1
Membaur dengan tubuh dan lingkungan sekitar
Setelah kejadian kemarin saat peristiwa Festival dimana Draken hampir ditusuk berhasil ku halau ya walaupun menangis. Aku tidak tahu kalau aku yang sudah mati malah masuk ke tubuh laki-laki bernama Hanagaki Takemichi ini.
Apa jangan-jangan kami bertukar tubuh? Setahuku karena aku pernah menonton film yang mirip kejadian seperti ini.
Sebisa mungkin harus bisa beradaptasi dan berbaur dengan tubuh ini. Iya sih aku dengan gampang berkata seperti itu tapi nyatanya...
Aku malah berjongkok di lubang kloset saat ingin buang air kecil. Aku lupa kalau aku sudah masuk ke tubuh laki-laki. Tapi kebiasaanku masih sama. Malu rasanya membayangkan ini.
Dengan tangan bergetar aku berusaha melepaskan baju untuk mandi. Sambil menutup mata dan menggosok tubuh ini.
Setelah mandi aku memakai pakaian yang ada di lemari. Dan mulai mengambil hp Takemichi. Seingatku karena Draken tidak ditusuk berarti tidak ada adegan Draken di rumah sakit.
Aku melihat nama kontak yang di simpan Takemichi. Dan tak sengaja melihat notifikasi dan terpampang nama Akkun.
Aku segera mengangkat telepon itu dan bisa kudengar suara dari seberang sana.
"Halo Takemichi," sapa Akkun
"H-halo! Akkun ya?" Astaga! Ini suara Akkun asli. Ternyata lebih enak dengar secara langsung.
"Iya. Ada apa? Tidak biasanya kamu seperti ini. Oh ya kita ketemuan yuk bareng yang lain," ajak Akkun
"Enggak itu aku baru bangun tidur saja," kilahku, "Ketemuan? Ayo saja. Dimana?"
"Tempat biasa kita." jawab Akkun
"Sekolah?" tanyaku bingung yang tak tahu tempat Takemichi nongkrong.
"Rumahku. Kau ini gimana sih?" Sedangkan aku hanya ber-ooh saja.
"Emangnya dimana?" tanyaku lagi
"Kau kesambet apa sih? Sudahlah biar aku saja ke tempatmu," balas Akkun yang bisa kudengar dengan suara kesal dan menutup panggilan.
Aku hanya diam sambil tersenyum kikuk. Aku kan tak tahu apa-apa. Jadi jangan salahkan aku.
Aku segera mengganti pakaianku menjadi pakaian yang bagus. Menyisir rambut dan ke bawah mencari alat dandan. Aku harus cantik untuk bertemu Akkun. Dia salah husbu yang kusuka.
"Loh nak? Kenapa malah pake lipstik ibu?" tanya ibu Takemichi
"Loh kan aku mau dandan buat ketemu Akkun," jawabku
Ibu Takemichi hanya tertawa kecil, "Kamu cowok sayang,"
"Eh? Oh iya ya aku cowok. Astaga! Aku lupa ibu!" Aku menepuk jidatku. Bodoh sekali sih. Aku lupa ini kan tubuh laki-laki.
Aku segera kabur dari ibu menutupi wajahku yang memerah baru saja ingin naik tangga ibu memanggilku
"Nak kamu suka Akkun ya?" tanya ibu
"E-enggak kok Bu. Emangnya kenapa?"
"Gak apa-apa kok. Ibu ga masalah kalau kamu sama Akkun." jawab ibu
Aku hanya menggeleng kepala ke kanan, "Hah? Bukannya kami laki-laki?"
Ibu datang ke arah ku dan mencubit pipiku, "Swakkitt ibwuu..." Aku memukul tangan ibu untuk melepaskannya.
"Anakku ini imut sekali sih. Tidak apa kok kamu suka dengan dia meskipun laki-laki. Yang penting dia membuatmu bahagia karena cinta itu bisa datang pada siapa saja. Tapi saat menikah kau harus dengan perempuan ya karena itu sudah hukumnya." jelas ibu
"A-ah iya ibu." Aku membungkukkan badanku dan segera naik ke atas. Kupikir ibu Hina ini anti tapi ternyata dia tidak mengekang anaknya dan memberikan kebebasan anaknya untuk memilih dengan syarat tetap menikahi perempuan.
Aku menutup pintu dan menjatuhkan tubuhku. Sepertinya ini akan jadi lebih sulit lagi. Aku segera bangkit dan menyeka lipstik yang ada di bibirku ini. Sebenernya bibir Takemichi sih tapi lebih nyaman pake aku. Toh kan arwahku kan ada didalam tubuhnya jadi tak masalah.
Selang beberapa menit ibu memanggilku untuk ke bawah dan mendapati Akkun dan teman-temannya sudah di bawah menunggu. Mereka tampak terkejut melihatku. Begitu juga ibu.
'Aneh' pikirku. Tapi segera aku tepis.
"Aku pergi dulu ya Bu." Aku segera mencium tangan ibu.
Author POV
Ibu Takemichi dan teman-temannya begitu terkejut dengan kesopanan Takemichi. Dengan lembut ia mencium tangan ibunya dan berpamitan tidak seperti biasanya.
Mereka meninggalkan rumah dan berjalan berempat. Tertawa dan bercanda meski kadang Takemichi sulit menimpali candaan teman-temannya.
"Hei Takemichi! Kau kenapa bisa lupa dengan rumahku sih?" keluh Akkun.
Takemichi hanya tersenyum saja, "Hehe gak tau juga aku," balasnya
Akkun hanya berdecak kesal karena jawabannya yang ia minta tidak sesuai, "Kalau begitu lihat baik-baik jalannya agar kau tidak lupa."
"Siap bos," Takemichi mengangkat tanganku seperti seorang prajurit.
Akkun hanya tertawa dan mengusap rambut Takemichi, segera berlari ke arah Yamagishi dan Makoto ketika mereka memanggilnya.
"Hei Takuya apa kamu merasa kalau Takemichi agak sedikit aneh hari ini?" tanya Akkun ke Takuya yang tepat di sebelahnya.
"Iya. Aku merasa kalau itu adalah orang lain." balas Takuya.
"Ya. Kuharap saja itu hanya perasaan kita saja ya." ucap Akkun yang dibalas hanya anggukan saja.
Takemichi POV
Sesampainya di rumah kami bermain bersama tertawa bersama. Awalnya yang ada dalam tubuh Takemichi sulit mengikuti permainan mereka tapi karena seiring jalan lama-lama ia bisa mengikutinya. Meski sulit awalnya tapi semua bisa jadi mudah berkat Akkun.
Diriku tak menyangka bahwa Akkun benar-benar peduli sekali dengan Takemichi. Ia selalu memperhatikan dirinya dalam tubuh Takemichi ini.
'Akkun ternyata orang yang baik,' batinku
•••
Author POV
"AHAHAHAHAHAHA," tawa Takemichi menggelegar memenuhi ruangan itu. Matanya menyipit. Dia berseri-seri. Terpampang mulutnya yang sedang tersenyum sehingga menciptakan garis kerutan di sudut matanya. Seluruh wajahnya tampak bersinar. Ia menutup mulut dengan tangannya berusaha meredakan tawanya yang keras.
Akkun ikut tertawa melihat teman di depannya itu tertawa. Begitu juga Takuya, Yamagishi dan Makoto. Mereka merasa ada yang berbeda dengan Takemichi. Sebelumnya mereka bermain Takemichi tampak menunjukkan wajah yang serius tapi sekarang mereka melihat temannya ini tertawa terbahak-bahak.
Akkun yang ikut tertawa itu tiba-tiba menjadi diam. Matanya menatap Takemichi lekat. Tidak biasanya Takemichi tertawa seperti itu. Di sekeliling Takemichi tampak bersinar. Akkun merasakan atmosfer yang hangat. Rasanya begitu nyut-nyut. Jantungnya berdegup kencang. Ini gak mungkin terjadi, bukan? Tidak mungkin ia jatuh cinta padahal cerita ini baru memasuki chapter 1.
Akkun terdiam sebentar. Wajahnya memerah, 'S-sial—' batin Akkun.
"Aku pergi keluar dulu," Akkun segera berlari keluar dari kamarnya sambil menutupi wajahnya.
Seluruh teman-temannya hanya diam terpaku termasuk Takuya yang duduk sebelahnya. Takemichi hanya menggeleng kepalanya ke kanan. Matanya menatap kepergian Akkun.
"Kenapa Akkun?" tanya Takemichi ke Takuya sedang Takuya mengangkat bahunya.
Akkun POV
"Ini gak mungkin kan?" Aku berusaha menetralisir apa yang baru saja terjadi. Kami sudah lama berteman. Sampai saat ini pun aku hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat. Tapi entah kesambet apa mengapa aku bisa merasakan jantungku berdetak hanya karena melihat orang tersenyum. Terlebih dia laki-laki.
Tidak mungkin aku merasakan jatuh cinta.
Aku memegang jantungku yang berdegup kencang. Aku harus berusaha menetralisir degupan jantung ini.
*Tok tok tok
"S-siapa disana?" tanyaku aku yang kaget mendengar suara ketokan itu berusaha bersikap tenang.
"Takuya. Kau sedang apa Akkun lama sekali?" jawab suara di luar sana.
"Sabar. Ini gak bisa ditahan," kilahku
"Kau ngapain? Jangan bilang kau sedang buang air besar?" tanya Takuya lagi.
"I-iya," balasku.
Setelah sudah tenang aku berusaha keluar dan kembali ke kamar.
"Akkun!" teriak suara yang kukenal. Ya, itu Takemichi yang sedang melambaikan tangan ke arahku.
"Yo," aku segera duduk dan Takemichi segera ikut menduduki dirinya di sampingku. Takemichi tersenyum sumringah ke arahku.
Deg-
"Kau kenapa?" Takemichi tampak khawatir melihatku. Astaga! Meski terkadang aku sudah melihat Takemichi khawatir tapi entah mengapa aku merasa hari ini ada yang berbeda.
Aku menepis tangan Takemichi, "Lepas!"
Takemichi tersentak lalu tersenyum kembali, "Oyoyo~ Akkun sakit ya? Haha wajahmu memerah tuh." ejek Takemichi.
"Bocah sialan ini. Aku tidak sakit tahu," balasku sambil berusaha menangkap Takemichi yang berlari.
"Bweee~ Hahaha— ahkk!" Takemichi tampak memegang kakinya yang kesakitan karena kejedot kaki meja sehingga membuatnya terjatuh.
Author POV
Sontak seluruh teman-teman Takemichi langsung berlari ke arah Takemichi yang sedang meringis kesakitan. Akkun melihatnya langsung berlari dan memegang kaki Takemichi yang tampak memerah. Ia meniup kaki Takemichi dan menyuruh Makoto mengambil obat p3k di atas lemari.
Makoto pun mengambilnya dan langsung memberikan pada Akkun. Karena khawatir Akkun malah meludah dan memberikan ludahnya di kaki Takemichi.
"Iww jijik tau," ucap Takemichi
Akkun kaget dan mengambil air dari kamar mandi dan membasuh kaki Takemichi lalu membalutnya dengan perlahan.
"Makasih Akkun," kata Takemichi sambil tersenyum.
'Tolong jangan lagi,' batin Akkun sambil memegang dadanya.
"Kenapa kau memegang dada kau? Sakit jantung kau? Hah?" cecar Makoto. Mendapat perkataan seperti itu Makoto langsung mendapat pukulan di kepalanya dari teman berjambul merah itu.
"Aww- maaf," ringis Makoto sambil mengusap rambutnya.
"Haha— eh ada telepon dari ibu. Aku pulang dulu ya. Katanya ada urusan penting," Takemichi langsung menunjukkan isi pesannya ke teman-temannya.
"Ya sudah kami antar. Takutnya kau lupa rumahmu sendiri," sarkas Yamagishi.
Takemichi hanya tersenyum kecut.
•••
Masa depan yang suram
Selama di perjalanan mereka tertawa dan berbincang banyak hal dari sekolah hingga hal random lainnya.
"Takemichi?" Suara perempuan menganggu perbincangan mereka.
"Eh? Ada Hina toh? Kenapa ada di sini? tanya Takemichi
"Oh itu aku habis belanja bareng Naoto. Oh Naoto ini Takemichi," ucap Hina
"Hai aku Takemichi. Kita pernah bertemu sebelumnya kan?" Aku mengulurkan tanganku
"Iya. Aku sudah tahu." Naoto membalas jabat tanganku
*Bsst bsst bsst bsst bsst bsst bsst
Seketika aliran listrik mulai menjalar ke seluruh tubuhku.
"Hoossh..." Aku tercekat dan melihat ke depan. Tapi yang kudapatkan adalah Naoto yang sudah dewasa—
Tunggu?
Sudah dewasa?
"APA? JANGAN BILANG JABAT TANGAN ITU TERNYATA BISA KURASAKAN JUGA!?" Aku berteriak keras sambil menutup telingaku.
"Cih Takemichi apa yang kau lakukan sih? Aku kaget tau mendengar teriakan gila mu itu," Naoto memukul kepalaku dengan keras.
"Sakit sia—" kata-kataku terpotong menatap objek di depanku menunjukkan wajah menakutkannya. Aku mengucek mataku. Tadi aku melihat ada dua tanduk di kepalanya.
"Apa yang kau alami? Ada sesuatu yang kau dapatkan?" tanya Naoto
"Gak ada tuh," ceplosku sambil menggaruk kepalaku yang memang gatal. Lagi lagi kepalaku ditoyor. Aku hanya meringis dan membalasnya tapi gagal karena Naoto berhasil menghindar.
"Ada apa di masa depan emangnya?" tanyaku.
"Sepertinya ada yang berubah di masa depan. Sekarang musuh kau bertambah," ucap Naoto.
"Selain Mikey dan Kisaki. Ada satu orang lain yang membuat aku dan kakakku mati," lirih Naoto.
"Dan dia adalah sahabatmu—" perkataan Naoto terpotong. Ia menatapku. Mengambil nafasnya.
"—dia adalah Akkun." lanjut Naoto.
Aku diam mematung. Nafasku tercekat. Aku membulatkan mataku menatap Naoto. Berusaha menahan mentah-mentah perkataan Naoto. Akkun? Dia bilang.
Ini tidak mungkin kan? Ini keluar dari jalur yang semestinya. Kenapa kenapa harus Akkun. Baru saja kami bercanda dan sekarang harus menerima mentah-mentah bahwa Akkun menjadi orang yang jahat yang membunuh Hina dan Naoto.
"Alasan Akkun jadi jahat apa?" tanyaku berusaha mendapatkan kepastian
"Aku... Aku tidak tahu. Semua teman-temanmu yang lain takut menjawab Takemichi," jawab Naoto dengan wajah menunduk.
Aku mengusap wajahku dengan kasar. Dan memutar bola mataku.
Kini apa yang harus kulakukan?
[A/N]
Mau nanya ceritanya aneh gak? Itu gimana ya... Aku ngerasa aneh aja. Entah itu alur kata-katanya setelah lepas melalui tulisan malah rasanya jadi berbeda gitu. Tapi aku harap kalian masih menikmatinya.
Dan, terima kasih juga yang sudah membaca, memberi vote, menyimpan ceritaku di list dan mengikutiku.
Oh sebenernya pengen ganti judul bisa kali ya?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro