Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

59. Serangan Sore

26, Bulan Air. Tahun 1938.

Tiga hari lagi menuju pesta pembukaan Tremaine.

Waktu menunjukkan pukul tiga sore saat Rayford dan Eran bermobil menuju kediaman Tremaine. Akhir-akhir ini mereka rutin melakukannya, tiga kali seminggu, setelah Rayford bersedia mengurus Igor dan saudara kembarnya.

Omong-omong, meski sudah berkali-kali Eran datang ke kediaman Tremaine, ia tetap merasakan jantungnya berdebar tidak nyaman setiap melakukan perjalanan ke sana. Seperti saat ini, ketika mobil terjebak macet dan Marko si pengemudi menyetel musik menghentak yang bising, Eran mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Rayford berbisik. "Kau tegang sekali. Ada apa?"

Eran menghela napas berlebih. "Tidak. Aku hanya ... terbiasa memikirkan banyak hal."

Rayford memandang dengan alis bertaut. "Apa? Sudah kubilang, tak usah memikirkan apa pun. Kau takkan menyelesaikan sesuatu dengan memikirkannya terus-terusan, apa kau paham?" ketika Eran hanya mengangguk pelan, Rayford menambahkan. "Lagipula apa yang kau khawatirkan? Semua berjalan dengan baik-baik saja."

Ah. Rayford tidak tahu saja.

Bagi Eran, yang berusaha melewati satu bulan tanpa memikirkan apa pun secara berlebihan, ini adalah waktu penantian yang paling melelahkan. Tidak memikirkannya! Bagaimana bisa? Ketika Rayford menuntutnya untuk menyembuhkan diri tanpa terbebani masalah Fortier, justru itulah titik bebannya.

Sehingga selama satu bulan terakhir, Eran memilih untuk terus melaporkan apa yang terjadi kepada Judan. Ia merasa lidahnya kelu acap kali menjelaskan perkembangan. Tentu, ia tak mengatakan segalanya yang berkaitan dengan Jamen, tetapi bolehkah ia menyampaikan hal-hal selain itu? Seandainya Rayford tahu, apakah dia bakal marah besar?

Tetapi, jika Eran tak melakukan ini semua, maka gadis itu akan diawasi!

Dia bahkan menerima surat dari Edwen minggu lalu! Surat itu terselip di bawah bantalnya. Eran menemukannya di waktu tidur, kala tangannya menyusup ke bawah bantal untuk mempernyaman posisi, lantas menyadari gemerisik asing di bawahnya. Eran terbangun pada pukul empat pagi saat itu, mengambil surat bersegel poppy merah kering, dan membukanya.

Sekarang, seminggu kemudian, surat itu masih menjadi sumber sakit kepalanya. Ah, mari kita benahi spekulasi sebelum ini. Eran sepertinya sudah diawasi sejak dijemput Rayford. Kalau dipikir-pikir lagi, akan lebih masuk akal seperti itu ketimbang memercayakan Eran pada seorang Caltine saja!

"Tenanglah," kata Rayford lagi, bersamaan dengan mobil yang mulai melaju kencang, segera setelah terbebas dari kemacetan. "Setelah ini semua akan berakhir."

Ucapan Rayford membangkitkan ingatan lama yang sempat menjadi momoknya. Eran bergumam, "Ya, dan kemungkinan besar kita akan mati."

"Duh. Bisakah kau, entahlah, ceria sedikit? Kalau kau terus berpikir seperti itu, kau hanya akan meresahkan dirimu tanpa ujung. Nikmatilah waktumu sekarang karena waktu takkan terulang lagi!"

Eran menatapnya nanar. "Oh, aku butuh mendengar itu."

Rayford menambahkan dengan senang hati. "Waktu terus berjalan, Eran. Kita memang semakin dekat dengan kematian, tetapi tak ada yang tahu kapan. Itu pentingnya menikmati waktu saat ini dengan hal-hal yang lebih bermanfaat dan tak menyia-nyiakannya, apalagi dengan sekadar meresahkannya." Rayford memberi isyarat pada penekanan kata sekadar.

Eran tersenyum kecut. "Baiklah," katanya. "Aku akan membayangkan saja puding macam apalagi yang akan disuguhkan Tremaine nanti."

"Itu ... ah, terserah. Apa pun asal kau tidak tegang."

Keduanya terkekeh pelan.

Dan, mobil di belakang mereka meledak.

Semua terjadi begitu cepat. Sebelum mobil Marko terdorong oleh ledakan keras itu, Rayford merenggut sang pengemudi dan Eran, melumat diri mereka ke atap datar terdekat. Baru saja mereka mendarat, terdengar ledakan susulan. Marko mengumpat saat melihat api membumbung tinggi di depan mereka, dan ledakan ketiga terjadi. Langit musim panas Stentin seketika pekat oleh asap kelabu memuakkan dan api yang menyala-nyala. Raung dan jeritan orang-orang di bawah menyaingi ribuan klakson yang saling menyahut panik.

Pada ujung wawasan pandang mereka, ada gumpalan api-api kecil yang melayang di udara. Fortier.

Rayford seketika mendorong Marko kepada Eran. "Bawa dia pulang," kata Rayford. "Dan kembalilah kemari bersama Peter!"

Tak ada usulan yang lebih logis ketimbang ucapan Rayford, maka Eran menurut. Lagipula satu bulan telah dilaluinya dengan berulang kali menghadiri waktu konseling. Setidaknya Eran mampu menyentuh seorang lelaki pada situasi seperti ini tanpa berjengit ketakutan. Maka Eran menarik Marko dari belakang dan mereka melebur ke udara, meninggalkan Rayford bersiaga. Kesepuluh jemarinya telah memanjang menjadi bilah-bilah mahatajam.

Tiga hari lagi menuju pesta pembukaan Tremaine, tetapi Fortier telah memulai acaranya duluan.

Rayford mengawasi sekeliling dengan awas. Kericuhan di bawah sana memperburuk kadar ketegangan yang di dalam dirinya. Bagaimana bisa mereka tiba-tiba muncul di sini dan mencoba menyerang mobil Marko? Apakah mereka sudah mengawasi pergerakan Rayford sejak lama?

Tunggu. Apakah seharusnya Rayford tidak menyuruh Eran pergi?

Ketika segumpal api menemukan keberadaan Rayford dan terbang ke arahnya, Rayford menyadari bahwa dirinya sekarang sendirian. Setelah lima bulan memulai misi, tidakkah dia ingat betapa orang datang dan pergi dari timnya? Dengan siapa dia memulai semua ini, dan dengan siapa pula dia melangkah menuju akhir?

Atau jangan-jangan inilah akhirnya? Dia sendirian?

Gumpalan api itu semula satu saja, tetapi ketika membelah diri menjadi tiga gumpalan lebih kecil dan memadat menjadi para pengawal, Rayford sontak mendelik. Ya Tuhan! Dia langsung mengacungkan tangannya tepat saat seseorang menerjang. Keduanya terhempas ke pojok-pojok atap.

Tak berhenti sampai di situ. Rayford tahu dua pengawal lainnya memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerangnya. Maka, mengerahkan Energi yang mulai membuncah, Rayford berguling dari posisinya jatuh dan menyabet bilah-bilah tulangnya. Pengawal terdekat memekik dan tubuhnya melebur menjadi asap kelabu, sementara pengawal satunya menyemburkan api. Rayford nyaris telat untuk menghindar, sehingga semburan itu membakar rambut di sisi samping kepalanya. Rayford mendesis kesakitan. Ia terpaksa menerjang pengawal itu dengan dua sabetan sekaligus, dan dia melenyap.

Jantungnya bertalu-talu. Para pengawal itu memang tidak sekuat tuan-tuan mereka, dan mudah dikalahkan, tetapi mereka juga memiliki keuntungan. Rayford tidak bisa mengendalikan arus darah mereka—sebagaimana ia dulu membunuh Desmond—sebab para pengawal itu hanyalah perwujudan dari api. Kalau begini caranya, melawan sendirian tidak akan bisa!

Ketiga pengawal itu telah memberikan cukup waktu bagi rekan-rekannya untuk bermunculan. Sehingga, sekitar dua puluhan pengawal Fortier kini mengelilingi atap datar itu, mata menyala-nyala marah kepada Rayford.

Rayford menelan ludah. Dimana Eran? Dimana Peter?

Tak ada jalan lain. Rayford harus menggunakan Energi sialan itu lagi, membiarkan punggungnya merasa tergelitik dan nyeri di saat yang bersamaan. Maka Rayford—

"Jangan."

Rayford tersentak saat asap hitam menggumpal di sebelahnya, memadat menjadi Eran yang menyentuh punggungnya dengan tegang. Peter muncul di sisi lain Rayford, Energinya yang menguar membuat para pengawal melangkah mundur. Mereka seketika tahu jika Peter adalah seorang vehemos.

"Ini cuma pengawal, simpan itu," bisik Eran. Matanya menyisir ke arah para pengawal. Mereka fokus pada Peter yang melangkah maju dengan perlahan.

Bagus. Mereka teralihkan kepada Peter. Para pengawal itu pun memutuskan untuk menyerangnya terlebih dahulu. Ancaman terbesar harus disingkirkan pertama, bukankah begitu?

Mereka salah.

Rayford dan Eran melompat. Alih-alih membiarkan Peter melontarkan Energinya, Rayford memanjangkan bilah-bilah tulangnya dan menyabet, sementara Eran mengerahkan seberkas asap hitam yang meraup masing-masing pengawal, meleburkan mereka menjadi asap yang lebih pekat. Kala Eran mendistorsi asap solid itu menjadi senjata baru untuk melawan sesama pengawal, Peter akhirnya turut serta. Dengan kepalan tinjunya yang sekeras baja, sang vehemos menghancurkan bagian tubuh mana pun yang menjadi sasarannya.

Pengawal yang bergerombol memudahkan Rayford untuk menuntaskan mereka lebih cepat. Sekali sabetan mampu membelah tubuh tiga pengawal sekaligus, melebur dan terserap ke bumbungan asap kebakaran mobil di bawah sana. Ketika ia mengalahkan dua pengawal terakhir yang menghadangnya, Rayford mendapati Igor berdiri di atap apartemen di seberangnya, terhalang oleh kepulan asap yang menebal.

Rayford terhenyak.

Igor!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro