26. Cortess, Sang Cortess
"Oh," Rayford tercekat. "Maaf, aku tidak tahu kalau ... uh, maaf."
Senyum Anthoniras tahu-tahu melebar, menunjukkan gurat keisengan di tiap inci wajahnya. "Bercanda," katanya. "Aku tak keberatan berjalan kaki mengitari kota kecil ini sekali pun. Ini juga bukan pertama kalinya aku menjemput seseorang di stasiun."
Sungguh, candaannya tidak lucu di telinga Rayford. Pemuda itu sudah terlanjur tenggelam dalam rasa malu dan jengah luar biasa, yang untung saja segera terselamatkan dengan sarapan yang segera terhidang. Menunya umum; orak-arik, sosis kalkun segemuk lengan, roti-roti yang dipanggang dengan mentega kambing, dan berbagai macam selai, tetapi Rayford melihatnya sebagai hidangan mewah karena tersaji di nampan-nampan mengilap. Tanpa berlama-lama lagi Rayford pun bersantap, mengacuhkan sesaat sang aristokrat yang mengawasinya dengan geli.
Ah, pemuda yang naif.
"Omong-omong, Rayford," kata Anthoniras, sembari memotong sosis dan melahap suapan pertamanya. "Karena kau datang di waktu yang tepat, maka kau bisa melakukan pendaftaran ulang besok di institut. Kau sudah tahu caranya?"
Menyadari bahwa Anthoniras tidak tampak akan mengusilinya lagi, Rayford mengangkat wajah dan menggeleng pelan. Sang ketua aliansi lantas berbaik hati menjelaskan hal-hal semacam itu, termasuk ke mana Rayford harus menuju kalau ingin mengambil seragam dan buku-buku baru, atau jam-jam yang baik untuk berkeliaran di kota. Anthoniras juga memberitahunya kedai-kedai yang menjual makanan dengan harga terjangkau—kalau-kalau Rayford bosan dengan makanan Parasian—dan sang pemuda berterima kasih dengan tulus, meski masih tersisa secuil kekesalan di dalam hatinya.
Yah, untuk sementara ini posisi Anthoniras sama saja dengan Caellan. Mereka para lelaki yang baik, tetapi lebih suka menikmati ekspresi jengkel Rayford daripada melihatnya tenang.
"Dan," kata Anthoniras, "kalau kau punya asisten yang ingin kau ajak kemari, maka undanglah dia. Akan kupastikan dia ditemani pengawalku saat datang kemari—kapal adalah satu-satunya cara mereka mampu datang kemari."
Rayford menyambut berita itu dengan gembira. "Sungguh? Kalau begitu ada seseorang yang ingin kuajak kemari. Dia biasa membantuku untuk menumbuk obat."
"Menumbuk obat?"
"Ah," Rayford menelan sarapannya. "Aku juga meracik obatku sendiri."
"Apa kau tabib?"
Rayford mengangguk malu-malu. "Aku juga ingin mendalami ilmu ini di Elentaire, karena aku tidak bisa hadir di desa perguruan lagi. Kudengar Elentaire punya cabang ilmu medis."
"Ya. Terkhusus untuk menangani penyakit para setengah monster." Anthoniras menyandarkan dagunya dengan penuh ketertarikan. "Minat yang bagus, Rayford, dan juga sangat cocok untukmu. Mayoritas para setengah monster yang juga merangkap Guru pun memilih cabang keilmuan medis di sini."
Rayford mengangkat alis. "Ada Guru-guru juga yang hadir di Elentaire?"
"Tentu saja," Anthoniras merespon dengan agak bingung. "Para Guru adalah medium yang selalu bersinggungan dengan dua ras, tentu saja ada banyak Guru yang berakhir menjadi bagian dari setengah monster."
Hati Rayford berbunga-bunga. Hei, Elentaire tidak lagi terasa asing baginya!
Wajah sang pemuda yang berseri-seri membuat Anthoniras tersenyum. "Kau akan segera menghadiri tahun pertamamu. Carilah teman-teman yang sesuai untukmu, Rayford. Bergabunglah dengan komunitas-komunitas yang kau inginkan. Tapi ingat, Aliansi Lima adalah rumah bagimu."
"Mm ya, ya." Rayford nampaknya tak terlalu mendengarkan. Pemuda itu sudah terlanjur tenggelam pada berbagai skenario imajinatif di benaknya. Apakah ada komunitas khusus para Guru? Atau, komunitas para tabib? Ini bakal membuat Rayford lebih betah daripada berdiri di ambang kehidupan mewah para Cortessian yang terasa aneh baginya. Duh, dia bahkan tidak kepikiran mampu menjalankan kesehariannya di asrama Alvaguer, tetapi sebagaimana pemberian Tuhan tak sebaiknya ditolak—Rayford pun akan menjadi penghuni asrama yang baik di sana. Toh Cortessor sudah membantunya sejauh ini. Mana mungkin Rayford akan berbuat sejauh menyia-nyiakan usaha seorang kaisar? Memangnya sehebat apa dia?
Rayford tengah bersantap saat pintu kembali dibuka. Ia tersentak oleh suara tapak sepatu yang tegas dan cenderung cepat, dan tahu-tahu seorang pemuda menjatuhkan dirinya di kursi tinggi seberang Anthoniras. Seorang pelayan buru-buru melayaninya dengan gugup.
"Oh sial—aku ditahan lagi pagi ini."
Rayford terbengong-bengong. Padahal ia baru saja memikirkan orang-orang baik, tetapi pemuda asing itu menjejali telinganya dengan sederet kata umpatan di pagi hari.
Anthoniras menyahut dari seberang meja, nadanya begitu lembut dan berhati-hati, membuat Rayford terheran-heran dengan perubahan itu. "Pagi, kawanku! Aku yakin, mereka tahu kau adalah pemberi keputusan paling tepat. Wajar bagi mereka untuk mengganggumu."
"Ya, tapi siapa peduli?" pemuda itu menumpu kakinya di lengan kursi, membuat Rayford terhenyak karena alas sepatu sang pemuda menghadap ke arahnya. "Siapa saja bisa memutuskan. Mereka hanya mempersulit karena tahu sekarang masih waktu libur institut; mereka kira aku seorang pemuda pengangguran."
Anthoniras menyesap minum. Suaranya memelan. "Mereka menganggapmu penting."
Emosi yang berbayang di wajah sang pemuda seketika terhempas, digantikan oleh kejengkelan luar biasa pada kernyitan dahinya. "Memangnya kapan aku tidak penting?" balasnya, dan baru saja akan menambahkan ceracauan lain, ketika menyadari Rayford yang sedang bersantap dalam kecanggungan di tengah meja. "Siapa kau?"
Lega dengan pergantian topik itu, Anthoniras segera menjawab dengan riang. "Oh! Perkenalkan, dia adalah Rayford Caltine. Rayford baru saja datang pagi ini."
"Rayford siapa? con Caltine?"
Rayford berdeham, berniat akan menjawab, tetapi Anthoniras selalu lebih cepat. "Caltine saja, Flar. Ayahku sudah meresmikan mereka beberapa bulan lalu, ingat?"
"Aah." Gurat kekesalan sang pemuda buyar. Seringai muncul di wajahnya yang kemerah-merahan saat meneliti Rayford dari ujung rambut hingga postur tubuhnya saat bersantap. "Yang itu."
Rayford menelan ludah. Reaksi ini membuatnya lebih tegang daripada candaan Anthoniras yang menyinggung. Ia pun mengangguk santun. "Salam kenal," katanya pelan. "Rayford Caltine."
"Ya, aku tahu. Aku tidak tuli." Pemuda itu menurunkan kakinya dan kini mencondongkan tubuh, memandang Rayford lekat-lekat. "Jadi kau Caltine yang itu. Aku sangat penasaran siapa kiranya Rayford, dan ternyata kau," katanya, sekarang sorot matanya dipenuhi rasa lapar yang membuat Rayford gelisah. Ada apa dengan para Cortessian muda ini? Mengapa mereka suka sekali mengintimidasi orang-orang semacamnya? Atau inikah bentuk lain perundungan di kalangan para penguasa negeri?
"Ya, Caltine yang diresmikan Cortessor di Pelabuhan Applerock."
"Apa? Aku tidak tahu." Pemuda itu mengernyit. "Aku tidak tahu soal itu. Aku hanya mendengarnya."
Yah, kalau tidak salah, Rayford juga tidak melihat wajahnya di forum para dewan. Maka bisa diasumsikan bahwa pemuda ini bukanlah mereka—barangkali putra seseorang. Sungguh, Rayford tidak mengenal Cortessian muda mana pun selain Anthoniras dan Antellina.
"Kalau begitu dari mana kau mengetahui tentangku?"
Alih-alih menjawab, pemuda itu melirik piring Rayford yang sudah kosong. "Apa kau sudah selesai sarapan?"
"Um, ya."
"Bagus." Ia beranjak, dan Rayford samar-samar mendengar Anthoniras menghela napas panjang. "Kalau begitu mari kita berkenalan."
Rayford ikut berdiri untuk menyambut uluran tangan pemuda itu. Namun, belum juga jemarinya mencapai, tahu-tahu air mancur di ruangan itu bergejolak, menjulur, dan menyahut tubuh Rayford. Tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi, Rayford dibanting ke luar jendela.
Rayford jatuh berdebum ke kolam di sisi luar jendela kelab. Ia megap-megap oleh air yang merasuk ke dalam tubuhnya, dan kalap saat menyadari bahwa air kolam beriak dan berpilin di sekitarnya, menerjang hidung dan mulut Rayford terus-terusan sehingga pemuda itu kelabakan dengan terjangan air. Beruntung ia mampu mencegah lebih banyak air memenuhi tubuhnya. Rayford seketika memuntahkan gelombang air yang menyesakinya, tetapi pemuda menyeramkan tadi sudah tiba di depannya.
Rayford terkesiap ngeri. Ujung-ujung jemari pemuda itu melebur menjadi air, dan kakinya yang tenggelam pun menyaru sempurna dengan genangan kolam.
Sial. Pemuda itu bahkan tidak basah sama sekali.
"Aku mendengarmu dari hal-hal lain," katanya, terdengar puas dengan situasi Rayford yang kepayahan di kolam. "Tentang seorang pemuda yang mendapat Energi baru di luar kemampuannya. Energi yang ... diberi langsung oleh tuan kami yang agung; tuan yang hanya pantas diserap Energinya oleh kami yang berhak memegang negeri."
Rayford menahan napas. Pemuda itu merangsek mendekat dan mencengkeram dagunya, persis sebagaimana Ma'an menusukkan jari-jarinya ke rahang Rayford dahulu. "Kau bahkan tidak bisa memakai Energinya dengan baik." Pemuda itu mengernyit. "Ini penghinaan. Padahal dengan pemberian Energi itu, maka secara tidak langsung kau diangkat menjadi ... setara." Ia bahkan tidak berusaha menyimpan rasa jijik, bahkan cenderung melebih-lebihkannya, memastikan bahwa Rayford memahami keengganannya.
Napas Rayford menderu. "Apa kau sang Cortess?" cicitnya. Wajahnya pucat menyadari siapa pemuda yang baru saja melemparnya keluar jendela dengan begitu kasualnya. "Apa kau—apa kau pewaris Cortess?"
Flarteus Cortess memandang Rayford dengan heran. "Luar biasa," bisiknya, murni terkagum-kagum dengan pemuda di bawahnya ini. "Aku bahkan mengenalmu, tetapi kau tidak tahu aku."
Oh Tuhan. Rayford ingin lenyap saja rasanya sekarang.
Rayford menelan ludah. Bagaimana bisa ketidaktahuannya akan berbuntut sepanjang ini?
Tidak—tidak. Bukan itu.
Kehidupan macam apa yang diselaminya sekarang?
Ketika Flarteus mematahkan buku-buku jarinya, Rayford sontak mengangkat tangan. "Aku tidak ingin bertikai denganmu, Flarteus!" serunya, berhasil mengingat nama pemuda itu dengan cepat. "Aku kemari hanya untuk belajar!"
"Klasik," gumam Flarteus. "Itulah yang dikatakan orang-orang sebelum berusaha diam-diam mencuri Energi terbesar Cortess. Aku tidak dungu, Rayford. Hanya karena kita sama-sama dipayungi satu dinasti, bukan berarti kau bisa ... duh, kita bahkan tidak sama." Tatapannya menajam. "Kau dan pendahulumu adalah pemberontak dinasti. Dinastiku."
"Flar, dengar—"
"Setidaknya aku tak ingin berbagi Energi dengan seorang pemberontak," kata Flarteus.
Pemuda itu menggerakkan kakinya sedikit, dan Rayford tersentak saat mendapati sekujur tubuhnya tiba-tiba meregang. Jemari dan sebagian lengannya yang terendam air menegang, kaki dan pinggangnya tertarik oleh genangan air yang kini menyedot tubuhnya dengan kuat. Air minum yang tadi diteguknya bergejolak di dalam lambung.
Rayford memekik. Kulitnya seolah mengelupas.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro