Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. Makan Siang

Dira merapikan buku-bukunya, kemudian mengeluarkan kotak makan siang dari dalam tas. Senyum lebar di wajahnya menunjukan bahwa ia sangat bahagia sekarang. Meskipun satu bulan yang lalu ia merasa semua ini hanya mimpi, sekarang ia yakin semuanya kenyataan. Buktinya, Dewa sedang melambaikan tangan sambil tersenyum ramah di luar kelas sekarang. Tangannya yang lain membawa kotak bakal juga, mereka memang berjanji akan makan siang bersama dengan saling bertukar kotak makan siang. Hati Dira semakin jumpalitan, ia tidak sabar ingin tahu makanan apa yang akan ia makan sekarang.

"Jiah, pasangan baru. Mesra amat tiap hari makan siang bareng."

Fani, teman sebangku Dira meledek mereka, tapi alih-alih malu, keduanya malah tersenyum gembira.

"Iya, dong. Lo kapan punya gandengan, Fan?" Dira menjawab sambil meledek, tanpa menunggu balasan, ia segera melangkahkan kaki keluar kelas. Menyambut Dewa yang menatapnya sambil tersenyum hangat.

"Di tempat biasa?" tanya Dira sambil menyejajarkan langkah.

"Iya. Hari ini kamu bawa apa?"

Alih-alih menjawab, Dira malah tersenyum lebar. Ia hanya fokus pada kata "kamu". Setelah jadian, mereka sepakat untuk menggunakan panggilan aku-kamu, hal yang tentu saja membuat banyak orang meledek mereka. Tapi Dira tidak peduli, baginya panggilan itu sangat manis dan romantis. Hatinya semakin berbunga-bunga karena Dewa menganggapnya spesial.

Setelah berjalan beberapa menit, mereka sampai di taman sekolah. Duduk saling berhadapan di bawah pohon Akasia besar, mereka berbincang hangat. Dira membuka kotak makan siang yang diangsurkan Dewa, kemudian berseru takjub.

"Wow, udang balado. Kamu bisa masak udang balado?"

Dewa menggeleng pelan sembari tersenyum tipis, ia juga membuka kotak bekal milik Dira. Isinya nasi goreng sayur. Salah satu makanan kesukaan Dewa, terutama jika banyak wortelnya.

"Bukan, itu buatan ibu. Kamu kan tahu aku enggak bisa masak. Kamu masak sendiri?"

Dira berseru setelah menelan, "Woah, ini enak banget! Kayaknya seru deh kalau aku bisa belajar masak sama tante." Dira menatap Dewa yang sedang menyuap dengan cemas. "Enak, gak? Aku sengaja buat itu buat kamu."

Dewa tersenyum hangat, nasi gorengnya agak asin, entah Dira mencobanya terlebih dahulu atau tidak. Tapi untungnya masih bisa dimakan. Dewa tidak sejahat itu untuk mengatakan yang sejujurnya, terlebih pacarnya ini sudah bersusah payah memasak di pagi buta.

"Mm, aku lebih suka kalau wortelnya agak dibanyakin dan garamnya agak dikurangin." Tentu saja kata dan seterusnya hanya ia ucapkan dalam hati.

"Oke." Dira mengangguk semangat, kemudian kembali menyuap. Hidangan ibunya Dewa benar-benar nikmat, bisa-bisa ia ketagihan.

Beberapa siswa yang lewat menatap mereka sekilas, tapi tidak membayar banyak perhatian. Ketika mereka pertama kali bertukar bekal, mereka memang banyak digoda, tapi sekarang sepertinya siswa lain sudah bosan.

Bagi Dira, semuanya terasa indah setelah ia jadian dengan Dewa. Meskipun beberapa orang sirik sering menyindir dan membicarakannya di belakang. Tapi ia tidak peduli, yang penting Dewa benar-benar menyukainya. Terlebih ia juga yakin, sirik tanda tak mampu. Jadi ia senang-senang saja banyak orang iri padanya, bukankah itu berarti dirinya lebih mampu dari mereka? Senyum bangga muncul di bibirnya.

Kalau dipikir-pikir lagi, Dira agak heran dengan Dewa yang menembaknya tiba-tiba. Terlebih cowok itu bilang dia sudah lama mencarinya, tapi kenapa dulu ketika ia menyatakan perasaan malah ditolak? Sepertinya Dewa pernah membahasnya ketika ia menembak, tapi Dira tidak tidak memperhatikan apa yang dia katakan karena terlalu kaget.

Ah, masa bodoh. Dira berhenti memikirkan hal-hal rumit dan hanya fokus untuk menikmati kebersamaannya dengan Dewa.

"Wa, hari minggu kamu mau ke mana?"

Dewa berhenti menyuap, kemudian berpikir sebentar. "Kayaknya di rumah aja."

Senyum manis muncul di wajah Dira, ia tidak akan melewatkan kesempatan manis ini. Ia akan mengajak Dewa kencan! Kencan pertama mereka!

Dira berusaha tenang. Ia harus menjaga image agar tidak terlihat terlalu bersemangat.

"Bagaimana kalau kita pergi ke toko buku? Aku mau beli buku latihan buat UN."

Dewa memiringkan kepalanya, sekarang baru semester satu, kenapa pacarnya ini rajin sekali? Ia meringis, selama ini Dewa hanya belajar seperlunya. Nilainya tentu tidak terlalu buruk, tapi ia bukan tipe orang yang ambisius dalam akademik. Jika berusaha lebih, mungkin saja ia bisa berada di peringkat atas.

Semangat Dewa terpicu, ia akan belajar lebih giat. Ia tidak mau mempermalukan diri sendiri, setidaknya ia ingin Dira tahu bahwa nilainya bagus dan ia cukup pintar, dan Dira bisa membanggakannya sebagai pacar.

"Oke, aku juga mau beli beberapa buku, gimana kalau kita belajar bareng setelah itu?"

Senyum Dira melebar, ia menganggukkan kepala dengan semangat.

"Ayo kita ken-, mm, belajar bersama!"

tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro