28. Perkumpulan Penggosip
Note:
Seluruh cerita oleh Andy Wylan hanya diunggah pada platform W A T T P A D. Jika menemukan cerita ini di situs lain, maka kemungkinan situs tersebut berisi malware.
Selamat membaca!
---------------------------
"Ayo," kata Rayford lagi. "Aku lapar. Kita makan sebentar." Maka mereka kembali mendekat ke meja hidangan, ketika Eran merasakan sesuatu menarik-narik dirinya sekarang. Semacam ... Energi. Eran memastikan bahwa ini bukanlah daya tarik seorang Erfallen atau sejenisnya. Gadis itu mencoba menghayati sensasi ini, lalu mengikutinya dengan perlahan sembari melewati orang-orang di sekitar meja hidangan.
"Hei." Rayford berbisik memanggilnya, tetapi Eran tak menggubris. Ia terus melangkah, hingga melewati sebuah kelompok gosip yang sedang mengerumuni pembawa berita dari dinasti lain. Topeng kelinci salah seorang tamu menandakan dia Cortessian ... maka Eran memberanikan diri mendekat dan mengacuhkan sensasi tarikan itu sejenak.
Jam terus berdetak maju, ia takkan melewatkan kelompok gosip penting mana pun!
"Oh, kami tahu apa yang para Cortessian lakukan," ujar pembawa berita itu. Ia berbeda dari sesamanya yang lain; suaranya lebih percaya diri dan seolah tak menerima sanggahan dari para tamu pendengarnya. Ia mengayun-ayunkan gelas kosong yang digenggamnya. "Siapa lagi yang akhir-akhir ini suka bikin gempar aliansi kalau bukan para Cortessian? Meski tak ada yang menyalahkan kalian, sebab Fortier itu suka sekali menjamah hal-hal berharga. Sayangnya, kalau kali ini Tremaine hancur, para Cortessian tidak bisa diam saja."
Sesuai dugaan, aristokrat bertopeng kelinci menyahut, "Oh, jangan remehkan kekuatan para Cortessian kalau bersatu. Apa kau tak tahu esensi dari pesta ini?"
Sang pembawa berita jelas-jelas tak menerima sanggahan, tak peduli siapa yang bersuara. Inilah hak istimewa yang hanya bisa didapat di pesta topeng. "Siapa pun mampu berucap, tapi hanya tindakan yang nyata disaksikan semua kelak." Ia melipat tangan. "Lagipula para Cortessian seharusnya membereskan masalah internal dulu. Membereskan masalah secepat itu? Bukankah sedikit ... heh, rasa-rasanya tidak heran kalau semua masalah di sekitar kita bermula dari pada Cortessian, ya?"
Para aristokrat di kelompok itu pastinya sangat ingin tertawa, namun dengan sopan menahan diri, sebab gelombang Energi sang aristokrat bertopeng kelinci menguar kuat. Eran terkesiap mendapati terpaan besar itu sampai melonjak kaget. Ia mengenal pemilik gelombang ini dan, astaga! Eran tak mengenal wajah yang terbersit dari memori U'mbrate, tapi ia tahu pasti aristokrat ini adalah keturunan murni Cortess, penyangga marga yang sama! Eran pun buru-buru menyingkir. Bahaya kalau gerak-geriknya terendus oleh sang Cortess.
"Hei!" gadis itu tersentak saat Rayford menyahut lengannya. "Apa yang kau lakukan? Jangan berpisah!"
"Oh, Rayford. Seandainya kau tahu apa yang kudengar." Eran merinding. "Kenapa kau tak menyusulku?"
"Aku pergi ke kelompok satunya." Rayford mengedikkan bahu ke ujung lain aula utama. "Pembawa beritanya adalah Fortier, dan tamunya campuran. Mereka saling menuduh, begitulah. Kau tak perlu tahu."
"Aku tak bisa menceritakan punyaku sekarang."
"Apakah sudah terjawab?"
"Tentu belum!" kata Eran. "Tapi aku tahu harus pergi ke mana sekarang. Dekatkan aku ke kelompok para Cortessian."
"Kau benar-benar menantang maut dengan begitu." Rayford terpana. "Kau serius? Tetapi para Erfallen memang belum datang, dan sebaiknya kau cepat-cepat."
"Aku tahu," ujar Eran pasrah. "Ayo, kita harus berpisah. Sudah hampir jam sepuluh!"
Eran semula berpikir hanya perlu mendekati para pemilik topeng khas Cortessian—topeng kelinci yang mengerikan, tetapi ia keliru saat mencoba mendekati sensasi tarikan itu sekali lagi. Sementara Rayford beranjak pergi menuju kelompok lain, Eran mulai panik dan berpikir untuk menyeret pria itu mengikutinya, tetapi enggan saat mengingat hardikan Rayford barusan. Maka Eran berusaha memikirkan segala cara untuk melindungi diri yang sudah diajarkan pria itu. Barangkali ini adalah jebakan, meski sensasi ini lebih terasa seperti gelombang Energi yang kelepasan, bukan ajakan.
Saat Eran menemukan kelompok gosip tempat gelombang kuat ini berasal, ia telah memasuki sebuah ruang musik. Ada dua kelompok gosip di sana, dan jumlah mereka masing-masing tak lebih dari sepuluh. Pembawa beritanya mengenakan pakaian yang berbeda—serba hitam dengan topeng putih—dan selama sesaat Eran berpikir untuk segera pergi. Namun tak satu pun dari para tamu yang memedulikannya, maka Eran mengumpulkan sisa-sisa keberanian. Suara detak jantungnya niscaya lebih keras daripada ketukan sepatu haknya di lantai pualam.
Ketika Eran mendekati kelompok sumber gelombang itu, Eran lantas sadar siapa yang paling mencolok di sana. Sama sekali tidak berusaha membaur, pria ini barangkali satu-satunya yang berani mengenakan jas merah menyala berekor panjang. Sematan boutonniere bunga protea hitam menyesaki kerah jas sisi kirinya, dengan aksen duri mencuat tajam di sepanjang bahunya, membuatnya nampak norak sekaligus menakjubkan. Tubuhnya juga amat jangkung, sampai-sampai Eran harus mendongak tinggi untuk sekadar mengamati rambutnya yang diminyaki rapi.
Siapa dia? Kalau penampilannya sengaja tampil beda begini, maka ... oh, tidak. Eran spontan merutuki kecerobohan dan keterburu-buruannya yang telah menjebak diri.
Pria ini pasti sang pemilik asrama; Alvaguer sang ketua aliansi sendiri, pria yang paling diwanti-wanti Rayford selain Edwen Erfallen.
Eran berusaha untuk tidak terlihat panik dan pura-pura mendengarkan pembawa berita berpakaian hitam, sementara ia berusaha keras mencoba mengenali siapa tamu-tamu lain. Ini teramat sulit, apalagi gelombang Energi Alvaguer menguar-nguar bagaikan ombak laut ganas. Kalau Eran memaksakan diri mengerahkan lebih banyak Energi, maka ia bisa ketahuan. Tapi, oh, para tamu yang berkumpul di sini pasti penting!
Pembawa berita itu ternyata tidak menyampaikan gosip. "Akan saya ulang untuk ketiga kalinya bagi para tuan dan nona yang terhormat di sini," ujarnya dengan penuh penekanan, seakan-akan sudah capek dengan liarnya tingkah para anak balita. "Pada tahun-tahun menjelang pergantian, pasti akan ada lebih banyak masalah. Saya sampaikan sekarang bagaimana Lady Moreheen dari Dinasti Varkleis telah ditangkap. Kita semua akhirnya tahu apa yang disembunyikan di lorong-lorong bawah tanah di rumahnya. Begitu pula dengan persekongkolan Lord Wyterseen dari Rottenshire bersama Dewan Cortess. Demi Tuhan di atas langit! Jangan bawa-bawa permasalahan orang-orang tua kita ke meja belajar, wahai tuan dan nona yang mulia. Jika saya boleh sarankan, berhenti saling menyembunyikan dan mengirim para manusia sekadar untuk jaminan." Suara sang pembawa berita memelan, namun menggaung pasti pada setiap hadirin kelompok itu. "Anda sekalian tidak lagi diperkenankan untuk melakukannya tanpa seizin Riddleham, terhitung sejak tahun ajaran baru dimulai. Namun bukan berarti ini kesempatan kalian untuk memanfaatkan waktu yang tersisa—tidak! Kembalikan para manusia tak bersalah itu. Bahkan pengikut kalian datang bukan untuk maksud demikian. Mereka orang-orang bebas."
Eran melotot. Apa-apaan ini?
Para tamu saling mendengus geli dan menggeleng-geleng. Eran tak mau berpusing mengartikan ini semua. Yang ia tahu, ia telah menghampiri kelompok yang salah, atau pun jika memang tepat, maka ini adalah kelompok paling mengerikan. Kalau saja Rayford berada di sini, dia pasti akan marah besar dan merusak acara kelompok.
Eran baru saja akan menyingkir, namun Anthoniras Alvaguer ikut mundur bersamanya. Eran merasa canggung, berpikir untuk mempercepat langkah, tetapi Anthoniras mendadak bergumam di sampingnya.
"Bukankah hal semacam itu tak sebaiknya disampaikan di pesta, Non? Sepertinya aku juga harus menetapkan peraturan di pesta selanjutnya; tak boleh ada ceramah Guru, kecuali untuk mendoakan kelangsungan acara."
Eran tak tahu apakah bersuara diperbolehkan, atau Alvaguer dengan mudah akan mengetahui kedoknya. Atau, Eran hanya berpikir terlalu jauh. Bagaimana mungkin Alvaguer akan memedulikan seorang tamu asing yang suka mondar-mandir, seperti para aristokrat kelas menengah lain yang mencoba mendekati para bangsawan kelas atas sungguhan?
Eran hanya mengangguk. Anthoniras masih mengajaknya bicara sementara mereka meninggalkan ruangan. Gadis itu sekonyong-konyong terikat dengan obrolannya menuju aula utama.
"Kau menyukai pestanya? Alamak, aku lupa menyapa para tamuku karena Guru barusan."
Eran berusaha mengubah suaranya, namun terdengar amat konyol karena kentara sekali kalau dibuat-buat. Ia bagai tikus mencicit saat berkata, "Menakjubkan. Aku selalu menghargai kesantunan ini."
"Santun?" Anthoniras tersenyum di balik topeng kelinci separuhnya. "Aku pun menghargaimu, nona yang aku tidak tahu namanya. Terima kasih atas kedatanganmu."
Eran mengangguk hormat, menolak untuk memberikan nama. Ia lebih ketakutan dengan kenyataan bahwa Anthoniras tahu-tahu membawanya melewati lorong menuju lobi. Apakah Eran boleh berpisah dengannya dari sini, lalu pura-pura bergabung dengan kelompok lain di ruang baca? Ah, sebaiknya begitu!
"Pesta yang baik," Eran mencicit lagi. "Maka saya akan bergabung dengan kawan di sebelah sana. Saya mohon diri."
"Oh, tunggulah di sini sebentar." Anthoniras dengan sopan mempersilakannya tetap tinggal di lobi, bersama beberapa kelompok yang entah mengapa menghadap ke arah pintu utama dengan antusias. "Tamu besar kita akan segera datang. Aku senang dia bisa datang lebih awal."
Oh, tidak.
Eran menahan napas. Oh, oh. Apakah yang dimaksud Erfallen? Kalau begitu bagaimana caranya dia pergi dari sini? Anthoniras tidak sekali pun beranjak dari sisinya selain mengisyaratkan para pengawalnya untuk bergegas. Sementara itu terdengar dari kejauhan suara decitan mobil yang memelan, serta derap para pengawal yang dengan sigap mengatur barisan. Kepala Eran mendadak pusing dan pandangannya berputar-putar.
Oh, oh. Siapapun tolong singkirkan Anthoniras—tidak, siapa pun tolong culik saja Eran dari sini!
Sekarang!
Seolah Tuhan mengabulkan doanya saat itu juga, Anthoniras akhirnya melangkah pergi. Ia merapikan jasnya sembari melangkah lebar melintasi lobi, menyapa para tamu yang ada, sebelum akhirnya berdiri bangga di ambang pintu utama bersama Cortessian bertopeng kelinci yang marah-marah tadi. Eran memanfaatkan kesempatan itu untuk menyelinap di antara kerumunan, dan betapa terkejutnya ia mendapati sebagian besar tamu berbondong-bondong menyesaki lobi utama, sehingga makin paniklah gadis ini untuk mencari keberadaan Rayford.
Ketika Eran berhasil mencapai lorong panjang, muncul asap hitam pada titik-titik tertentu, yang kemudian memadat menjadi para pengawal dalam balutan jubah hitam, persis seperti para pengawal di memori U'mbrate. Eran menegang. O-oh.
Ruang lobi mendadak riuh. Terdengar suara hentakan musik yang lebih meriah, menandakan sang tamu utama yang dinanti-nantikan telah hadir. Eran tak bisa menahan hasrat untuk berbalik dan melihat wajahnya. Memori U'mbrate di benaknya seketika berputar cepat di kepala. Ia sekarang tahu sebutan para pengawal Erfallen—para veiler, pasukan bayangan yang mematikan. Ia juga bisa merasakan sang pewaris Erfallen sedang bersiap-siap keluar dari mobil. Maka Eran bergegas dari lorong itu, berpapasan dengan sekelompok tamu yang menuju lobi, dan nyaris menabrak seorang aristokrat wanita yang amat elegan dalam balutan gaun hitamnya yang sederhana.
"Oh—maaf!"
"Eran!" Rayford muncul dari belakang gadis itu dan menariknya. Eran nyaris terjungkal.
"Ray, kita harus pergi sekarang!"
"Aku tahu." Rayford langsung menggenggam tangan Eran. "Bersiaplah," katanya, dan sedetik kemudian udara memadat. Ketika tubuh mereka mulai melumat, Eran masih bisa melihat para veiler dan wanita terakhir yang ditabraknya kini menatap mereka dengan curiga, meski tak tahu apa kelanjutannya karena ruang menyilaukan asrama Alvaguer kini berganti menjadi ruang duduk apartemen mereka yang gelap dan pengap.
Kala kaki Eran berpijak kembali ke lantai kayu, ia terhuyung-huyung. Rayford buru-buru menyangganya.
"Bagaimana?" tanyanya cemas. "Apa yang kau dapatkan? Apa kau bisa menemukan setidaknya seseorang yang terlihat paling dekat aromanya dengan Kamilla?"
Selama sesaat Eran berusaha mengumpulkan sisa tenaga. Setelah itu barulah ia mencerna ucapan Rayford, dan tak ada yang bisa dirasakan selain kelelahan yang seketika menyerbu. Alih-alih menjawab, ia menatap Rayford dengan heran. "Jam berapa ini?"
"Hampir jam sebelas."
"Ah! Kalau begitu bisakah kau menanti besok, karena aku baru saja membahayakan nyawaku dengan melewati sebarisan pengawal Erfallen, Ray? Kukira Kamilla juga sudah terlelap malam ini. Ia bisa menunggu pertolonganmu besok pagi."
Eran memanfaatkan perubahan ekspresi Rayford dengan menambahkan lagi. "Jangan khawatir, siapapun penculiknya takkan melakukan perbuatan buruk terhadapnya. Aku yakin. Cukup biarkan aku menenangkan diri dulu."
Rayford terperangah. Ia tak sempat mengucapkan apa-apa karena gadis itu segera memasuki kamar dan membanting pintu. Namun satu yang pasti; ia baru menyadari situasi yang baru saja terjadi, dan sudah telat baginya untuk meminta maaf sekarang.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro