Karya ini hanya sekerat tulisan,

nukilan jalur-jalur kata yang berderet,

mewakili segenap jiwa nurani,

seperti aksara yang melengkapi erti sebuah kata,

begitulah lahirnya sederet puisi yang terbit dari rintihan seorang insan biasa,

❤️❤️❤️

bicara yang lumpuh ditenggelami gelora jiwa,

hati yang luluh dihadangi sebuah tembok pemisah,

walau rintihku seluas lautan samudra,

namun memilih untuk terus membisu,

kerana tulisan ini isi hatiku yang terpendam,

❤️❤️❤️

wajah yang polos terukir senyuman manis,

di sebalik keceriaan tersembunyi derasnya air mata,

di kala sepi gelapnya malam,

manik-manik putih mulai bercucuran,

kedukaan yang membelenggu kian menjajah diriku,

❤️❤️❤️

kerinduan yang tak terubati,

kenangan yang tak terlupakan,

takdir yang harus akur,

pemergian yang tak akan kembali,

namun kusedar seluruh semangatmu terus mengalir utuh pekatnya merah,

❤️❤️❤️

wahai ayah tercinta,

wahai ayah pahlawanku,

wahai ayah idolaku,

izinkan aku berbisik sesuatu,

aku merindui persona sepertimu,

❤️❤️❤️

sungguh kutahu engkau tak mampu lagi mendengar bisikkanku,

kuharap doa yang kutitipkan untukmu membuatkan engkau tersenyum selalu,

engkaulah lelaki pertama yang aku sayangi di dunia ini,

percayalah ayah aku bukan lagi anak kecil yang hanya ingin dipimpinmu,

aku takkan pernah menyerah kalah walau gagal kerana itulah prinsipmu.