28. Merangkai Takdir Baru
14, Bulan Tua. Tahun 1930.
Meski Andiane berkata bahwa mereka bakal mengobrol santai, kenyataannya Rayford dibuat pening dengan pembicaraan yang berat semalaman. Meski begitu ia tidak terlalu tegang, karena telah memastikan pondok pasangan Olliviare sebagai tempat tinggal barunya, alih-alih asrama Alvaguer yang mencekam dengan kemewahannya.
Obrolan semalam membuatnya agak tertekan. Seketika Rayford duduk, Viktor—nama depan sang tuan—serta merta mengingatkan Rayford bahwa dia adalah tumpuan klan Caltine; bahwasanya dia membawa nasib klannya di pundak, sebab hanya Rayford yang mendapat kesempatan belajar di Elentaire secara resmi.
Heh. Itu jelas-jelas bukanlah pembuka obrolan santai.
Tetapi, sekali lagi, Rayford tidak keberatan. Dia yakin telah berbicara dengan orang yang tepat. Siapa sangka kalau ternyata Profesor Andy dan Viktor telah menetap di Elentaire selama seratus tahun? Di samping kenyataan bahwa usia mereka setara dengan kakek buyut Elena, Rayford menyadari keberuntungannya karena telah dipertemukan dengan para Cortessian yang tepat di hari pertamanya. Tuhan telah menunjukkan siapa-siapa yang pantas dipercayainya, dan siapa-siapa yang patut dijaga jaraknya.
Rayford menempuh perjalanan dari pondok Olliviare ke asrama Alvaguer dengan penuh dilema. Heran. Padahal dia selama ini yakin bahwa Anthoniras adalah pemuda yang sangat baik dan bisa dipercaya. Yah, Rayford tidak lagi bisa memercayai sekadar ucapan sekarang. Bahkan Par dulu juga menceritakan betapa surgawinya dunia luar, sebelum Rayford diterjunkan ke dunia perbudakan yang kelam. Seharusnya Rayford sadar lebih cepat, tetapi nasi sudah menjadi bubur. Ia bertekad untuk tidak jatuh ke lubang yang sama ketiga kalinya.
Tidak ada Caellan di sisinya untuk menjadi rambu-rambu. Lagipula Rayford toh juga sudah berusia delapan belas tahun, sudah saatnya dia mandiri seutuhnya. Kendati Caellan menyinggung pola pikirnya masih agak terbelakang karena masa kecilnya direnggut oleh Par dan perbudakan, Rayford yakin dirinya masih bisa mengejar ketertinggalan itu.
Benar. Bukankah dia sudah diterima di institut paling bergengsi sekarang? Sekarang adalah kesempatan Rayford untuk mencapai versi terbaik dirinya yang diidam-idamkan selama ini. Rayford yang tidak akan dibodoh-bodohi Caellan lagi, dan Rayford yang takkan terperdaya bujuk rayu Par andaikata sang iblis muncul lagi bertahun-tahun kemudian.
Rayford mempercepat langkahnya saat menyusuri jalan tanjakan menuju asrama Alvaguer. Semangatnya sedang membara sekarang.
Semoga ia berhasil melewati Anthoniras selepas ini.
Sedikit mengejutkan baginya, Anthoniras sendirilah yang membukakan pintu saat Rayford mengetuk. Pemuda itu sempat mengira kehadirannya telah dinanti-nanti.
Memang benar.
"Rayford." Anthoniras menghela napas lega. Penampilannya rapi seperti biasa, kecuali ia masih mengenakan mantel piyama di atas kemeja—sebuah perpaduan yang aneh—dan masih ada helai-helai rambutnya yang menjuntai lembut di dahinya. "Aku senang kau baik-baik saja."
Rayford tak ingin berbasa-basi. "Kulihat kau juga tidak lecet sedikit pun."
Anthoniras membiarkan Rayford masuk ke lobi. "Yah," gumamnya. "Aku memang tidak bisa melawan kemarin, tetapi bukan berarti aku tak melindungi diriku."
"Kau tersangkut di semak-semak."
"Flarteus suka melihatku nampak bodoh."
Rayford terperangah. Apa? Apakah dia salah dengar? Namun tatapan Anthoniras menegaskan bahwa yang diucapkannya barusan bukanlah lelucon belaka. Anthoniras sedang tidak ingin berkelakar walau senyum tak pernah tanggal dari wajahnya yang rupawan.
"Daripada itu, Rayford. Aku senang kau menginap di tempat yang tepat semalam."
"Memangnya kau tahu di mana aku berada?" Rayford mengantisipasi perkataan Anthoniras dengan waswas. Yo, sehebat apa putra Cortessor hingga bisa mendeteksi keberadaannya yang cukup jauh?
Anthoniras mengisyaratkan liontin protea yang masih dikalungkan Rayford. Alamak, pemuda itu lupa sama sekali dengan kalung rantai kecil yang dikenakannya ini. Ukurannya yang panjang mudah sekali tersembunyi di bawah lapisan kaos-sweter-mantel yang bertumpuk di musim dingin.
Oh, pantas saja ia juga tak bisa merasakan aura siapa pun saat masuk ke Kelab Parasian, apalagi saat berhadapan dengan Flarteus. Seandainya Rayford ingat untuk melepas kalung bodoh ini, dia pasti mampu berhati-hati sejak awal.
"Jadi kau tahu," Rayford mengangkat bahu. "Yah. Tuan Olliviare adalah Lakar yang baik."
Anthoniras berdeham. "Lakar ... eh? Kau sudah mengetahui sejauh itu, rupanya. Kuharap kau juga tidak akan mengumbar apa yang terjadi kemarin kepada siapa pun kelak yang akan menjadi temanmu, Rayford. Kau tentu tak mau aibmu juga tersebar."
Rayford terpana. "Betapa hinanya seorang Guru Muda untuk menyebar hal-hal tak berguna," ujarnya, untuk pertama kalinya begitu percaya diri saat mengatakan sesuatu di depan wajah Anthoniras yang terheran-heran. "Maaf, tapi aku tidak ... sudahlah, daripada membicarakan ini, aku datang kemari karena ingin menyampaikan sesuatu."
Rayford melepas kalung liontin, memaksa Anthoniras untuk menerimanya. "Terima kasih atas segala bantuanmu, tetapi untuk sementara ini, aku akan tinggal bersama Tuan Olliviare."
Ekspresi Anthoniras menyiratkan seolah-olah seorang don juan baru saja ditolak cintanya. Ia mengangkat alis dan matanya membulat. "Wah, Rayford. Aku ...."
"Aku tahu ini sangat mendadak dan barangkali tindakanku tidak sopan." Rayford tersenyum kaku. "Tetapi aku bahkan tidak tahu apa-apa soal dunia ini, dan kendati ayahmu sudah sangat berbaik hati memberiku berbagai macam fasilitas mewah ini—sayangnya, aku tidak merasa ... aku pantas mendapatkannya."
Rayford mana mungkin berkata sejauh bahwa dia tak ingin berada dekat-dekat Flarteus?
Beruntungnya, nampaknya Anthoniras paham. "Aku mengerti, Rayford, dan aku meminta maaf karena tidak bisa berbuat banyak kemarin. Tetapi—"
"Tolong." Anthoniras terhenyak saat Rayford mengatupkan bibirnya rapat-rapat, menahan amarah yang nyaris menguar. Rayford tak pernah mendadak sejengkel ini saat seseorang melawan keinginannya. "Dunia sudah memperlakukan aku dan abangku dengan kasar sejak masih muda. Apalagi aku datang kemari sendirian, di tempat yang sama sekali asing bagiku. Satu-satunya yang kuinginkan hanyalah belajar dan menjadi sebaik-baiknya setengah monster. Maka tolonglah," kata Rayford dengan tercekat. "Biarkan aku sendiri."
Anthoniras terdiam, cukup lama sampai-sampai Rayford memutuskan untuk beranjak menuju kamarnya yang sudah disiapkan. Anthoniras mengembuskan napas panjang saat Rayford menghilang dari pandangan.
Ayah takkan menyukai ini.
Anthoniras menggigit ibu jarinya. Sang Cortessor takkan senang, tetapi bukan berarti hal-hal mengerikan akan terjadi. Itu hanya berlaku di keluarga Flarteus. Andres Alvaguer adalah pribadi yang, yah—menyenangkan, tetapi Anthoniras tidak terlalu menyukai rencana-rencana cadangan yang sudah disiapkan.
Anthoniras enggan mengakui ini, tetapi Caltine bersaudara yang tersisa itu akan sedikit sulit untuk dibengkokkan.
Rayford kembali tak lama kemudian dengan menenteng dua kopernya lagi. "Sekali lagi terima kasih banyak atas bantuanmu, Thony." Ia membungkuk dalam-dalam. "Aku sangat menghargainya, dan sekali lagi—aku tidak bermaksud menolak bantuan Cortessor."
Anthoniras mengangguk cepat. "Tidak, tidak masalah."
Rayford menatap Anthoniras lekat-lekat. "Kalau begitu aku akan pergi sekarang."
"Ya." Anthoniras tak pernah setercekat ini saat menyanggupi sebuah penolakan. Alam pikirnya sedang disibukkan dengan memikirkan beribu cara untuk menghentikan langkah Rayford sekarang. Ia bisa saja menutup paksa pintu-pintu itu, mencegah Rayford berpindah dalam sekejap, bahkan hal-hal lain yang akan membuat pemuda itu seketika menyesal, tetapi Anthoniras tak sanggup melakukan apa pun. Kakinya masih terus melangkah saat mengantar Rayford ke ambang pintu.
Sungguh, dia bisa menarik Rayford kembali sekarang, dan—
"Sampai jumpa, Thony."
Anthoniras meremas bahunya. "Sampai jumpa, Rayford. Semoga beruntung."
Rayford tersenyum. Ia pun beranjak dengan langkah ringan.
+ + +
Pondok pasangan Olliviare terletak di tepi Hutan Elentaire, hamparan hijau padat yang memenuhi lembah di bawah tebing kota. Pemukiman di lembah itu sangat minim, karena dipadati hutan dan padang luas yang mengitari Institut Elentaire, tempat murid-murid melepas Energi mereka saat mengikuti pelajaran tertentu. Hanya ada pondok-pondok kuno dan sederet pondok baru yang ditinggali para profesor, dan Rayford sangat bersyukur dengan keberuntungannya di hari kedua ini.
Siapa sangka dia justru bakal tinggal bersama pasangan profesor dan Lakar? Rayford yakin akan keamanannya selama berada di bawah pengasuhan dua peran yang vital di Elentaire. Ia hanya perlu membalas kebaikan mereka dengan menjadi sosok anak yang baik; membantu menyapu dan mengepel, menggosok perapian dan merapikan pekarangan, dan hal-hal apa pun yang diinginkan Andiane. Itu bukan hal yang sulit baginya.
Saat Rayford tiba, Andiane menyambut dengan seringai puas. "Kau datang lebih cepat daripada dugaanku, Ray. Kukira Anthoniras akan menahanmu."
"Sebenarnya begitu, Andy." Rayford juga senang karena sang profesor mengizinkannya memanggil dengan seakrab itu. "Tetapi kukatakan kepadanya bahwa aku butuh adaptasi yang sesuai dengan caraku."
"Bagus! Kalau begitu letakkan kopermu di pondok belakang. Kau benar-benar tak keberatan untuk tidur di sana?"
"Tidak," kata Rayford. "Aku akan dengan senang hati membersihkannya."
Senyum Andiane melebar. "Anak baik. Kalau begitu lakukan itu nanti saja. Aku sedang membuat sup labu, maukah kau mencobanya? Aku juga ingin tahu jalur keilmuan apa yang ingin kau tempuh nanti. Barangkali aku bisa merekomendasikan seorang profesor pembimbing untukmu."
Rayford menahan napas. Alih-alih menyimpan koper-kopernya di kamar, ia meletakkannya di tepi dinding dan merapat ke dapur. "Aku ingin belajar ilmu medis, hal-hal yang menyangkut tabib dan segalanya," katanya dengan penuh semangat. "Karena itu adalah cabang keilmuan yang kulihat paling mendekati posisiku sebagai seorang Guru Muda."
"Begitu? Pilihan yang bagus, meski aku juga ingin memberimu saran agar menempuh cabang keilmuan lain, cabang keilmuan relasi ras, misalnya."
"Apa itu?"
"Kau akan membutuhkannya, sebab hanya kau satu-satunya Caltine yang menghadiri Elentaire. Itu ilmu yang bakal kau butuhkan untuk memimpin klanmu."
Rayford mengerjap. "Ahhh, soal itu," katanya dengan ragu. "Kupikir ... Caellan adalah orang yang paling tepat untuk melakukannya. Tanpa hadir di Elentaire pun, aku yakin dia bisa menentukan jalan yang tepat untuk klan kami."
"Begitu? Lantas apa peranmu?"
Rayford membasahi bibir. "Aku akan menjadi kudanya."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro