27. Pesta Persahabatan
Note:
Seluruh cerita oleh Andy Wylan hanya diunggah pada platform W A T T P A D. Jika menemukan cerita ini di situs lain, maka kemungkinan situs tersebut berisi malware.
Selamat membaca!
---------------------------
5, Bulan Awal. Tahun 1938.
Pesta Aliansi Lima berbeda dari pesta-pesta pada umumnya, atau memang begitulah cara orang-orang kaya berpesta. Mereka tidak berkumpul pada satu aula besar saja, melainkan seluruh ruangan di lantai dasar, dan tak ada satu pun dinding yang luput dari hamparan kain sutra putih yang dikerut-kerut rapi. Langit-langit aula utama tertutup gumpalan awan yang menyelimuti lentera-lentera bulat yang mengapung di udara, sementara Eran merasa silau dengan gelombang cahaya yang terperangkap pada tabung-tabung kaca di setiap penjuru ruangan. Beruntung sekali ia dipinjami topeng dengan wajah penuh, sehingga gadis itu sibuk mengumpati kemewahan tak terkira tanpa ada yang tahu.
Satu-satunya hal baik selain makanan melimpah di meja-meja hidangan adalah ruang-ruang lapang Manor Alvaguer yang tidak penuh sesak. Para tamu bebas berkumpul sesukanya dalam kelompok-kelompok gosip kecil di sofa yang empuk, atau menepi ke perapian dengan gelas-gelas tinggi nan ramping. Tak ada yang berdesak-desakan di sekitar meja hidangan, atau memenuhi pusat aula dengan tarian dan kerumunan muda-mudi. Pesta para Cortessian teramat jauh dari kesan sumpek. Pesta ini santun, sampai-sampai Eran tidak yakin bisa menikmati pesta pada umumnya lagi.
Wah. Ini berbahaya. Pantas saja Rayford tidak suka menghadiri pesta.
"Kau harus lebih siaga," bisik Rayford. "Pesta semacam ini memang melenakan, tetapi orang akan lebih waspada, sebab musuh-musuhmu juga menghadiri pesta yang sama. Kalau sudah mencapai puncak jam nanti, biasanya mereka baru disuguhi anggur, dan mulai mabuk. Cuma pada saat itulah kau bisa menyusup ke celah pertahanan mereka, Eran."
"Kalau begitu apa yang harus kulakukan sekarang?"
"Nikmati saja pestanya, dan kenali dulu gelombang Energi orang-orang di sekitarmu. Ingat-ingatlah yang gelombang Energinya terasa aneh, familiar, atau entahlah bagaimana caramu merasakannya. Kau masih ingat jejak gelombang Energi Kamilla dari kopernya, bukan?"
Eran mengangguk. Hatinya berdegup lebih kencang kala melihat kelompok-kelompok kecil yang menyendiri di pojok, atau ruang baca di sampingnya, atau ruang duduk di sisi lain lobi. Mereka semua mengenakan topeng, kebanyakan separuh saja, karena sudah pasti saling mengenal. Dan, selalu ada warna mencolok di antara kelompok itu, meski hanya satu, seolah-olah para pembawa berita dari klan-klan besar ini sedang menyampaikan gosip terbaru ke kalangan aristokrat kelas menengah.
"Ayo," Rayford menekan tangannya pada punggung Eran dengan lembut menuju salah satu kelompok gosip. Kedatangan mereka nyaris tak bersambut, selain para aristokrat itu menyingkir sedikit untuk memberikan pendatang baru yang tak berwarna untuk ikut mendengarkan. Sang pembawa berita berpakaian violet dan kelabu pucat—menandakan dari Dinasti Rottensire—dan terus bercerita tanpa henti di balik topeng sayap burungnya.
"Maka begitulah rencana awal pengelola yayasan—Lord Wyterseen. Elentaire nyaris saja diperbesar lagi untuk kepentingan mendidik para feral, tapi apakah kita mau?" pancing sang pembawa berita, mengundang komentar para pendengar. Rayford mengisyaratkan Eran untuk mengedar di belakang kerumunan seolah-olah mencari posisi yang tepat, menutupi kebenarannya yang memastikan gelombang Energi tiap orang yang diinjak bayangannya, lalu mencocokkannya dengan memori U'mbrate. Tak ada satu pun dari aristokrat kelas menengah ini yang terasa familiar.
"Kecuali para feral itu akan dikerahkan untuk menjadi setara para Host, maka komentarku akan berbeda," sahut seorang aristokrat.
"Heh, apa kau tahu kalau itu sama saja dengan, itu—kalian tahu—proyek ilegal para Cortessian di Nordale? Mereka mengubah rakyat jelata menjadi Host."
Terdengar gumaman-gumaman di kerumunan. Eran baru saja akan melipir ke balik punggung orang paling ujung, namun Rayford menggamit lengannya.
"Berita usai," tukasnya, dan Eran menangkap kesinisan di nadanya. "Kita pindah. Cari warna Cortess atau Fortier sekalian."
"Apa warna lambang Fortier?"
"Kuning telur dan merah."
"Ew," komentar Eran secara spontan. Mereka pun meninggalkan kelompok gosip yang sekarang saling melemparkan pendapat tentang kebiadaban Dinasti Cortess yang mengerikan. Eran sempat mendengar seseorang memuji Cortessian dengan mencengangkan seperti biasa, namun selebihnya tak mampu didengar karena Rayford keburu pergi.
"Minum, Tuan dan Nona?" seorang pelayan menghampiri saat mereka tiba di ruang baca. Masing-masing menyahut gelas berisi seduhan mint dan beri, lalu mendekat ke kelompok gosip yang bagusnya dipimpin seorang Fortier.
"Oh, kau ngawur saja!" alih-alih sang pembawa berita, seorang aristokrat wanita bertopeng burung emas menyahut. Suaranya melengking saat menuding pembawa berita itu, membuat Eran merasa ketegangan ini bisa dimanfaatkannya untuk mengendus aroma Kamilla. "Aku berada tepat di sisi Lord Stas saat ia mengumumkan mutasi kedua putranya ke Elentaire. Bukan salah satu."
Eran tidak memusingkan pembicaraan itu, biarlah Rayford yang mendengarkan dalam diam sementara ia mengecek satu-persatu gelombang Energi para hadirin. Satu hal yang menggelitik Eran adalah wanita yang baru saja bersuara ini. Nampaknya ia berpura-pura menjadi aristokrat kelas menengah agar bisa mengontrol gosip yang tersebar.
Sang pembawa berita mulai gugup. Mungkin ia juga berpikiran sama dengan Eran. "Tiada yang memanggil Lord Stanislaw seakrab engkau, wahai Lady yang baik! Barangkali kau mau menceritakan kepada kami apa sebenarnya yang terjadi, sebab aku tak lain hanyalah kuping kedua dan ketiga."
Para hadirin kelompok itu dengan cepat berbalik kepada sang wanita dengan antusias, namun ucapan pembawa berita itu jelas telah merusak penyamaran sahabat sang Lord. Maka Rayford pun sekali lagi menarik Eran menjauh.
"Aku tak mencium tanda-tanda Kamilla."
"Baguslah," kata Rayford. "Situasi memanas, dan sebaiknya kita pindah saja."
"Siapa itu Lord Sta ... siapa tadi?"
"Lord Stanislaw dari Fortier," bisik Rayford. "Ayah Igor, rekan penelitianku."
Eran tersentak. "Kau yakin tak mau mendengarkan lebih banyak?"
"Tidak. Aku menghormati Igor, kau tahu? Maksudku, dia memang seorang Fortier," katanya, dan saat Eran menatap dengan teramat heran, Rayford menambahkan. "Tidak semua Fortier buruk. Igor dalam posisi netral dan tidak terlibat apa pun, selain diam di tempat dan berusaha merawat profesor kami sekarang. Sayang ayahnya juga punya reputasi kurang menyenangkan, tetapi itu tidak mengubah apapun soal Igor."
Eran meneguk minumnya dengan gugup. "Aku akan berusaha lagi."
"Aku benar-benar mengandalkanmu, Eran."
Mereka memutuskan untuk berpindah ke aula utama yang terletak di ujung lorong lobi. Pintu aula yang terbuka lebar dijaga oleh masing-masing dua Lakar, menandakan pusat dari segala pesta, dan di sinilah awan bergumpal di langit-langit yang kelabu serupa angkasa tanpa bintang. Lentera-lentera menggantung rendah, membuat kilau minyak pada berbagai hidangan mengilap lezat. Eran ingin sekali berbelok untuk makan, namun Rayford mengarahkannya ke ruangan yang lebih kecil daripada aula utama. Memang lebih banyak kelompok gosip di sini, dengan warna-warna pembawa berita yang beraneka, namun Eran yakin tak perlu menyisir semua bayangan mereka.
Ruangan yang mereka masuki lebih nyaman dan pekat oleh aroma asap dupa. Langit-langitnya dilapisi kain sutra yang melintang dari ujung ke ujung, kemudian terikat di tengah-tengah dengan untaian sulur lumen yang menjulur megah. Eran menyadari bahwa kelompok gosip di sini tidak berisik dan lebih banyak canda tawa. Minuman yang diedarkan juga berkilau dan berasap, maka pahamlah gadis ini bahwa seluruh aristokrat yang berada di ruangan itu adalah para bangsawan kelas tinggi yang juga menyaru dengan jas dan gaun sederhana mereka. Namun topeng tak bisa membohongi—ia mengenal klan mana yang memakai topeng kelinci bertabur berlian dan siapa yang mengenakan topeng rubah dari perak asli.
Rayford tak mengatakan apa pun, namun Eran tahu isyarat dari jemari yang mencengkeram erat pundaknya. Ia harus lebih berhati-hati saat membaur dengan kelompok gosip pertama yang bersandar santai, apalagi jumlah mereka lebih sedikit daripada kelompok gosip di luar, barangkali hanya sepuluh orang saja. Pembawa berita mereka adalah seorang dari Dinasti Cortess, mudah dikenali karena warna biru tua dan peraknya. Kalau begitu, tamu-tamu pendengarnya berasal dari dinasti lain, dan kemungkinan ada Fortier pula.
Ooh, Eran mulai merasa merinding sekarang.
"Kalau Tuan dan Nona sekalian berminat, Tremaine membuka pintu selebar-lebarnya untuk pesta peringatan mereka tahun ini. Akan diadakan di kastil Tremaine yang sudah lama dijaga-jaga khusus untuk peringatan jadi mereka yang keempat ratus."
"Bukankah itu bagus? Empat ratus! Aku bahkan tidak menduga Tremaine bisa bertahan selama itu," ujar seorang pria, yang disambut kekehan pelan para hadirin.
"Kau ini. Bagaimana kalau para Tremaine mendengar dan lantas mencoret namamu dari daftar tamu?" seorang gadis menyenggolnya dengan sebal, yang tampaknya itu sekadar sarkasme, sebab saat Eran menginjak bayangannya, ia mampu mendengar kikik geli di balik topeng.
Astaga, batin Eran. Ternyata aristokrat kelas tinggi pun sama saja.
"Omong-omong kapan sambutannya dibuka?"
"Mana kutahu? Bisa saja kita disuruh menunggu lagi sampai tengah malam seperti tahun lalu."
"Adakah yang mau menegur Alvaguer kali ini, atau kita akan boikot para Cortessian untuk menjadi tuan rumah selama tiga tahun ke depan?"
Tawa membahana lebih keras, namun tidak mengganggu kelompok gosip yang lain. Mata-mata mungkin melirik, tetapi sebatas itu, sebab tak boleh ada pertikaian di pesta perkumpulan kelima dinasti besar di Elentaire bersama para pengikut.
"Siapa yang kita tunggu malam ini?"
"Sambutan Alvaguer dan Tremaine. Katanya mereka sedang akur? Itu menggelikan, bukankah mereka satu dinasti?"
Seseorang lain menyahut. "Nah, kukira mereka menanti Erfallen. Siapa lagi yang kembali ke Elentaire tahun ini kalau bukan mereka?"
Eran sontak membeku. Ia berhenti berjalan pelan-pelan di belakang para tamu, dan kini napas yang terpantul di dinding topengnya terasa dingin menusuk. Ia melirik kepada Rayford yang juga memandang ke arah Eran.
Oh, oh.
Terjadi keributan di benak Eran, apakah sebaiknya dia tetap menyisir gelombang Energi kelompok ini dan menunggu berita disampaikan lebih banyak lagi, atau ia harus cepat-cepat berpindah. Eran memilih untuk tetap melakukan yang pertama, namun Rayford kembali menariknya menjauh.
Meski begitu, belum juga mereka beranjak lebih dari beberapa langkah, sang pembawa berita menegur dengan halus. "Mengapa berburu-buru? Aku belum menyampaikan semua beritanya."
Oh, waktu terus berlalu, dan Eran tak mau menunggu hingga tengah malam untuk ikut menyambut klan yang paling harus dihindarinya! Eran tak mampu menemukan suara saat topeng-topeng mengerikan itu menatap ke arahnya, seolah berusaha menerka-nerka siapa pasangan yang datang dan pergi dengan cepat ini.
Rayford, dengan amat tenang, tertawa penuh kesantunan. Ia mengacungkan gelasnya yang kosong. "Harus menikmati setiap hidangan yang ada."
"Oh, kelas menengah." Seseorang di antara mereka menarik kesimpulan, maka begitulah akhir dari masa-masa yang mengerikan bagi Eran. Saat kelompok itu mengacuhkan mereka, Eran sontak mendapati tubuhnya melemas dan Rayford harus menarik bahunya agar mampu berdiri tegap lagi.
"Kuatkan dirimu," bisiknya. "Kita harus cepat-cepat. Apa masih belum ditemukan?"
"Belum."
"Oh, ayolah, Eran. Kita tak bisa semalaman di sini dan menunggu mereka datang."
"Aku tahu." Gadis itu mendadak ingin menangis, namun tak mampu dan memang sebaiknya tidak. Ia sudah memberi penawaran kepada Rayford, tak ada kata berbalik bagi Eran!
Mereka menepi sejenak ke meja hidangan. Rayford sedang mengisi gelas kristal dengan ekstrak buah dan soda saat seorang pelayan menghampiri mereka dengan jarak terlalu dekat. Eran semula memerhatikannya dengan curiga, namun menyadari ekspresi Rayford, maka sudah jelas bahwa pelayan itu adalah Jamen.
Ha, Eran bahkan lupa kalau pria itu juga hadir di sini!
Jamen mengisyaratkan mereka agar mengikutinya, berpisah dari ruangan mana pun yang ada kelompok gosip dalam jumlah besar. Jamen membawa mereka di dekat tangga belakang menuju ruang baca yang dipakai berdansa beberapa pasangan tak tahu malu.
Di balik topengnya yang putih kusam, Jamen berbisik. "Aku merasa akan mendapatkan sesuatu malam ini, jadi aku takkan pulang sampai esok."
"Sesuatu tentang Kamilla?"
"Mungkin lebih dari itu," kata Jamen menggebu-gebu. "Aku merasakan sesuatu yang sangat familiar, Tuan ... ah, jangan suruh aku sebut namamu. Sebab aku tak berani berkata-kata sekarang. Yang jelas, apa pun yang kalian lakukan sekarang, tetap lakukan itu. Kita barangkali bisa menghubungkannya bersama esok."
"Berhati-hatilah," kata Rayford. Ia menepuk pundak Jamen sebelum sang pelayan mengangguk dan mengedar kembali bersama nampannya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro