kalau persahabatan mereka akan abadi meski mereka berasal dari spesies yang berbeda.

Sekarang Rake menyesal sudah mengatakannya. Dia mungkin egois karena tak memperdulikan keinginan Anera untuk mati, tapi baginya Anera lebih egois lagi karena menginginkan semua temannya menyaksikan kematiannya.

Anera ingin semua temannya ikut bertanggung jawab.

"Kau hanya harus mengunyahku ... dan Tehere akan membersihkan sisa tubuhku."

"Berhenti mengatakan hal seperti itu!" ketus Talis dengan amarah. "Jangan berkata seolah aku di sini memang untuk membunuhmu."

"Tidak! Jangan salah paham. Aku yang memintamu. Seperti seekor Konihi, aku memintamu untuk mematikanku. Aku hanya—"

"Diamlah," potong Talis. "Aku mohon berhenti bicara, Anera."

"Talis. Ayo pergi saja. Tidak perlu dengarkan dia," ujar Rake, siap menuntun sirip Talis untuk menyingkir dari sana. Namun, Talis malah menepisnya.

"Aku akan melakukannya," kata Talis. Teman-temannya langsung terkejut, bahkan Anera juga terkejut.

"Kau serius?" tanya Tehere, insangnya hampir tak mengepak.

"Ya. Tapi aku tidak bisa melakukannya dengan Anera merasakan sakit." Talis menatap Rake di sampingnya. Hiu itu tak perlu menjelaskannya, Rake sudah mengerti apa yang Talis inginkan darinya.

Dia ingin Rake membius Anera dengan ekornya, dan sama besarnya kejamnya permintaan tersebut untuk dilakukan, Rake sangat ingin berkata tidak. Dia tidak mau ikut campur dengan urusan mematikan Anera. Namun, dia terlalu takut untuk berkata tidak. Dia tidak ingin dijauhi oleh teman-temannya. Dia tidak punya satupun teman pari saat ini, hanya mereka yang Rake miliki.

"Baiklah .... Akan kubius Anera, dan kau bisa ... memakannya."

Insang Anera menggembung dengan lega. Semua sesuai harapannya. Walaupun Talis tidak benar-benar ingin memakan sahabatnya. Dia merasa sesuatu sedang mengganjal di tenggorokannya dan tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menghilangkan perasaan itu.

Marino mencoba untuk menutup mata dengan siripnya, tetapi dia menyisakan cela untuk memperhatikan sedikit. Poha berusaha menahan dirinya untuk tidak menggembung, dia benar-benar gugup meski dia tak punya andil selain menyaksikan kematian Anera. Tehere sudah siap memakan sisa-sisa tubuh Anera jika dibutuhkan, meski sama seperti Talis, dia tak menyukai pemikiran itu.

Rake dengan cepat menggerakkan ekornya untuk menggores tubuh Anera, memastikan ada cukup racun yang dapat membuat sahabatnya tak sadarkan diri. Anera memang terdiam, tetapi gerak sirip dan insangnya sangat jelas menandakan dia kesakitan. Bahkan selama beberapa saat terdengar erangan kesakitan. Rake benar-benar menyesal sudah membiusnya.

Namun, pada akhirnya Anera berhenti berenang, tubuh kecilnya mengambang terbalik. Sekarang giliran Talis. Dia membuka mulutnya, yang lain menyaksikan gigi-gigi tajam Talis yang berusaha mengunyah Anera, mereka berjanji tidak akan muntah saat Talis mulai mengoyak-ngoyak Anera.

Setelah jeda yang panjang dan mendebarkan, Talis mengigitnya. Tanpa dia duga kekuatannya cukup besar untuk membelah ikan itu menjadi dua bagian. Tubuh Poha sontak menggembung selebar mungkin. Marino menutup mulutnya, berusaha menahan diri untuk tidak berteriak. Insang Tehere dan Rake tertahan.

Namun, Talis berbeda. Dia merasakan hal yang baru di dalam mulutnya. Selama ini dia dan keluarganya hanya boleh memakan daging olahan yang berasal dari bangkai-bangkai olahan Kementrian Pangan Karnivora, atau plankton-plankton yang sering ditangkap oleh ayahnya.

Kali ini berbeda. Mata kecil Talis melebar saat membiarkan darah Anera melengket di lidahnya. Sebelah tubuh Anera seolah menari-nari di rongga mulutnya. Dia tak bisa menahan diri, secepat kilat dia memakan lagi sisa tubuh Anera. Tak ada sisa sedikitpun yang ditinggalkan untuk dibersihkan Tehere.

Lalu sekali lagi senyap, dan kali ini senyap yang berbeda. Talis hanya terdiam di tempat, tetapi terdengar erangan pelan darinya. Baik Marino, Poha, dan juga Rake sudah siap untuk kabur. Bahkan Tehere tak tahu harus melakukan apa.

Tetapi Talis hanya berbalik menatap mereka, lalu berkata. "Jangan pernah ceritakan ini pada siapapun."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro