Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Perdebatan Parasian

Note:

Seluruh cerita oleh Andy Wylan hanya diunggah pada platform W A T T P A D. Jika menemukan cerita ini di situs lain, maka kemungkinan situs tersebut berisi malware.

Selamat membaca!

---------------------------

Kelab Parasian putih, berkilau, megah, dan menjijikkan. Mari dimulai dengan bagaimana—meski ia membencinya—Rayford mau tak mau mengakui bahwa Kelab Parasian menggebrak citra kelab-kelab lain yang berkonotasi kumuh, pengap, dan disesaki oleh para anggota yang frustasi dengan berbagai masalah kehidupan. Barangkali para aristokrat yang menghabiskan waktu di Parasian tidak berbeda jauh dengan situasi orang-orang kelab nelangsa itu. Mereka boleh saja sama-sama frustasi akan masalah, tetapi para bangsawan muda memikirkan kemana bisnis mereka akan diekspansi, memilih klan mana yang berpotensi untuk dijadikan afiliasi, dan mewaspadai siapa pun yang berusaha menikam punggungnya. Mereka tak pernah memikirkan bagaimana cara menambal mantel agar lebih menghangatkan di musim dingin yang beku, atau bagaimana caranya mempertahankan uang kas kelab sementara para anggota diam-diam mencurinya untuk sebotol anggur yang menghangatkan.

Sehingga, ketika Rayford muncul kembali di lorong kelab yang panjang, luas, dan berlantaikan marmer mengilap, ia sontak menyipitkan mata. Pantulan ribuan cahaya api putih membuat pandangannya silau, dan ia refleks mengerjap-kerjap sementara Anthoniras mendahului. Seorang pelayan menerima perintah untuk menyuguhkan minuman spesial kepada tamu yang tak kalah istimewa.

"Kemarilah, Ray," ujar Anthoniras. Rayford mengekorinya dengan kekaguman yang berusaha dipendam. Meski ia sudah pernah ke Parasian, tetap saja ia mudah terpukau akan lukisan-lukisan mahabesar yang dibingkai perak murni, melayang di langit-langit bersama pecahan kerikil kecil yang mengapung tenang. Sulur anggur dan lumen berpilin erat sepanjang lorong, berakhir pada tiap-tiap pintu dan pilar yang dirambati mandevilla merah. Anthoniras membawanya menyusuri lorong dan memasuki sebuah ruangan luas yang berisikan sofa-sofa beludru memuakkan dan beralaskan karpet tebal. Sebuah cincin besar berlapis-lapis menggantung di langit-langit, dengan ratusan bunga bakung gunung terikat subur di cincin.

Ada beberapa orang yang bersantai di ruang duduk, dan Rayford tahu darimana wajah-wajah itu berasal. Sebagian penghuni ruangan itu adalah Cortessian, sisanya adalah segelintir anggota Dinasti Fortier, dan para anggota dinasti lain dari Aliansi Lima. Kedua mata Rayford bahkan langsung tertuju pada sosok tidak asing lain yang tengah menyaksikan perdebatan para Fortier.

Flarteus Cortess, yang menjadi salah satu penonton perdebatan itu, seketika menoleh. Ia sadar seseorang menatapnya, dan itu adalah putra bungsu si tengkorak pengkhianat dari klan con—ah, maaf—klan Caltine saja. Matanya menyipit mengawasi Anthoniras mempersilakan Rayford memasuki ruang temu kecil dengan pintu-pintu menutup rapat.

"Ada yang berdebat," kata Rayford ragu.

"Biarkan. Awal tahun selalu seperti itu." Anthoniras mengangkat bahu. Ia mempersilakan Rayford untuk duduk, namun pria muda ini bergeming.

"Kenapa sampai jauh-jauh kemari?"

"Di surat tertulis supaya kau datang ke Parasian, jadi begitulah. Mau dimana lagi?" Anthoniras tersenyum. Dengan bangga ia mengistirahatkan bokongnya di sofa paling megah, dipagari kursi-kursi berpunggung tinggi. "Jadi, selamat datang di Aliansi Lima!"

Rayford melotot. "Aku belum bilang kalau ...."

"Oh, ayolah. Apakah kau masih akan menolaknya?"

Rayford ingin sekali mendamprat pria ini, namun dia sadar diri. Anthoniras sepuluhan tahun lebih tua dari-padanya, dan sedang menempuh gelar keempatnya di institut. Rayford pun menahan rasa kesalnya dengan sekuat tenaga. "Apa kau perlu berbuat sejauh itu untuk sekadar menyuruhku bergabung?"

"Kau tahu kalau kami sudah berbuat sejauh itu, maka ini bukan sekadar saja, benar?" Anthoniras mengernyit. "Aku tidak memahamimu, wahai saudaraku. Kau adalah seorang Cortessian. Kau seharusnya berada di Aliansi Lima, atau tidak sekalian, bukannya berkumpul dengan orang-orang yang"—Anthoniras mengangkat bahu—"begitu deh. Aku akan lebih menghargaimu kalau kau tidak berpihak pada mana pun daripada apa yang sudah kau lakukan."

"Kau menghancurkan laboratorium Profesor Rikard. Seorang Tremaine!"

"Tremaine? Yang kudengar adalah Rikarden Anti-Cortess." Suara Flarteus mengejutkan Rayford, tetapi tidak dengan Anthoniras yang mengulum senyum geli. Sang pewaris Cortess tahu-tahu sudah berada di samping pintu yang masih menutup rapat, dan kini ia melangkah lambat-lambat menuju salah satu kursi. Matanya tak sekali pun beralih dari Rayford.

Begitu pula yang ditatap.

"Tremaine harus diperingatkan, Thony."

"Mm, aku setuju."

"Tetapi mereka adalah Cortessian juga."

"Memangnya kau bukan?" Desis Flarteus. "Dan apa bedanya kau dengan mereka?"

"Sudahlah, Flar." Anthoniras mengatupkan bibir. "Apa kau tidak ingat—duh, biarkan aku yang berbicara, oke?"

Flarteus jelas tidak menyukai kesepakatan apa pun yang harus diingatnya. Ia memutar bola mata dan bersandar malas pada punggung kursi, mendengarkan tiap tutur kata Anthoniras dengan ekspresi sebal yang sama sekali tak bisa diacuhkan Rayford. Seorang pewaris Cortess kalah suara dari putra bungsu sang Cortessor? Kapan lagi Rayford bisa menyaksikan hal-hal seperti ini? Dahulu Anthoniras masih sering mengalah pada Flarteus, tetapi delapan tahun sudah berlalu—Anthoniras sudah muak dan dia menegaskan posisinya tanpa pandang bulu lagi.

"Lagipula aku tahu kau pasti akan datang untuk bergabung, Ray," kata Anthoniras, berusaha menahan kegembiraan di suaranya dalam ketenangan yang menggelisahkan. "Kau bahkan—"

"Aku tidak datang untuk itu."

"Enyah saja."

"Diam, Flar." Anthoniras semakin gemas kala Rayford merenggut kesal atas komentar singkat Flarteus, dan sang pewaris Cortess tidak terima karena disuruh menutup mulut oleh seseorang yang jelas-jelas statusnya tidak lebih tinggi daripadanya.

"Bisakah aku mendapat waktu selayaknya sekarang?" tanya Anthoniras lagi. "Bisa? Bagus! Jadi, Rayford, apa lagi alasanmu sekarang?"

"Daripada alasan, aku ingin bertanya," kata Rayford. "Apa yang membuat kehadiranku sebegitu pentingnya sampai-sampai Aliansi Lima tak berhenti memintaku bergabung selama tujuh tahun?"

Flar mengabaikan peringatan Anthoniras. "Aku benci untuk mengatakan ini, tapi dia benar."

Rayford tidak menyangka satu-satunya hal yang disetujui Flarteus dari eksistensinya adalah pertanyaan satu ini. Berusaha mengesampingkan persamaan suara yang begitu janggal, Rayford menatap tajam kepada Anthoniras.

"Kalau seperti katamu tadi, bahwa kau akan membiarkanku selama tidak bergabung dengan perkumpulan mana pun, maka aku akan melakukannya." Rayford mendesis. "Jadi tolong berhentilah untuk mengganggu orang-orang di sekitarku dan menyakiti mereka. Dan—oh, kenapa kau tak meminta baik-baik sejak awal? Kau tak perlu berbuat sejauh ini! Kau tak perlu merusak laboratorium milik Profesor Rikard. Apa kau tak tahu jika laboratoriumnya juga dijadikan ruang kelas? Kau sama saja merusak properti institut."

"Memangnya apa yang akan lakukan; menuntut kami?" Flarteus mencemooh. "Akan kuminta Wyterseen memperbaikinya. Selesai. Mau apa kau sekarang?"

Rayford lupa kalau Wyterseen, klan yayasan pengelola Institut Elentaire, juga anggota dari Aliansi Lima. Dan mereka memiliki hubungan baik yang tak tertandingi dengan para Cortessian gara-gara jalinan kekeluargaan. Mendapat respon seperti itu, Rayford hanya bisa melongo dan kehilangan kata-kata. Tidak cukup kesal dan tersinggung, apa dia menanggung malu sekarang?

Anthoniras mendesah keras-keras. "Dan meminta baik-baik? Kau saja yang bebal! Oh, darah keturunan con Caltine ini memang membuatku—heh. bukankah dia mengingatkanmu pada seseorang, Flar?"

"Kalau Waltier berada di sini, kau akan kalah bebal darinya."

Rayford tergelitik dengan nama yang sedang mereka bicarakan, namun ia takkan menanyakannya. Mengapa pula ia mau mencampuri urusan para Cortessian sialan ini? Satu-satunya yang ia butuhkan hanyalah jawaban dari pertanyaan terpenting, bukan obrolan kesana-kemari yang topiknya selalu terlintas di benak Flarteus Cortess.

"Aku lebih suka kau tak bergabung dengan kami," ujar Flarteus tiba-tiba. "Cukup lepaskan dirimu dari ikatan aliansi bodoh mana pun dan kami akan berhenti mengganggumu."

"Flar—"

"Kau itu lembek, Thony. Jangan tiru posisi ayahmu yang memang harus pengertian dengan semua orang. Bocah satu ini bahkan tidak punya sesuatu yang mengejutkan sehingga pantas kau kejar-kejar seperti ini."

Anthoniras mengernyit jelek pada kata 'lembek'. Sementara Flarteus menceracau sesuka hatinya, Anthoniras saling bertatapan dengan Rayford cukup lama. Sepertinya mereka sama-sama berharap Flarteus lenyap saat itu juga.

Ketika Flarteus berhenti berbicara sejenak, Anthoniras langsung bersuara. "Baiklah. Lepaskan dirimu dari ikatan apa pun, Rayford. Dan jika kau masih menyembunyikan sesuatu dariku, maka kau akan menerima akibatnya."

"Kau belum menjawab pertanyaanku mengapa kau melakukan hal-hal sejauh ini."

"Sederhana," tukas Anthoniras. "Untuk beribu alasan yang takkan bisa kau terima saat ini. Lakukan saja. Bukankah kalian para Guru melaksanakan perintah Tuhan tanpa bertanya?"


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro