Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

50. Saudara Sekutu

Igor Fortier mendesis. "Jangan bergerak." Suaranya gemetaran. "Dia di sini."

Darah Rayford berdesir. Apa yang dibicarakan pria ini? Tidak, apa yang dilakukan Igor di sini, menegaskan segala kecurigaan Eran yang memicu perdebatan mereka selama sebulan terakhir? Jantung Rayford yang malang memohon untuk dikasihani, tetapi situasi terlanjur membuatnya berdentam-dentam dalam histeria.

Rayford mengedarkan pandangan sekali lagi dengan putus asa, lantas menyadari siapa yang tengah Igor bicarakan. Berdiri di atap bangunan di seberangnya, Rayford mengenali sosok familiar yang bertahun-tahun tak pernah ditemuinya lagi dan nyaris dilupakannya.

"Ivan?" Rayford melongo tak percaya. Ivan Fortier melebur menjadi gumpalan api yang kemudian memadat tepat di depan wajahnya. Siapa pun yang tak mengenali Ivan akan mengira dia adalah Igor dengan codet di alis dan pola ekspresi yang lebih tegas.

"Rayford, kawan lamaku!" Ivan tersenyum. "Lama tak jumpa!"

Seandainya Igor tidak melonggarkan cengkeraman di lengannya, barangkali Rayford tak mampu menghindari sapaan Ivan yang menyakitkan. Pria itu melontarkan bola api dan Rayford seketika ber-Etad menjauh. Ketika ia mendarat pada atap tempat Ivan berdiri tadi, kedua pria kembar itu menatapnya dengan terkejut. Terutama Ivan; matanya yang merah pucat menyala-nyala dalam amarah.

"Sapa aku, Rayford!" Ivan melempar panah-panah api tanpa jeda. Rayford spontan melompat, meski kemana pun dia ber-Etad, panah-panah api itu tetap mengarah kepadanya. Rayford segera memanjangkan jemarinya menjadi bilah tulang. Namun—oh, sial—setiap sabetan berujung pada tulang-tulang yang hangus. Rayford gelagapan.

"Bukan begini cara menyapa!" serunya. Panah-panah api itu melebur ke udara, diiringi tawa Ivan yang teredam oleh deru mesin dan klakson belasan mobil di bawah mereka.

Rayford terperanjat ketika Ivan tahu-tahu melesat ke hadapannya, seringai mengerikan menghias bibirnya yang kering dan sobek. Ia mengulurkan tangannya; normal tanpa balutan api atau gejolak biru dan oranye yang menyalanyala. "Baiklah, begini maumu?"

Rayford memandangnya dengan penuh kesangsian. "Apa kau yang melukai Profesor?"

"Aku?" Ivan berkacak pinggang. "Mana mungkin. Aku tak mengenalnya."

Rayford melotot. Matanya berpindah kepada sosok yang mematung di atap Sommer's Set, tetapi Igor telah menghilang dari pandangan. Rayford sontak menyapukan matanya. Ke mana pria itu? Apa dia akan—

Ivan memanfaatkan kesempatan untuk menyemburkan api. Rayford hampir terlambat untuk menghindar, dan ujung bajunya menghangus saat Rayford mendarat di atap terdekat. Rayford menepuknya dengan frustasi. Demi Tuhan, ia tak mau melawan Ivan maupun Igor!

"Kemana kau pergi?" Ivan meraung. "Kembali dan lawan aku, wahai Cortessian!"

Itu dia!

Rayford berbalik. Matanya terbakar amarah yang menggebu-gebu kala istilah paling menjengkelkan itu tersemat lagi di dirinya. Ia sudah memperingatkan Eran, dan Jamen tentu saja sudah paham, maka kata keparat itu tak pernah lagi mampir ke telinganya. Tetapi Ivan berbeda. Ivan adalah Fortier, kembaran Igor, yang telah absen dari Institut Elentaire selama bertahun-tahun karena sebuah alasan. Sekarang dia kembali sebagai penyerangnya, bukan lagi teman sekelas pada tahun-tahun awal di institut.

Kalau bilah-bilah tulangnya hangus dan kulit kerasnya memerah, maka masih ada cara lain. Rayford merutuki diri sendiri. Oh, dia tidak percaya harus memakai Energi yang satu itu.

Rayford melesat menyingkir ketika Ivan melancarkan bola-bola api mematikan. Cerobong asap di belakangnya meledak terbakar. Rayford mendesis kesal, lantas menerjang Ivan dengan tangan menjulur. Alih-alih bilah pedang seperti yang dikira sang Fortier, mendadak muncul memar di sekujur tubuhnya. Ivan memekik kesakitan, dan tanpa Rayford melakukan apa pun selain mengayunkan jemarinya, wajah Ivan memerah padam. Muncul ledakan-ledakan menyakitkan yang membiru ungu di balik kulitnya.

"Stop!" raungnya, kendati demikian Ivan masih mampu mengangkat tangannya dan udara di sekeliling Rayford memanas. Keringat merembes dari punggung dan kulit kepalanya seiring dengan pandangan yang berombak. Bola-bola api perlahan muncul dari sekelilingnya, lama-kelamaan membesar dan memadat menjadi sepasukan pengawal Fortier. Rayford kehilangan konsentrasinya saat dua orang pengawal menerjang. Pria itu mengangkat tangan—menjebol sebuah pipa di bawah atap, dan juluran air tersedot kepadanya. Para pengawal Fortier mengerang jengkel.

"Hentikan!" Igor melompat muncul. "Kalian semua memang bodoh!"

Kelegaan membanjir di dada Rayford. "Igor, apa-apaan ini?"

Igor berbalik dan menatapnya dengan alis bertaut. Emosi meluap-luap pada kedua mata merahnya yang pucat. "Jangan lakukan itu lagi," tekannya. "Kau tahu sedikit Energi keparatmu saja bisa membunuh siapa pun."

Rayford tertegun. Ia mengawasi punggung Igor menjauh untuk menghampiri saudara kembarnya sendiri, yang wajahnya telah berangsur-angsur sehat, kendati memar di sekujur tubuhnya tidak melenyap. Ivan mengatupkan bibirnya penuh dengan kemurkaan dan rasa malu.

"Kau akan membayarnya, Rayford!" tudingnya. "Kau akan membayarnya. Satu orang lagi dan kau akan kehilangan semuanya—pulanglah dan tidak usah ikut campur lagi urusan kami!"

"Sudahlah." Igor mendesis gusar.

Ivan menatap saudaranya dengan kekesalan memuncak. Jari telunjuknya teracung angkuh di depan wajah Igor. "Kau yang diam. Apa sumpahnya, Igor?"

Rayford memandang keduanya dengan kalut. Apa-apaan itu? Igor tak bisa berkutik saat berhadapan dengan cerminan dirinya yang lebih bengis dan bersuara macam roh penuh dendam.

Bahu Igor melorot. "Keluarga di atas segalanya."

"Ulangi!"

"Keluarga di atas segalanya." Wajah Igor semburat kesal. Ia menepis telunjuk Ivan dengan gondok, kemudian mengerling kepada Rayford yang mematung tak percaya di sisi lain.

Reaksi Rayford membuat Ivan mendapatkan kepercayaan diri sekali lagi. "Benar!" lolongnya. "Sebab semua orang bisa meninggalkanmu, tetapi tidak dengan keluarga!"

Tanpa banyak bicara, Igor mengibaskan tangan. Para pengawal serempak mendekat, lengkap dengan bola-bola api yang mengapung di sekeliling mereka. Ivan tertawa saat Igor menariknya pergi. Sementara kedua saudara kembar itu lenyap ke udara, pandangan Rayford terhalang oleh para pengawal yang merapat tanpa suara.

Rayford memutar tubuh, memastikan bahwa para pengawal itu mengelilinginya tanpa cela. Mereka tak takut dengan juluran air yang melayang di sekitar tubuhnya. Rayford menelan ludah. Kalau begini caranya, maka jalan paling cepat sekaligus menyakitkan adalah dengan—

Asap hitam menjulur, dan sebelum para pengawal mampu memberontak, asap itu mencengkeram tubuh mereka dan melemparkannya jauh-jauh. Sebagian pengawal yang tidak terjerat sontak melompat mundur, sigap melontarkan bola-bola api di tangan dan membakar atap-atap yang mereka pijak. Terdengar suara keretak dan jeritan orang-orang di bawah atap, maka Rayford ber-Etad ke arah sumber pemilik Energi asap hitam itu. Ia mendarat pada sebuah bangunan beratap datar, beberapa rumah jauhnya dari kedai Sommer's Set yang mulai terbakar, dan berdiri di sisi Eran yang menggerakkan tangannya dengan penuh konsentrasi.

Rayford menatapnya dengan terheran-heran. "Kenapa kau ada di sini?"

"Barangkali dengan alasan yang sama kenapa kau ada di sini." Eran menggerutu. "Mana mungkin aku mau kau tinggal? Sendirian pula!" Ia menurunkan tangannya seiring dengan para pengawal yang terjun dari udara bebas. Namun sebagian dari mereka mampu melontarkan diri, dan kini melesat ke arah Rayford dan Eran.

"Kau gila!"

"Kau yang gila!" bentak Eran balik, dan mereka mengacungkan tangan masing-masing ke arah para pengawal yang menerjang. Rayford menumbuhkan sepuluh bilah tulang dan membebatnya dengan juluran air, sementara asap hitam menggelayut dari ujung jemari Eran.

Pria itu menarik napas dalam-dalam. Dalam sekejap para pengawal Fortier akan menerjangnya dan ... ia siap.

Rayford tidak sendirian.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro