56. Praeter, Pendamping Perang
Sekarang kondisi mental Eran mulai membaik berkat Antellina, maka kakak beradik Caltine pun sepakat untuk membuka satu rahasia lagi kepada gadis itu.
"Dengar, Eran," kata Rayford, selepas sarapan di suatu pagi. Piring-piring baru saja ditandaskan. "Ada seseorang yang ingin kami perkenalkan kepadamu. Dan, daripada seseorang, lebih tepatnya ia adalah ...."
"Vehemos." Sela Caellan. Ia tak paham mengapa Rayford suka sekali berbelit-belit saat memperkenalkan seseorang. "Dia vehemos kelas rendah yang bekerja di bawah pengawasanku."
Eran mengangkat alis. "Untuk apa?"
"Dia akan membantu kita untuk menghadapi Fortier," kata Rayford. "Panggil saja Peter—atau Praeter, nama aslinya."
"Oke," kata Eran, dan tidak bertanya apa-apa lagi setelah itu. Ia berpikir Peter adalah vehemos rendahan biasa, karena Caellan dan Rayford sama-sama tidak menampakkan ekspresi berlebihan saat menjelaskannya. Seolah-olah, Peter sang vehemos adalah makhluk super bersahabat yang tidak mengerikan. Ia juga tidak memikirkan segala ciri-ciri Peter yang disebutkan Rayford.
Apa yang perlu kukhawatirkan? Kira-kira itu isi pikiran Eran.
Sehingga, ketika Rayford mengatakan bahwa Peter besar dan tinggi, Eran tak mengira sang monster benar-benar lebih tinggi daripada ambang pintu yang kini dilewatinya.
Dua jam kemudian, Eran takjub sekaligus ngeri mengawasi sosok bagai pilar berjalan itu. Ah, tidak, pilar terdengar terlalu ramping baginya. Peter mengingatkan pada bongkahan batu-batu raksasa di sabana, kokoh dan menggelinding pelan mengikuti suasana hati.
Rayford juga telah mengingatkan bahwa Peter adalah sosok yang begitu pemalu. Dia menyembunyikan wajahnya di balik topeng tanpa cela yang hanya memiliki dua lubang di bagian hidungnya yang amat rata, sampai-sampai Eran mengira Peter tak memiliki hidung dan dua lubang itu hanya ilusi saja. Bahkan kedua matanya—itu pun jika Peter punya mata—tertutupi lapisan jaring-jaring tipis. Kendati Eran seharusnya merasa takut, ia justru mendapati letupan rasa penasaran di dalam hatinya.
"Astaga." Caellan refleks berkomentar kala melihat perbedaan tinggi Eran dan Peter. Ujung rambut Eran bahkan hanya setinggi perut sang monster! Gadis itu terlihat seperti kurcaci, terlebih-lebih tinggi Rayford yang berada di antara mereka berdua menegaskan betapa pendeknya Eran. Rayford bahkan tersenyum geli melihat perbedaan itu.
"Ya Tuhan, aku tak sadar kalau kau sependek ini."
"Hus!" gertak Eran. Dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan menggeleng. "Hebat, tanganku bahkan tidak mencapai dagu Peter!"
"Tanganmu juga pendek."
Eran merenggut. "Aku punya sedikit Energi Par, kenapa aku tak bisa memanjangkan tulangku?"
Rayford mendesis gemas. "Tubuhmu adalah karunia Tuhan, tak perlu kau menginginkan hal-hal menggelikan lainnya."
"Hal-hal apa?"
"Peter, perkenalkan. Ini Eran." Caellan menyela bakal perdebatan itu dengan tersenyum lebar. "Ingat. Namanya Eran. Eran."
"E-ran?" Peter mengulang, dan Eran melonjak kaget mendengar suaranya. Monster itu berbicara di benaknya! Ah, tidak, suaranya menggema di benak siapa pun di sekitarnya! Eran terpana menyadari keanehan itu, lantas mengawasi lekat-lekat wajah Peter, sekadar memastikan bahwa sang monster punya mulut. Ia lupa jika Peter adalah seorang pemalu. Sang monster refleks menunduk.
"Jangan tatap dia seperti itu, Eran. Apa kau berniat membunuhnya?"
"Hei, bukan begitu. Aku ingin tahu apa dia punya ... ah, sudahlah. Maafkan aku karena telah menatapmu seperti itu."
"Dia minta maaf, Peter," ulang Caellan dengan sedikit lambat, lantas menoleh kepada Eran. "Ingat, sederhanakan kata-katamu. Semakin sederhana dan pendek ucapanmu, maka dia akan cepat mengerti pula."
Sang vehemos mengangguk cepat. "Tidak apa. Eran."
"Aku suka ini," kata Eran. "Kau vehemos yang baik!" tambahnya dengan tawa, terlebar dan paling polos semenjak kejadian traumatis yang berulang. Matanya yang seredup malam tanpa rembulan kini berseri-seri saat melihat bahu Peter ikut bergetar karena tawa. Kekehan mengerikan memenuhi benak ketiga orang di hadapannya, memperparah tawa Eran yang kini berubah terpingkal-pingkal.
"Oh, maaf! Aku tidak bermaksud menertawakanmu, tapi aku ingin tertawa!"
Rayford menyaksikan mereka dengan senyum lega. Awal yang baik untuk tim baru ini. Ketakutannya akan Eran yang menolak berinteraksi dengan Peter karena dia seorang vehemos telah pupus, dan keengganan Peter untuk bekerjasama dengan seorang pembawa sel U'mbrate yang mengerikan pun tak terbukti. Barangkali Rayford hanya terlalu banyak berpikir, tersulut oleh segala permasalahan yang menimpanya bagai lelehan besi di kepala.
"Baiklah," ujarnya riang. "Apakah ini berarti kita siap untuk terjun ke medan perkelahian lagi?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro