19. Kedua Keputusan
Note:
Seluruh cerita oleh Andy Wylan hanya diunggah pada platform W A T T P A D. Jika menemukan cerita ini di situs lain, maka kemungkinan situs tersebut berisi malware.
Selamat membaca!
---------------------------
Caellan menatap adiknya jengkel. "Itu tidak sopan."
"Aku tidak ingin menyinggungnya," kata Rayford. "Dia sedang dalam ambang batas, oke? Dan maaf karena aku mengatakan ini, Eran."
Gadis itu menelan ludah. Ambang batas? Betapa santunnya, padahal Eran tak tanggung-tanggung menawarkan dirinya sendiri kematian. "Tak apa," suaranya niscaya terdengar amat lirih. Satu-satunya yang diinginkannya sekarang adalah beberapa potong biskuit atau roti yang telah ditawarkan wanita anggun tadi. Apakah wanita tadi istri Caellan? Kalau begitu betapa beruntungnya wanita itu. Jika dia memiliki kehidupan lampau yang nelangsa, maka Eran merasa seperti tokoh sampingan yang masuk ke dunia roman pria perlente kaya yang seksi dan wanita miskin yang memancarkan keanggunan alami, tema-tema novel yang selalu terpajang di etalase toko buku.
Caellan kembali mengomel, memecahkan lamunan tanpa ujung di benak Eran. "Katakan kepada Nona Wilhart, Rayford. Itu bukan sikap seorang tabib."
Rayford menatap Caellan seolah-olah tak berhak mendiktenya, tetapi pasrah dan kedua matanya memandang sendu kepada gadis itu. "Aku menawarkanmu untuk menerima satu lagi sel monster di tubuhmu, Eran, seandainya kau berubah pikiran untuk menyerahkan nyawamu kepadaku begitu saja. Kuharap, jika ini berhasil, aku bisa menarik lepas U'mbrate dari tubuhmu tanpa kau mati seketika. Kau masih bisa bertahan hidup, dan itu harapan terbesar kami."
Ini bukan sikap Cortessian, Eran yakin. Selama ratusan tahun Cortessian menguasai negeri ini dan telah menancapkan akar begitu dalam, hingga menjadi pelajaran sejarah yang tak perlu dimanis-maniskan lagi di sekolah. Cortessian seharusnya tak mengenal ampun pada rakyat jelata, dan amat mengagungkan kelebihan mereka sebagai setengah monster—atau Host dan dehmos, menurut memori U'mbrate.
Eran nyaris saja menyuarakan pikirannya itu; kukira kalian tak peduli dengan hidup kami? Namun lidahnya terlampau kelu untuk mengatakannya. Ia bahkan tak sanggup mengangguk padahal tawaran itu terdengar begitu menggirukan.
"Dengan begitu," Caellan tiba-tiba menyahut, "maka kau bisa menjalankan kehidupanmu seperti semula, Nona Wilhart. Memang masih ada sel monster yang tersisa di tubuhmu, tetapi itu takkan berpengaruh selain membuatmu tetap bertahan hidup. Kau tak perlu membawa Energi yang menyusahkan."
"Tapi," tambah Rayford, "bisa saja ini akan menjadi sedikit sakit. Sedikit ... ah, maaf, aku tak bisa berdusta. Ini akan sangat sakit untuk sesaat, Eran! Meski begitu kau akan kembali hidup tenang seperti semula untuk seterusnya. Kami jamin."
Eran merenggut. "Wah, sejujurnya aku lebih suka menjadi Host saja kalau begitu."
Rayford tercengang, namun tidak dengan Caellan yang justru mengangkat alis penuh ketertarikan. "Oh, aku suka semangat ini."
"Tidak, tolonglah!"
"Mengapa tidak?" Caellan berbicara atas pikiran Eran juga. Gadis ini semakin menyukai sang pria Cortessian, sepertinya dia paham apa yang dipikirkan Eran, dan selama sesaat ia merasakan adanya persamaan dengan Caellan saat mendengar pujiannya barusan. "Nona Wilhart, biar kutegaskan sekali lagi. Rayford tadi bercerita kepadaku bahwa kau amat sadar dengan posisimu, dan barangkali telah mengetahui apa yang terjadi dari memori yang ditinggalkan monstermu. Benar?"
Saat menyampaikan pembenarannya, kedua mata Eran tertambat pada Rayford yang panik. "Aku juga tahu kalau U'mbrate sementara ini bermusuhan dengan Rayford, maka posisiku pun otomatis berlawanan dengannya pula."
"Sementara?"
Eran agak gemetaran saat mengucapkannya, "U'mbrate adalah salah satu tuannya para Cortessian. Dan kalian ... kalian Cortessian. Mana mungkin tuan dan antek-anteknya berseteru?"
Alis Rayford berkedut. "Jangan samakan kami dengan Cortessian lain—kami memiliki visi dan misi berbeda," katanya lugas, lalu menghadap abangnya lagi. "Intinya Eran menawarkan diri dengan sukarela untuk menjadi tawananku."
"Kenapa begitu?" tanya Caellan penuh penasaran. "Bukankah kau seharusnya membela tuan inangmu, Nona Wilhart? Jika Rayford melawanmu, kau bisa melawannya karena punya Energi tuanmu. Tetapi sebaliknya, jika tuanmu memutuskan untuk meninggalkanmu, maka kau akan mati, dan Rayford sekali pun tak mampu menolongmu."
Eran sesungguhnya tak berpikir sejauh itu, meski ia sempat mempertanyakan apakah sikapnya menyerahkan diri akan ditentang oleh U'mbrate. Bagaimana pun juga sebagian kecil U'mbrate kini bermukim di dirinya.
"Aku ... jujur saja aku tidak tahu," kata Eran ragu-ragu. "Tetapi, selama pengajuan usulku, tak sekali pun U'mbrate muncul di dalam diriku selain potongan-potongan memorinya yang masuk silih berganti. Kukira ... kukira dia tak peduli padaku? Maksudku, aku toh bukan Cortessian, hanya sekadar rakyat biasa, dan ...."
"Itu dia!" seruan Caellan sontak mengagetkan seisi ruangan, termasuk ketukan pelan yang terhenti di pintu. Caellan memutus momennya sejenak dan membukakan pintu, sekadar mendapati wanita anggun tadi datang dengan senampan jus encer dan segunung biskuit gandum serta roti potong.
"Wah, apakah aku mengganggu?" tanyanya dengan senyum tanpa beban. "Tetapi nona manis ini amat lemas, maka aku ingin memberinya sarapan yang—sayang sekali—sederhana. Semoga kau menyukainya."
"Ini sudah lebih dari cukup, Lady. Anda baik sekali."
"Oh, teman Rayford adalah temanku juga, oke? Panggil saja aku Luna."
Eran semakin tak memahami siapa sesungguhnya keluarga aneh ini. Cortessian yang tak nampak seperti Cortessian, siapa mereka? Sungguh, tak sekali pun Eran mendengar suara gaduh yang menandakan ada lebih dari kehidupan dua orang di rumah ini. tak ada pelayan, tak ada pengawal. Pasangan macam apa yang mampu tinggal di rumah sebesar ini berdua saja?
"Trims, Sayang. Kau bisa kembali membaca sekarang," kata Caellan. Nadanya amat tegas sampai-sampai membuat Eran mengernyit. Luna sendiri tak banyak berkata-kata saat meninggalkan ruangan, dan Caellan menutup pintu lagi, bahkan menguncinya. Eran semakin gugup.
"Makanlah," kata Rayford.
"Kau juga mau? Setahuku kau belum menyantap apa-apa selain air madu sejak tadi bertemu denganku."
Rayford semula malu-malu, namun ia tidak menolak sodoran roti dan biskuit dari Eran. Sayang sekali hanya ada satu gelas jus encer, tak mungkin Eran membaginya dengan tabib Cortessian ini.
"Akan kulanjutkan ucapanku tadi sebelum lupa," kata Caellan. "Kusarankan Nona Wilhart—ah, bisakah aku memanggilmu Eran saja? Boleh? Bagus. Nah, kusarankan Eran agar ikut dengan timmu, Rayford. Kalian tak bisa bekerja berdua saja seperti itu."
Tim? Tim yang bekerja untuk apa?
Rayford serta-merta termenung mendengar penuturan Caellan.
"Apa kau sadar apa yang kau sanggupi? Eran adalah Host dari U'mbrate, dan karena aku belum mengatakannya kepadamu, semalam aku melawannya habis-habisan tetapi vehemos itu bahkan sekadar memancarkan gelombang-gelombang Energi untuk menguras staminaku. Vehemos macam apa yang bisa melawan tanpa menggerakkan tubuhnya sama sekali? Kalau U'mbrate akhirnya menemukan Eran sedang kutawan, maka dia akan datang lagi, barangkali dengan wujudnya yang solid, dan habislah kami semua. Eran juga bisa mati karena pengkhianatannya."
Eran mendengarkan penuturan Rayford dengan tegang. Begitukah? Astaga, betapa sedikitnya pengetahuan Eran akan dunia baru yang kini dimasukinya. Momma, ternyata menjadi Host tidak semudah kelihatannya!
"Ya, itu sisi buruknya, tetapi apa kau lupa mempertimbangkan keuntungannya?" Caellan mengucapkannya dengan berapi-api. "Bayangkan, seorang Host dari Klan Erfallen ada di dalam tim kecilmu! Lupakan gadis yang hilang itu, dia sama sekali tak berguna. Eran bisa membantumu memecahkan masalah Tremaine dan menemukan mana Fortier yang kau cari, dan seandainya kau mau membantu Eran menguasai Energinya meski hanya sedikit saja, bayangkan apa yang bisa dia lakukan untukmu dengan Energi sesosok U'mbrate. Kalaupun U'mbrate datang untuk mencabut Energinya dari Eran, kita bisa memberi penjagaan dengan memasukkan sel Par kepadanya."
Tremaine? Fortier? Siapa mereka? Eran tak bisa memahami apa yang sedang terjadi, namun satu yang pasti, Eran nampaknya akan terlibat sesuatu yang sedang dijalani Rayford ... dan itu beraromakan bahaya. Jantungnya kembali berdegup dalam ketidaknyamanan. Apakah ia telah memberikan penawaran yang salah bagi dirinya sendiri?
Dan apakah Caellan tadi menyebut seorang gadis yang hilang?
Rayford, di sisi lain, nampak berat mempertimbangkannya. Eran memerhatikan dahinya berkerut jelek saat Caellan menyinggung gadis yang hilang itu sebagai tak berguna.
"Apa kau gila? Kawan timku disandera entah siapa dan kau menyuruhku melupakan dan menggantikannya begitu saja?"
Caellan memutar bola mata. "Maksudku, kau bisa sekalian mencari dan menyelamatkannya. Kalau kau berhasil, bukankah kau akan memiliki tiga orang yang membantumu sekarang? Mumpung Eran menawarkannya, maka ini kesempatanmu, oke? Kau tentu tidak bisa terus diam di tempat berusaha mencari cara untuk menyelamatkannya sementara situasi makin kacau."
Caellan mengucapkannya dengan begitu meyakinkan, sampai-sampai Eran melupakan keraguannya dari tadi. Sayang, Rayford semakin tidak menyukai setiap detil gagasan yang diajukan.
Alih-alih menjawab, Rayford menatap Eran dengan tajam. "Apa kau yakin dengan penawaranmu, sementara kau sama sekali belum tahu masalah apa yang akan kau hadapi?"
Eran baru saja akan membalas, tetapi Caellan telah menatapnya dengan penuh upaya menyemangati. Eran jadi benci tekanan ini.
"Memangnya apa yang sedang kau lakukan? Dan siapa gadis hilang yang dimaksud?"
"Petualangan," kata Rayford, lantas menyunggingkan senyum yang dipenuhi sarkasme. "Profesor pembimbingku dihajar oleh seorang Fortier, dan kalau kau tidak tahu siapa, itu adalah klan bangsawan besar di luar negeri. Gadis yang hilang ini, Kamilla, adalah murid bimbingannya yang lain, dan kami bertiga—bersama Jamen—ingin menghajar pelaku Fortier itu, tetapi sayangnya Kamilla hilang diculik saat kami sedang diserang beberapa hari lalu. Lalu, muncul U'mbrate, yang entah darimana tiba-tiba ikut campur ... hingga dia merasukimu. Itu, singkatnya, adalah gambaran situasi yang akan kau masuki kalau kau benar-benar serius dengan penawaranmu." Rayford berhenti sejenak, sekadar mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Jadi, Eran, apa kau sanggup untuk bertahan menjadi Host dan ikut dengan kami, atau menerima suntikan sel baru dan kembali ke kehidupan lamamu yang damai, aman, dan sejahtera?"
Tentu, Eran seharusnya memilih jawaban yang terakhir, meski itu akan memberinya rasa sakit yang teramat sangat. Lagipula bukankah selama ini kedamaian menjadi dambaan Eran? Dan, kedamaian itu ... ah, tahu apa Rayford soal kedamaiannya sendiri? Eran yakin, merasuknya U'mbrate di tubuhnya tidak semata-mata karena sebuah kebetulan. Rayford memang benar. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Eran yang membuatnya bisa menerima U'mbrate begitu saja. Dan, bukankah Tuhan telah menakdirkan Eran untuk mengalami hal ini?
Benar. Tuhan menghendaki sesuatu, dan Eran barangkali tahu apa itu. Namun, belum saatnya Eran mengatakannya kepada siapa pun, bahkan mungkin tidak perlu. Siapa tahu dia bisa menyelesaikannya sendiri nanti.
"Kalau aku tidak ikut, memangnya kau bisa menyelesaikan masalah berdua saja dengan Jamen? Bukankah Tuan—maksudku, Caellan di sini telah mengatakan bahwa kau terkatung-katung? Kukira aku bisa membantumu."
Rayford masih tidak mau menyerah. "Kalau U'mbrate tahu kau mengkhianatinya ...."
"Kalau begitu beri aku suntikan sel itu, tetapi jangan keluarkan U'mbrate dariku. Akan kuterima semuanya."
Caellan, yang tidak ikut andil dalam permasalahan keduanya, menjadi satu-satunya orang yang tersenyum lebar. Senyum yang niscaya menyihir Eran untuk percaya bahwa pilihan sembrononya tidak salah.
"Aku sangat suka situasi ini. Eran, selamat datang di kehidupan barumu!"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro