Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Apartemen Horor Di Kota Gifu, Jepang

Kisah ini berawal mula ketika aku bekerja di salah satu perusahaan jepang yang ada di dalam negeri. Aku yang baru saja bekerja sekitar setahun, sudah mulai mendapatkan kepercayaan dari bosku. Kemudian beberapa bulan setelahnya, manajemen perusahaan pun memutuskan untuk mengirimku ke kantor pusat (tepatnya di kota tomika, prefektur Gifu di Jepang) untuk menerima pelatihan selama 6 bulan disana demi mendalami inti bisnis dan penjualan dari perusahaan kami. Dikarenakan istriku baru saja melahirkan belum lama ini dan bayi yang belum genap setahun, aku khawatir istriku akan kesulitan untuk menjaganya, apalagi itu adalah anak pertama kami. Belum lagi kami juga tidak punya kerabat maupun saudara ditempat kota kami tinggal. Jadi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, akhirnya aku putuskan untuk membawa istri dan anak ikut bersamaku. Kemudian kami pun terbang menuju ke tempat tujuan. Dikarenakan kami baru saja tiba di kota yang sangat asing dan tentunya belum ada tempat tinggal tetap, sehingga aku pun menyewa kamar hotel untuk dijadikan tempat tinggal sementara sampai aku benar-benar menemukan tempat tinggal yang cocok. Namun men-survei lokasi bukan-lah hal yang mudah, sehingga aku putuskan untuk pergi sendiri dan meninggalkan istri beserta anakku di kamar hotel tersebut. Karena bergerak sendirian akan lebih efektik dan efisien, pikirku. Lalu aku pun mulai mensurvei beberapa lokasi apartemen yang telah direkomendasikan oleh rekan kerjaku (yang merupakan warga jepang) sebelum kami berangkat. Setelah bergerak kesana-kemari hampir seharian, akhirnya aku pun menemukan sebuah apartemen yang menurutku sangat cocok untuk keluarga kecilku nantinya. Selain lokasinya yang strategis (karena dekat dengan kantorku, berjalan kaki hanya memakan waktu sekitar 10 menit), dan harganya pun cukup terjangkau. Apartemen itu semacam apartemen subsidi. Dikabarkan dibangun oleh pemerintah setempat di-era tahun 90-an sehingga bangunannya sudah sangat tua namun kondisinya masih bagus dan cukup terawat. Apartemen itu sendiri tidaklah terlalu tinggi (seperti gedung apartemen pada umumnya yang pencakar langit) karena hanya terdiri dari 4 lantai dan total 24 unit, sehingga 1 lantai hanya terdiri dari 6 unit. Akan tetapi dari total 24 unit, yang terisi hanya 10 unit. Dan unit yang akan aku tempati nanti terletak dilantai paling atas yaitu unit nomor 404. Mengapa aku memilih unit itu? Jadi begini, dilantai 4 tersebut yang terdiri dari 6 lantai memang tidak semuanya terisi. Sebut saja 401 hingga 406. 401, 402 dan 405 sudah terisi, hanya saja penghuni di 405 katanya sedang ada urusan diluar kota. Jadi dia cuma kembali pada saat akhir pekan dan hari libur saja. Sedangkan 403 belum bisa diisi karena sedang dalam renovasi. Namun 403 dan 404 tidak bersebelahan sebab dipisahkan oleh lift. Lalu 406 katanya sementara dijadikan gudang untuk menampung perabot lama yang masih layak dipakai (walau kedengarannya agak aneh). Sehingga yang tersisa hanya-lah 404. Akan tetapi karena terburu-buru sehingga aku tidak memeriksa sejarah maupun seluk-beluk tentang apartemen itu lagi, yang nantinya akan menjadi mimpi buruk bagi aku dan keluargaku. Lalu setelah menyelesaikan semua proses administrasi dan juga melakukan pembayaran dimuka kepada pihak pengelola, akhirnya aku pun kembali ke hotel untuk beristirahat dan sekalian memberitahu berita baik ini kepada istriku. Namun menurut pengelola dikarenakan unit sempat kosong selama beberapa bulan terakhir, sehingga unitnya butuh waktu setidaknya sehari untuk perlu di renovasi sedikit serta mengganti beberapa perabot yang sudah usang, sebelum kami menetap disitu. Kemudian di hari ke-2 di siang hari, ketika aku lagi dikantor, aku menerima telepon dari pihak pengelola yang memberitahuku bahwa unitnya sudah selesai dibereskan dan sudah siap untuk ditempati. Lalu setelah aku pulang kerja aku pun langsung kembali ke hotel dan membawa istri beserta anakku untuk pindah ke unit apartemen tersebut. Dikarenakan barang kami juga sedikit sehingga proses untuk pindah masuk ke unit itu pun tidak perlu memakan waktu yang lama. Apalagi unit yang aku sewa itu sudah termasuk perabotan sehingga tidak terlalu repot bagiku. Mungkin kalau ada kekurangan sedikit-sedikit, nanti bisa kami beli, ujarku kepada istri. Setiba di lobby pada saat aku sedang melakukan proses check-out dari hotel, sang resepsionis hotel itu dengan ramah menyambut kami sambil mengajak berbincang-bincang. Karena ia mengetahui bahwa kami bukanlah warga lokal, sehingga perhatiannya agak tertuju kepada kami. Lalu ia pun dengan basa-basi bertanya kepada kami akan pindah ke mana. Dan ketika aku menyebutkan lokasi apartemen itu, ia mendadak tercengang dan diam sejenak. Aku dan istriku pun sempat kebingungan dengan reaksinya. Memangnya ada apa dengan apartemen itu, ujarku kepada mba resepsionis. Lalu dengan agak kebingungan, ia pun menjawab tidak ada apa-apa. Semoga kami cocok dengan pilihan kami, ucapnya sambil tersenyum. Entah kenapa aku merasakan ucapannya seperti mengandung makna tertentu. Namun karena masih mengejar waktu, sehingga aku dan istri pun tidak menanyakan lebih lanjut. Lalu setiba kami di apartemen itu, aku langsung menuju ke lobi resepsionis untuk mengambil kunci unit apartemenku. Akhirnya kami pun tiba di unit tempat tinggal kami dengan sangat senang dan antusias karena tempat ini akan menjadi rumah pertama kami untuk waktu yg cukup lama selama kami berada di negeri asing. 2 bulan pertama tidak ada hal-hal aneh yang terjadi, rutinitas sehari-hari yang berulang-ulang terus kami lakukan seperti biasa. Namun sehari setelahnya, kejadian aneh pertama mulai terjadi. Di suatu sore menjelang malam, ketika aku masih berada dikantor karena masih ada urusan kerjaan. Istriku yang sedang memasak buat makan malam kami, tiba-tiba dia mendengar suara ketukan pada pintu kami. lalu dia pun beranjak menuju ke pintu untuk membukanya, mengira aku yang pulang karena lupa membawa kunci. Ketika dia mencoba untuk mengintip dari lubang pintu untuk memastikan kalau itu adalah aku, dia sangat terkejut karena didepan tidak ada siapa-siapa. Dia mengira mungkin dia yang salah dengar. Barangkali itu suara dari tetangga, pikirnya. Lalu dia pun tidak menghiraukannya dan kembali melanjutkan aktifitas memasaknya. Akan tetapi, suara ketukan pintu itu mulai terdengar lagi. Dia pun berhenti sejenak untuk fokus pada suara tersebut. Sepertinya memang tidak salah, ujarnya dalam hati. Kemudian dia pun beranjak untuk mengintip dari lubang pintu sekali lagi. Dan benar saja, kali ini pun juga sama. Tidak ada siapa-siapa disana. Lalu untuk memastikannya, dia mencoba untuk membuka pintu untuk memeriksanya. Namun ketika dia menengok ke luar, benar saja tidak ada orang sama sekali. Dia pun merasa heran dengan kejadian itu dan berusaha untuk mengabaikannya. Pikirnya barangkali ada yang usil mengetuk-ngetuk pintu orang. Tidak lama kemudian aku pun sudah tiba dirumah. Pada saat aku dan istri sedang makan malam, ia pun menceritakan soal kejadian itu kepadaku. Dia berkata orang lokal sini sungguh jahil, suka sekali mengetuk pintu rumah orang, lalu orangnya menghilang. Aku pun tidak menanggapi dengan serius, hanya menjawab mungkin orang yang salah alamat sehingga salah mengetuk pintu rumah orang. Sekitar sebulan berlalu dari kejadian sebelumnya, di suatu malam ketika aku dan istriku sedang tertidur nyenyak, dari arah dapur terdengar suara seperti panci yang terjatuh ke lantai. Serentak membuat aku dan istri terbangun karena terganggu sama suara yang nyaring itu. Istriku yang mulai ketakutan menyuruh aku untuk memeriksa ke dapur. Namun aku yang terlalu kantuk mencoba menghibur istriku dengan berkata mungkin itu tikus yang menjatuhkannya, bukan apa-apa. Dan menyuruh istriku untuk kembali tidur. Tapi istriku tetap memaksa aku untuk memeriksanya karena khawatir ada pencuri. Lalu karena terpaksa aku pun pergi untuk menengok ke dapur. Baru saja keluar dari kamar, suara kuali yang terjatuh terdengar lagi untuk yang kedua kalinya. Sontak membuat langkahku terhenti sejenak. Lalu aku memalingkan kepalaku untuk menengok ke arah istriku. Dan dia yang semakin panik tetap menyuruhku untuk memeriksa suara di dapur kami itu sambil lari ke tempat tidur bayi untuk menggendong anak kami. kantukku seketika itu juga mulai pudar. Pelan-pelan aku menghampiri ke dapur dan ketika sudah mendekat, aku melihat panci dan kuali yang sudah tergeletak di lantai. Aku pun bingung karena tidak melihat siapa pun juga berada di dapur selain diriku. Bahkan binatang pengerat sekali pun juga tidak kelihatan. Sungguh heran ujarku didalam hati. Entah apa penyebabnya peralatan dapur itu saling berjatuhan. Lalu aku memungut panci dan kuali yang tergeletak itu dan menaruh kembali ke tempatnya. Setelah memeriksa sekeliling untuk sesaat dan juga memastikan tidak ada siapa-siapa, aku pun kembali ke kamar dan memberitahukan kepada istri supaya dia tenang. Kemudian kami pun kembali tidur setelah menidurkan anak kami yang sempat terbangun. Keesokannya ketika aku dan istri sedang sarapan, kami sama sekali tidak membahas soal kejadian tadi malam. Walau sebenarnya didalam hati kami memiliki pertanyaan dan keraguan yang tidak terungkap. Kami memilih untuk bungkam dan melupakan kejadian itu, karena kami tidak ingin pikiran kami mengarah ke hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Lalu ketika aku sedang melewati lobi resepsionis hendak meninggalkan gedung apartemen, tiba-tiba perasaan penasaran seketika muncul dibenakku. Aku pun menghampiri ke petugas pengelola yang sedang berada di resepsionis. Kemudian aku bertanya kepadanya soal unit 404 yang aku tempati sekarang, mengapa sempat kosong sampai berbulan-bulan. Dan dia hanya menjawab bahwa saat itu baru saja ada penghuni yang keluar dari unit itu dikarenakan masa sewanya sudah habis dan ia tidak berniat untuk perpanjang. Lalu belum sempat ada yang sewa, entah mulai kapan bagian atapnya mulai bocor sehingga ketika hujan turun, airnya merembes sampai mengenai lampu yang ada di plafon sehingga menyebabkan konslet. Selain itu, lantai di unit tersebut pun terendam air. Sehingga pihak pengelola sempat kesulitan untuk membereskannya. Butuh waktu yang cukup lama untuk membenahinya. Kemudian setelah beres, tetap belum ada yang menyewa unit itu, sampai akhirnya disewa olehku. Setelah mendengar ceritanya aku pun paham akan masalahnya. Lalu setelah berpamitan dengan pihak pengelola itu, aku pun langsung bergegas berangkat kerja. Namun didalam perjalanan, aku sempat berpikir ulang, apa benar hanya karena masalah itu, sehingga menyebabkan unit tersebut kosong sampai berbulan-bulan. Sepertinya tidak semudah itu, akan tetapi aku pun tidak mau berpikiran yang macam-macam. Karena nantinya hanya akan membuat hidupku jadi tidak tenang. Dua minggu berselang, di suatu sore ketika istriku sedang memasak seperti biasanya, mendadak telepon genggamnya berdering. Dia pun berhenti sejenak dari aktifitasnya dan mengangkat telepon tersebut. Lalu istriku terkejut karena dia menerima telepon dari aku yg memberitahunya kalau aku mengalami kecelakaan, dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Istriku pun tanpa berpikir panjang, langsung menggendong anak kami dan segera keluar rumah. Namun baru saja ia sampai diluar gedung, aku melihat istriku yang sedang buru-buru seperti hendak pergi ke suatu tempat. Aku yang saat itu baru pulang kantor dan sudah berada tidak jauh dari gedung apartemen, melihat istriku yang sedang keluar dari gedung. Lalu aku pun berlari menghampirinya sambil memanggil namanya. Ketika dia memaling wajahnya ke arahku, dia sangat terkejut dan heran. Aku pun menanyakan kepada dia hendak ke mana buru-buru begini. Dan dia sempat tercengang tanpa bisa berkata-kata. Sesaat kemudian ketika kesadarannya kembali, dia pun bingung dan sambil berkata kepadaku, bukannya aku ada dirumah sakit karena kecelakaan. Aku pun ikutan bingung dengan perkataannya itu. Setelah berbincang sejenak dengan istriku, baru aku tahu soal telepon itu. Yang membuat aku dan istriku bingung dan terheran-heran itu adalah suara di telepon itu mirip dengan suaraku. Oleh karena itu istriku pun percaya kalau aku yang meneleponnya. Apalagi yang menelepon juga dari nomor telepon selularku. Lalu aku pun meminjam telepon genggam istriku untuk melihat riwayat telepon masuk, apakah benar yang menelepon berasal dari nomorku. Namun ketika aku memeriksanya, tidak ada sama sekali muncul nomor telepon selularku diriwayat telepon istriku pada sore ini. Istriku pun terkejut dan mencoba melihat ke teleponnya seperti yang aku infokan. Dan betul saja, memang tidak ada telepon masuk dariku dalam waktu dekat. Aku dan istri hanya bisa saling bertatapan dan kebingungan atas apa yang terjadi. Kemudian tanpa berpikiran yang aneh-aneh, aku membawa istri dan anakku kembali ke apartemen kami. Dari situ-lah aku dan istriku mulai merasakan ada hal-hal di luar nalar yang telah terjadi. Namun dikarenakan sejauh ini belum terlalu mengganggu kehidupan kami, aku dan istri lebih memilih untuk bungkam. Seminggu kemudian, kami kembali ke kehidupan kami seperti biasanya tanpa ada kejadian yang aneh-aneh lagi. Kami berpikir mungkin "ia" hanya iseng. Akhirnya kehidupan kami bisa tenang sekarang. Akan tetapi kami salah. Baru saja beberapa hari berlalu, teror kami kembali terjadi lagi. Pas disuatu malam ketika aku dan istriku sedang menemani anak kami bermain di ruang tengah, tiba-tiba dari atas plafon terdengar suara seperti suara kaki melangkah, seakan-akan ada yang sedang berjalan. Lalu disusul dengan suara seperti kursi atau meja yang sedang diseret. Istriku yang saat itu sadar akan suara itu, menegurku. Aku pun bilang kepadanya, sudah biarkan saja. Mungkin itu suara dari tetangga atas yang sedang beraktifitas. Namun istriku langsung mencubit lenganku sehingga membuatku kesakitan. Lalu aku menegurnya memangnya ada apa. Ini sakit tahu, ucapku kepadanya. Istriku pun mulai ketakutan dan berkata kepadaku bahwa bukankah kita tinggal dilantai paling atas, mana mungkin ada orang tinggal diatas kita. Sontak perkataan istriku itu membuat aku terperanjat. Aku baru saja ingat betul juga kata istriku. Aku mulai agak ketakutan namun tidak mau menunjukkan didepan istri dan anakku, masih berusaha untuk tenang dan berpikiran jernih. Sambil berdiri aku terus menatap plafon dan fokus terhadap suara itu. Berharap aku dan istriku salah dengar. Namun baru saja aku sedang fokus terhadap suara di plafon itu, tidak lama kemudian kursi di meja makan bergeser sendiri dari tempatnya. Serentak membuat aku dan istriku pun saling bertatapan. Aku masih tetap berusaha berpikiran positif dan menghampiri kursi itu secara perlahan-lahan, dengan maksud untuk mengembalikan ke tempatnya. Namun baru saja aku hendak menyentuh kursi itu, keanehan yang lain terjadi lagi pada kursi yang lainnya. Tapi kali ini bukan lagi terseret melainkan terlempar mundur cukup jauh, sampai mengenai tembok lalu jatuh ke lantai. Istriku pun spontan berteriak karena ketakutan dan langsung menyergap anak kami dalam pelukannya. Aku yang terdiam sesaat, berusaha dengan pelan-pelan berjalan mundur menjauhi kursi itu. Belum juga jantung kami lega dari kejadian sebelum-sebelumnya, teror yang baru langsung datang ikut meramaikan suasana. Aku yang baru saja bergerak mundur beberapa langkah, langsung terperanjat ketika melihat pintu depan kami terbuka dengan sendirinya (padahal saat itu dalam posisi terkunci dari dalam). Karena panik dan ketakutan, aku langsung memerintah istriku untuk berlari menuju ke pintu yang terbuka itu bersama-sama. Namun baru saja kami mendekat ke pintu, tiba-tiba ia terbanting dan menutup dengan sendirinya, dengan suara yang kencang. Sontak membuat aku dan istriku berteriak sejenak karena terkejut. Lalu aku pun langsung menyentuh gagang pintu untuk membukanya tanpa berpikir panjang lagi. Akan tetapi pintunya tidak bisa terbuka walau aku sudah mencoba sekuat tenaga, seolah-olah pintunya terkunci seperti ada yang menahan dari luar, tidak mengijinkan kami keluar. Melihat kejadian yang sudah tidak masuk akal itu, aku pun berteriak minta tolong. Berharap ada yang mendengarnya. Namun begitu aku mulai berteriak, istriku yang sedang menggendong anak kami saat itu, tiba-tiba bulu kuduknya merinding. Dia merasa seperti ada "sesuatu" berada dibelakang kami. begitu dia menoleh ke belakang dengan pelan-pelan, betul saja dia melihat sosok wanita berambut panjang yang menutupi wajahnya dan gaun tidur berwarna putih. Ia hanya berdiri mematung dimana posisinya berdiri agak sedikit jauh dari kami. Sontak istriku langsung berteriak dengan suara kencang hingga membuatku spontan menoleh ke belakang juga. Betapa terkejutnya aku melihat sosok itu dan aku pun ikutan berteriak. Sambil berteriak minta tolong dengan nada yang kencang, aku pun mengedor-ngedor pintu. Tidak lama kemudian aku mendengar ada suara dari luar, ternyata itu adalah tetangga kami yang baru saja pulang kerja. aku pun memanggilnya untuk membantu membuka pintu kami. dengan terheran-heran tanpa bertanya kenapa, ia pun membantu sesuai permintaanku. Begitu tetangga kami berusaha membantu, sosok wanita tadi yang sedang berdiri diam dibelakang kami, tiba-tiba lari kearah kami dengan kecepatan tinggi seperti seorang atlet pelari. Kemudian teriakanku beserta istri pun jadi semakin kencang dan histeris setelah melihatnya berlari. Namun pintu masih juga belum bisa terbuka. Tetangga yg berada di luar kami pun masih sedang berusaha. Dikarenakan pintu masih juga belum kunjung terbuka, aku dan istri pun sudah lemas dan akhirnya kami pasrah, ketika kami melihat sosok wanita itu sudah semakin mendekat. Aku hanya bisa berdoa didalam hati kepada tuhan untuk menolong kami. Tetapi ketika wanita itu sudah berjarak beberapa senti, tiba-tiba ia menembus tubuh kami dan juga pintu lalu lenyap entah kemana. Seketika itu juga pintu depan kami terbuka dengan sendirinya dan aku bisa melihat wajah tetangga kami yang saat itu juga sedang kebingungan sambil menatap kami. Akhirnya, pihak pengelola dan beberapa penghuni yang lainnya pun berbondong-bondong datang menghampiri kami. Lalu kami pun menceritakan teror bertubi-tubi yang kami alami selama ini. Namun dari pihak pengelola masih enggan menceritakan hal yang sebenarnya. Ternyata usut-diusut, baru-lah ketahuan bahwa selain gedung apartemen ini angker, akan tetapi yang paling seram adalah unit 404 yang aku sewa tersebut. Karena ada wanita yang bunuh diri didalam unit itu. Setelah mengetahui kisah dari unit 404 itu, aku dan istri pun memutuskan untuk tidak lanjut menempati apartemen tersebut. Untung saja pihak pengelola masih mau mengembalikan uang sewa kepada kami walau hanya separuh, setelah melakukan negosiasi yang panjang. Kemudian kami pun untuk sementara waktu menetap di rumah kerabat teman kantorku sampai aku bisa menemukan tempat tinggal baru yang nyaman untuk keluarga kecilku. Sekian.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro