Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Apapun Dirimu 5

Bagian 5

Kenyataan

Sebelum masuk, boleh Ruru minta kalian siapkan lagu sedih (dari hp, leptop, radio terserah)

Nanti kalau aku bilang PLAY, silahkan di mainkan ya lagunya...

Riuh rendah terdengar di dalam cafeteria nyaman perusahaan bonafid milik Hasegawa. Jam telah menunjukan angka 01.30 siang. Tapi banyak pegawai yang masih asik mengobrol dengan pegawai lain. Tak menghiraukan jam makan siang yang telah berlalu.

Televisi LCD 90' inchi yang ada di pojok ruang juga tidak kalah berinsik dibandingkan suara para pegawai yang tengah bersantai. Hari-hari ini, apa lagi yang menjadi topik terhangat selain berita mengenai bos mereka. Dari mulai acara Chanel Gossip sampai Chanel Ramalan. Kini sedang hangat menyiarkan beberapa komentar menenai hubungan mereka. Bahkan ada komentar dari salah satu model sekaligus artis terkenal yang diketahui pernah diketahui dekat dengan Satoru. Terjadi saat Satoru mensponsori salah satu drama yang dibintangi oleh artis bernama Deerlu Haruna* itu.

"Hm. sebenarnya saya tidak mau ikut campur urusan orang lain apalagi cinta." Ucap Haruna dengan nada datar dan muka sedatar triplek.

"Jadi saya tidak peduli mengenai hubungan Yamamoto-san dan Hasegawa-san. Menikah, semoga cepat bercerai. Dan kalau batal semoga Hasegawa-san dapat yang lebih baik dari Yamamoto-san" lanjutnya ketus dan tajam.

Dari yang selama ini diketahui publik, Haruna adalah salah satu penggemar Satoru. Hanya saja terlalu gengsi dan tidak berani mengungkapnya di depan umum.

"Hasegawa-san, saran saya adalah pertahankan seseorang yang patut dipertahankan, tinggalkanlah sesuatu yang memang tidak boleh kau pertahankan." Mengakhiri kalimatnya. Setelahnya model cantik yang terkenal dingin dan bermulut pedas itu pun pergi meninggalkan wartawan yang masih mencerna kalimat seribu maknanya.

Beralih ke Chanel Amor yang juga membahas hal yang sama. Dimulai dari ramalan tarot seorang wanita muda yang terkenal bernama Fuyutsuki Hikari*, dengan ciri khasnya.

"Jadi Fuyutsuki-san, bagaimana prediksi anda mengenai hubungan mere—

"—Sahabat? Cih, yang benar saja!" Kata Cenayang itu tiba-tiba memotong perkataan Satou, dan langsung membuat reporter itu terlonjak dari kursinya. Inilah yang mereka maksudkan tentang ciri khas cenayang ini. Hidup dalam dunianya sendiri.

"sejak kapan seorang Hasegawa menjadi buta karena cinta? Jelas-jelas kekasihnya mengkhianatinya, lebih parahnya dengan sahabatnya sendiri. Apa aku harus memberikan bukti kartu-kartu ramalanku pada Hasegawa?" Peramal tarot itu bergumam tidak jelas. Sama sekali tidak menghiraukan keberadaan seluruh crew bahkan pembawa acara di sampingnya.

Dengan kecepatan tinggi Fuyutsuki kembali mengaduk kartu ramalannya, mengambil salah satu kartu dan membukanya dengan tidak sabar. "Cinta sejati?" gumamnya lirih. Dia kembali membuka satu kartu lagi. "Kehidupan baru?" Ia mengernyit semakin tidak mengerti. "Apa maksudnya ini? Hasegawa Satoru memiliki kekasih lain? Hah... dasar pria!" Mengakhiri kalimatnya.

Satou melongo tidak mengerti dengan apa yang baru saja ia saksikan. Setelah diperingatkan beberapa kali oleh crew dalam studio, akhirnya ia dapat kembali dalam dunia nyata.

"—Ah... Jadi... Seperti itulah penjelasan dari Fuyutsuki-san." Katanya sesaat setelah tersadar. Masih dengan ekspresi bingung, ia melanjutkan , "Selanjutnya kita beralih pada seorang peramal legendaris kita, Sobi Hikari*. Bagaimana pendapat Hikari-san mengenai hubungan mereka?"

Sang peramal pria memejamkan matanya sambil mengarahkan tangan kanannya kedepan, seolah-olah menegaskan pada pemirsa, bahwa jarinya masih utuh berjumlah lima.

"Aura cepak bongsor* itu tak cocok dengan aura si musang loli*," Kata Hikari menyebut tiap obyek ramalannya dengan seenak hati. Hal tersebut sontak membuat seluruh Crew dan Satou kaget dan ingin tertawa. Pasalnya acara tersebut merupakan acara Live yang tidak mungkin disensor. Tampaknya mendatangkan Cenayang-cenayang bergengsi bukan ide baik untuk topik kali ini.

Sambil menahan tawa, akhirnya Satou menutup acara tersebut lebih awal dari durasi jam tanyang 30 menit yang telah di tentukan.

Dilarang copy fic ini

Cup Chocochip

Kemudian kembali pada suasana kantor yang bising oleh kabar kepergian Direktur utama mereka Hasegawa Satoru untuk menyusul kekasihnya ke Hawai. Seandainya hal tersebut hanya berdampak pada kinerja perusahaan yang lebih santai dibanding biasanya, tapi hal ini ternyata juga berpengaruh besar pada kehidupan Nagisa.

Pembullyan yang dilakukan oleh para karyawan mencapai tahap teratas dari yang pernah Nagisa terima. Selama seminggu ini, para karyawan yang tidak perduli, tidak menganggap Nagisa sebagai seorang manusia, melainkan sosok kasat mata yang luput dari penglihatan. Tapi bagi yang benar-benar memunsuhi, sudah mulai terang-terangan menyiksa Nagisa baik secara fisik maupun mental.

Apalagi setelah ada perintah langsung dari Satoru untuk mengijinkan Nagisa pulang lebih awal, yaitu pukul lima. Nagisa harus menandatangani kotrak kerja bertuliskan perintah mutlak itu, kalau masih ingin bekerja disana. Pastinya secara langsung membuat semua karyawan geram dan makin beringas pada dirinya. Hingga kata-kata kasar mereka sampai di telinga Nagsia secara langsung, dan tanpa ampun.

"Wah enak sekali bisa pulang kerja pagi setiap hari. Kasian sekali Nohara. Dia yang berusaha keras, malah asistenya yang malas-malasan. Kalau aku jadi Nohara, sudah aku buat jadi kain pel asisten seperti itu." Kata salah satu karyawan bagian pemasaran, yang dulu merupakan teman Nagisa.

"Kalau saja bukan teman direktur, sudah pingin aku jambak saja jambulnya. Enak sekali hidupnya. Gaji besar, pekerjaanya dikit. Lama-lama aku gak tahan sekantor sama laki-laki banci yang suka memangfaatkan atasan seperti dia." Kata yang lain.

"Syukur aja dia laki. Kalau perempuan, mungkin udah minta di madu tuh! Tapi mau dilihat dari manapun, Haruka-sama yang seperti permata safir, tidak bisa dibandingkan dengan batu yang dipakek ngelempar Anjing." Seluruh kata-kata pedas itu hanya mampu Nagisa terima. Karena dirinya yang sendiri, tak akan pernah mampu melawan seluruh karyawan perusahaan. Saat ini pembelaan apapun yang Nagisa lakukan tidak akan bisa membantu dirinya.

Bukan hanya sekedar verba, tapi saat ini pembullyan itu telah mencapai tahapan penerapan. Mulai dari menjegal kaki Nagisa hingga membuatnya jatuh tersungkur, menumpahkan sisa makanan dan minuman pada pakaian Nagisa. Sehingga hampir setiap harinya, pakaian miliknya tidak pernah terlepas dari noda. Jadi seminggu kemudian Nagisa memutuskan untuk tidak ke kantin perusahaan dan memilih memakan roti yang ia beli sebelum datang ke kantor.

Terlepas dari penganiyayan jenis itu, beberapa dokumen yang para karyawan kumpulakan pada Nagisa, terkadang disisipi sebuah kertas yang berisi kata-kata tambahan yang bertuliskan parasit, atau penjilat, gigolo, muka tembok, pergilah, mati sana!, dan masih banyak lagi. Yang membuat Nagisa harus menyortirnya kembail satu-persatu, agar kata-kata bijak itu tidak samapai pada Hasegawa Fujiki, kakak Satoru yang sementara ini menggantikan posisinya.

Kalau itu hanya menyakiti Nagisa scara fisik saja, tidak masalah baginya. Tapi semua perlakuaan yang ia terima, rupanya berpengaruh juga pada psikisnya. Ditambah lagi perlakuan orang kantor yang sepertinya memberinya tugas lebih berat. Mereka sengaja membuat kesalahan kecil yang membuat pekerjaan Nagisa menjadi dua kali lipat.

Kemudian stres berlebih membuat kondisi tubuhnya lebih buruk dibanding sebelumya. Pada pagi hari, ia sering kesusahan mengakhiri mual dan pusing yang selalu datang. Hal itu berdampak pada mual yang sekarang tidak hanya ia alami saat bangun tidur, tapi juga saat sedang berada di kantor.

Nohara sering kali memperhatikan Nagisa yang berkali-kali pergi ke kamar mandi untuk muntah, tetapi juga sama sekali tidak perduli apa yang dilakukannya. Ia hanya meperhatikan, tidak bertanya, maupun menolong.

Sesekali dirinya ingin menghubungi Satoru. Tapi sampai saat ini, Satoru juga sama sekali tidak menghubunginya. Mungkin dia tengah sibuk. Pikir Nagisa. Dia juga tidak ingin membebani Satoru dengan hal lain. Karena Satoru sendiri saat ini sedang berjuang mengatasi masalahnya.

Sampai akhirnya kondisi Nagisa mencapai batas. Sehari, dua hari, tiga hari, Nagisa tidak dapat keluar dari kamarnya karena kondisinya. Dia sama sekali tidak dapat bangun dari tempat tidur karena mengalami pusing yang sangat hebat dan menyebabakan dirinya tidak dapat pergi bahakan ke kamar mandi yang jaraknya hanya beberapa langkah.

Merasa dirinya tidak becus dalam melakukan tugas-tugasnya di kantor, bahkan dokumen-dokumen yang harusnya di serahkan empat hari yang lalu masih bertengger manis di mejanya. Nagisa memilih keputusan yang sangat besar dan mungkin ia sesali kemudian hari.

Cup. Chocochip

Satu minggu setelah absenya Nagisa dari perusahaan.

Pukul 07.00 pagi. Sebelum karyawan datang dan bekerja. Nagisa masuk dalam ruangan direktur yang seminggu ini tidak ia masuki.

Ia telah kehilangan sahabatnya dalam kurun satu bulan, tapi ia merasa perjumpaan itu terjadi setahun yang lalu. Membayangkan Satoru sedang duduk di kursinya sambil menandatangani beberapa dokumen, dan memandangnya dengan perasaan rindu yang dalam. Hingga menjadi kehampaan ketika melihat kursi itu menjadi kosong. Nagisa menghirup udara dalam ruangan dalam-dalam, berharap masih terdapat sisa parfum Satoru yang tertinggal untuk dapat menenangkan perutya yang mual. Tidak hanya rasa mual yang menderanya tiap waktu, Nagisa juga merasa ada yang aneh pada tubuhnya, ketika beberapa hari ini ia menyadari bagian bawah perunya menjadi sangat keras dan membuncit. Padahal badannya kini hanya tersisa kulit dan tulang.

Dan tebakkanya mengarah pada dirinya yang sedang mengalami kurang gizi atau busung lapar. Pola makan yang tidak teratur dan kebanyakan berjenis roti manis adalah penyebabnya. Walau punya stok Ramen Cup selemari penuh, Nagisa sama sekali tidak berniat memakanya. Ia sendiri juga merasa aneh dengan perubahan selera yang menderanya.

Kembali pada tujuan awalnya pergi ke kantor, Nagisa mendekat ke tempat duduk direkturnya dan menempatkan sebuah amplop coklat di atas meja dengan rapi.

"Maafkan aku Satoru, tapi ini untuk kebaikan perusahaan. Seorang sepertiku sudah tidak layak bekerja di sini." kata Nagisa lirih sambil menahan air mata. Ia juga menempatkan sebuah note kecil di meja Nohara yang menginformasikan tetang hal yang sama.

'Mungkin akan ada pesta nanti malam.' Pikirnya.

Dilarang copy fic ini

Cup Chocochip

Mainkan lagu sedih...dan Aku akan membawa kalian masuk dalam duniaku

PLAY

Nagisa sedang dalam perjalanan pulang ketika ia melihat sebuah rumah sakit atau klinik di sebrang jalan. Teringat kata kata Satoru kepadanya.

'Kalau kau sakit, langsung minum obat atau ke rumah sakit'. Maka Nagisa memutuskan untuk menuruti saran Satoru untuk memeriksakan dirinya.

Di dalam sebuah ruangan pemeriksaan, Nagisa disuruh berbaring dan seorang dokter laki-laki memeriksa perutnya dengan stetoskop. Sebuah kerutan diantara alis dokter yang masih seusia 26-27 tahun itu jelas terlihat. Menandakan ia tengah berfikir keras. Menekan-nekan perut Nagisa, yang pastinya membuat Nagisa merasa kesakitan karena kondisi perut yang sangat kaku dan keras. Lalu dokter tersebut memberikan sebuah benda yang dia sebut tespack. Nagisa yang ternyata tidak tahu kegunaan dari benda tersebut, hanya menurut ketika dokter menyuruh mencelupkan ujung alat pada air seninya.

"Saya tidak tahu harus memulai dari mana. Dari hasil pemeriksaan yang saya lakukan, dan setelah melihat riwayat hidup dan kelainan IS yang anda alami. Saya nyatakan anda positif hamil Hanazawa-san. Hal tersebut sama sekali tidak mustahil dengan anda sebagai seorang interseksual yang juga memiliki rahim. Selamat atas kehamilan anda yang memasuki bulan ke empat."

Dilarang copy fic ini

Cup Chocochip

"Ha-a-hamil? Dokter bercanda? Saya pria dokter. Dan saya masih Perja— Perawan..." Nagisa membela diri.

"Kalau memang seperti itu, memang ada beberapa kasus seseorang hamil karena terdapat saudara kembar di rahimnya. Tapi saya yakin bahwa kehamilan anda termasuk kehamilan yang normal. Untuk memastikanya, apakah saudara Nagisa bersedia melakukan cek sekali lagi?"

Nagisa langsung mengagukan kepalanya berkali-kali. Ia ingin apa yang dikatakan dokter adalah kesalahan diagnosa. Dia laki-laki, dia tidak mungkin hamil, dan tidak mungkin dihamili. Berhubungan dengan wanita saja tidak pernah, apa lagi dengan pria.

Nagisa disuruh menuju rungan lain. Seorang suster dan Dokter datang dan langsung memeriksa Nagisa, tapi bukan pemeriksaan seperti tadi. Kali ini ia menyuruh Nagisa berbaring, dan dokter memeriksa organ reproduksinya dengan lebih seksama. Tapi hal tersebut tidak masalah lagi, yang paling penting untuknya adalah, sang Dokter meminta maaf padanya untuk kesalahan diagnosis yang baru saja ia terima.

"Maaf Nagisa-san, dari apa yang saya cek tadi, selaput darah pada vagina saudara sudah tidak utuh dan rusak. Yang menandaakan anda sudah tidak perawan. Apakah anda tidak mengingat kapan anda melakukan hal tersebut dengan kekasih anda?"

Sejenak Nagisa terdiam, tidak percaya.

"Saya bahkan tidak tahu bagaimana cara melakukanya Dok. Saya tidak ingat pernah melakukanya dengan seseorang. Bahkan dengan seorang pria. Saya bukan Gay Dokter. Saya tidak mungkin berhubungan dengan sesama jenis."

Menangis, itulah yang dilakukan Nagisa sebagai penolakan terhadap apa yang dikatakan Dokter di hadapanya.

"Kalau memang seperti itu, anda boleh pergi ke rumah sakit yang lebih besar. Disana akan ada dokter spesialis dan peralatan medis lebih lengkap yang akan menunjang pemeriksaan yang lebih baik dan menyeluruh."

"Apa di sana saya juga bisa melakukan aborsi?" Kata Nagisa keji.

Dokter menatap Nagisa dalam diam. Kemudian berkata dengan sangat halus dan berhati-hati.

"Setiap nyawa yang sudah diturunkan tuhan di dunia wajib di jaga. Dengan melakukan aborsi, berarti anda telah membunuh satu nyawa. Dan satu nyawa tersebut adalah anak kandung anda sendiri." Sang dokter mencoba menasehati.

"Saya, saya tidak bermaksut melakukanya dokter. Saya bukan seorang Ibu yang mengandung dan melahirkan. Saya seorang laki-laki yang ingin menjadi seorang ayah, bukan menjadi seorang ibu." Kehilangan hargadirinya sebagai seorang pria. Itulah yang saat ini Nagisa rasakan. Ia ingin mengakhiri ini secepatnya.

"Kalau memang keiginan anda sudah bulat, saya akan memberikan surat rujukan pada anda. Tapi dari kasus IS yang anda alami, aborsi yang akan anda lakukan mungkin akan berbeda dari wanita. Letak rahim Saudara Nagisa yang lebih dalam dibanding wanita normal akan menyulitkan para Dokter untuk melakukan aborsi. Temasuk mengonsumsi obat penggugur akan menyebabkan pendarahan hebat yang membahayakan nyawa. Hal tersebut juga akan membuat biaya yang lebih besar."

"Saya akan membayar berapapun itu Dok, asal benda ini keluar dari tubuh saya." Nagisa memandang Sang Dokter dengan tajam. Mengisyaratkan akan kemantapan niatnya.

Dilarang copy fic ini

Cup Chocochip

PYAR........ PYAR.......PYAR

Tiga celengan milik Nagisa telah berceceran di lantai. Campuran antara uang kertas dan receh yang banyak. Menatap dengan sedih. si Hiu, lintah Kyusu, dan ular Manda yang telah ia korbankan. Air matanya telah kering. Hatinya telah hancur. Hingga membunuh para peliharaanya pun menjadi hal biasa baginya.

Satu persatu ia hitung dan kumpulkan, dan masih belum cukup untuk oprasinya. Lalu ia mencoba menambahi dari uang dalam lebah dadakan. Tapi masih belum cukup juga. Nagisa kemudian memasukan semua uang tersebut kedalam celengan ayam gorengnya yang kini beralih fungsi menjadi celengan biaya aborsi, yang juga telah jelas tertulis di dada celengan itu.

Dan yang tersias adalah celengan Kodok Opra. Kodok Opra adalah celengan yang memiliki isi paling banyak dari yang lain. Ia mungkin akan mendapatkan uang yang diperlukan dari situ.

Nagisa menarik nafas dalam sebelum mengambilnya dan siap memecahnya, tapi kemudian ia teringat kata-kata ibunya.

"Isilah celengan ini sampai penuh. Maka apa yang kau inginkan akan menjadi kenyataan"

.

~Nagisa PoV~

.

. "Isilah celengan ini sampai penuh. Maka apa yang kau inginkan akan menjadi kenyataan"

Ibu, aku sangat ingin sekali untuk memenuhi janjiku padamu. Untuk mewujudkan mimpiku. Tapi sayangnya hal itu sama sekali tidak akan terjadi bila benda ini tetap ada di dalam tubuhku. Maka ijinkan aku mengorbankan celengan pemberianmu ini. Maaf aku tidak dapat menepati janjiku. Maafkan aku yang telah membuatmu kecewa. Maafkan aku, membuatmu harus mengadung seorang cacat sepertiku. Diriku yang gagal sebagai seorang manusia. Aku yang tidak dapat menjadi laki-laki yang sempurna, bahkan tidak dapat menjadi wanita yang baik.

Karena Aku akan membunuh anakku. Aku akan membunuh darah dagingku. Demi impianku, aku akan mengorbankannya.

Tuhan sangat senang mempermainkanku Ibu. Dimulai dari membuatku cacat, membuatmu dan ayah pergi dari sisiku. Lalu dia mengubahku menjadi seorang wanita. Dan sekarang, dia membuatku hamil.

Aku Pria, dan aku hamil. Bahkan aku tidak mengetahui siapa ayahnya. Dosa apa yang telah aku lakukan hingga dia memberi cobaan seberat ini bu? Apa dia berfikir aku mampu melaluinya sendiri. Apa ia berpendapat seseorang yang bahkan tidak dapat menikah ini layak menjadi orang tua?

Apa yang sebenarnya ingin Tuhan sampaikan padaku Ibu?

Apa Dia ingin aku bertahan dengan segala cobaanya.

Atau Dia sedang mengatakan padaku, 'ini adalah saatnya aku menyerah pada hidupku dan menyusulmu?'

Maka...

Aku memilih yang kedua.

.

~End Nagisa Pov~

.

Nagisa berjalan menuju dapur dan mengambil benda perak dan tajam dari lemari atas. Mengenggam dengan mantap sebuah pisau tajam yang akan ia gunakan untuk menggores pergelangan tangannya. Dia telah membayangkan ini berkali-kali. Dirinya tidak memiliki siapapun dalam hidup. Mati sendiri dalam kamarnya saat ini, juga sudah pernah terbersit di pikiranya. 'Ini akan mudah' Pikirnya. Nagisa bersiap-siap melakukanya dengan sekali gores. Dia akan meakhiri semuanya di sini.

Hentikan pikiran konyol dan anehmu Nagisa!

Nagisa mendengar sebuah suara dari kepalanya. Suara laki-laki yang selalu ada untuknya.

Aku tidak akan lama Nagisa. Tunggulah aku. Jangan melakukan hal-hal konyol yang mencelakakan dirimu.

Lagi-lagi suara pria itu terdengar jelas di kepalanya. Sekarang ia teringat tatapan laki-laki itu, dan pelukkannya. Merasakan kehangatan, dan wangi yang menguar dari tubuhnya. Ia merinduk semua itu. Ia ingin bertemu dengannya. Dia tidak ingin mati, dan tak dapat melihatnya lagi.

Pegangan terhadap pisau yang tadi akan ia pakai untuk menyakiti dirinya telah mengendur, dan membuat pisau tersebut tejatuh ke lantai. Nagisa tidak dapat lagi membendung airmatanya. Membuatnya mengalair tanpa henti melalui pipi, terduduk dalam posisi, dan menangis tanpa suara.

"Nobi-chan.... Nobi-chan.... Satoru... Satoru.... hu~ SATORUUUUUUU..."

Bersambung....

oooo000oooo

Ucapan terimakasih pada pemenang saembara AD SasuNaru version:

*Deer luu: Juara Satu saembara dialog Apapun Dirimu di fanfiction.

*Fuyutsuki Hikari : Juara kedua saembara dialog Apapun Dirimu di fanfiction.

*Sobi Hikari : Juara ketiga dialog Apapun Dirimu di fanfiction.

Dialog asli Sobi sebelum revisi :

"Aura pantat ayam* itu tak cocok dengan aura si kepala pink* itu," kata Sobi.

Saembara tersebut diikuti oleh para reader yang berpartisipasi lewat Review. Saya sangat senang, karena Fuyutsuki Hikari (The legend) pun ikut andil di dalamnya dan menjadi juara dua. Semoga di wattpad ini saya juga bisa mengadakan saemabara seperti ini.

Tapi sepertinya tidak dapat diadakan dalam waktu terdekat, oleh minimnya pembaca dan respon kalian terhadap tulisanku. Sedih  :-(  ......

Ya semoga terjadi di masa depan....

O iya...  aq maunulis drabbel di bio ku. Klu mau silahkan baca di bagian percakapan. Khususnya untuk para follower tercinta..

Akhir kata.... terimakasih..

Vote n Follow please....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro