19. Keajaiban Titik Jemu
Note:
Seluruh cerita oleh Andy Wylan hanya diunggah pada platform W A T T P A D. Jika menemukan cerita ini di situs lain, maka kemungkinan situs tersebut berisi malware.
Selamat membaca!
----------------------------
Rayford tahu dirinya akan melawan induknya sendiri, tetapi punggungnya secara naluriah merobek dan tentakel-tentakel tulang tumbuh dengan cepat. Par menoleh ke arahnya dan meraung marah. Ia melempar Caellan ke dinding bar.
"Bos!" seru Vince, yang seketika menghela napas lega saat mengetahui Caellan cukup cepat untuk mengeraskan kulitnya menjadi tulang. Sang bos selamat, kecuali pandangannya yang terasa berputar-putar, dan Vince buru-buru membopongnya ke dalam bar.
Par berderap ke arah Rayford. Pemuda itu mendadak gemetaran. Heh, kemana kepercayaan dirinya saat meneriaki nama Par tadi? Ia sama sekali tidak menduga saat-saat di mana sang monster berlari ke arahnya dengan amarah menggelegak akan membuat lututnya gemetaran. Meski begitu tentakel Rayford telah menggeliat dengan penuh semangat. Mereka berusaha meraih Par, tetapi sang vehemos adalah monster utuh—satu ayunan tangannya mematahkan tentakel-tentakel Rayford dengan cepat.
"Anak-anak tidak tahu diri!" Par berteriak di depan wajah Rayford. Ludahnya muncrat ke wajah sang pemuda. "Aku melakukan ini demi kalian!" tambahnya. Par tersentak saat peluru-peluru venome menghujani punggungnya. Ia melotot ke arah Caellan dan para awak premannya yang membidik dari arah lantai dua bar.
Rayford memanfaatkan kesempatan itu untuk menumbuhkan belasan tentakel lagi. Ia berusaha mencengkeram tangan-tangan sang monster, yang dibalas dengan tendangan pada tubuhnya. Rayford terbanting ke mobil terdekat.
Ah, sial—bagaimana caranya mengalahkan Par ditambah antek-anteknya?
Sesuatu menggelitik Rayford, tetapi dia tidak terlalu menyadari karena tubuhnya berkedut-kedut nyeri. Untungnya ia juga berhasil mengeraskan kulit menjadi sekeras tulang sebelum lengannya menghantam mobil. Kuatnya tentakel di punggung pemuda itu membuat pintu mobil peyot sekejap. Meski begitu organ internalnya masih normal—empuk dan segala macam—sehingga pandangannya memburam sejenak selepas kepalanya mengalami benturan.
Par kini tidak terlalu meladeni Rayford. Bagaimana pun juga sang monster takkan menyakiti para pembawa selnya dengan keterlaluan; ia terpaku pada para preman yang masih tersisa kocar-kacir di lapangan, tak mampu memanfaatkan akal mereka untuk mencari tempat persembunyian karena saking takutnya. Feral-feral masih beterbangan di langit dan menyasak pohon-pohon saat berusaha menggapai dua manusia yang bersembunyi di balik batang gendutnya—mata mereka nyaris buta, sejak awal tak mampu melihat dengan baik selain mengandalkan aroma daging manusia atau aroma sang tuan yang menggelayut pekat.
"Dasar bodoh—hindari pepohonan!" bagai seorang pelatih, Par menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal saat melihat para feral justru berkutat melepaskan diri dari jalinan ranting. Raungan mereka memenuhi pelabuhan, memperkuat trauma para manusia awam pendengarnya.
Kejadian itu adalah kesempatan, dan Par terlalu kesal untuk mampu menyadarinya, ketika sebuah granat tiba-tiba mendarat di pepohonan itu dan meledak. Gelombang venome semburat dengan cepat dan para feral yang malang melolong keras. Sebagian yang tidak ikut terperangkap di pepohonan segera terbang membumbung tinggi, dan para preman di lantai dua bar sontak berseru gembira. Jamen sekarang bersiap-siap kembali melempar granat.
Dan, sial bagi Rayford. Ia berkutat mengabaikan terjangan efek venome ke tubuhnya, saat Par memutuskan untuk menumpahkan kekesalan kepadanya. Monster itu menyahut tubuhnya semudah menggenggam boneka di tangan. Par membawanya melompat ke atap gudang yang tak terkena efek aroma venome. Rayford sendiri mual-mual saat merasakan goyangan di cengkeraman Par.
"Turunkan aku!" suaranya begitu serak dan nyaris bercampur muntah. "Lepaskan!"
Par mengabulkannya, dan Rayford menyesal karena meminta diturunkan saat monster itu sudah mencapai atap gudang. Sekarang Rayford dilempar dan berkutat mempertahankan keseimbangan di atap yang miring. Pandangannya berputar dan keseimbangannya tidak terjaga—pemuda itu berakhir muntah dan hampir merosot jatuh. Par meraihnya lagi, kali ini mendekatkan wajahnya yang bengis mengerikan di mata Rayford.
"Lihatlah kau; bocah lemah." Par menggoyangkan sekali lagi seolah ingin merontokkan lumpur kering dari bajunya. "Berusaha melawanku? Kau, dan kakakmu? Kalian bahkan tidak berterima kasih sama sekali atas bantuanku."
Sedikit mengejutkan baginya, Rayford masih mampu bertanya, meski pertanyaan itu terlontar di luar kesadarannya. "Bantuan apa?"
Par nampaknya sudah menantikan pertanyaan itu, sebab ia menyahut dengan penuh amarah. "Aku menaruh feral-feral itu untuk mencari abangmu! Seandainya kau dahulu gagal menemuinya, para feral akan membantumu mempertemukan kalian. Ya ampun, kenapa begini saja tidak mengerti?" Par berhenti sejenak, karena Jamen sekarang kembali melempar granat ke udara untuk membidik dua feral yang berusaha menyerang bar. Letusan menggetarkan langit di pelabuhan. Aroma tanah basah yang pekat mengisyaratkan awan kelabu yang ikut terguncang oleh ledakan itu, dan bersiap menurunkan hujan lebih cepat. "Para feral itu dungu, tetapi setidaknya mereka bisa menemukan abangmu. Itu pun karena Caellan punya tugas membunuh orang. Kalau tidak ada darah tercium, mana mungkin para feral akan menemukannya?"
"Caellan bertugas apa?"
Par terkesiap. "Oh, kau tidak tahu?" pekiknya, dan sepertinya ia pura-pura terkesiap saja. Ia membantu Rayford kembali berpijak di atap dengan lebih hati-hati, seakan menyesali perbuatannya. "Oh-oh, kau tidak tahu?"
Rayford tak punya tenaga bahkan untuk berpikir. Badannya semakin lemah dan remuk. Menjijikkan. Kalau dibanding seorang monster, tentu dia bukan apa-apa. Perjalanan antar provinsi dan berbagai kengerian juga memeras keringatnya. Satu-satunya yang Rayford rasakan selain kelelahan akut adalah sensasi menggelikan di tengkuk dan ujung-ujung jemarinya. Sesuatu butuh dilepaskan, tetapi Rayford tak tahu apa itu.
Ia mengibaskan jemari untuk melepas beribu semut kasat mata, mengabaikan Par yang terus menceracau, lalu angin di sekeliling mereka tersedot.
Par memekik tajam. Tangannya refleks memukul Rayford jatuh dari atap. Rayford terkesiap. Ia tak punya tenaga lagi untuk mengerahkan tentakel-tentakel agar menyelamatkannya, ketika terasa air memercik di bawah punggungnya, dan tahu-tahu tubuhnya direnggut oleh ombak laut yang berdebur ke pelabuhan.
Para preman menjerit, dan feral-feral menukik tinggi ke langit. Laut bergelombang tanpa sebab di tepi pelabuhan; membanjiri lapangan kecil itu dan menyeret mobil-mobil ke dalam laut. Rayford tenggelam dalam juluran magis laut.
Samar-samar ia mendengar Caellan meneriakkan namanya.
Caellan memandang peristiwa barusan dengan tak percaya. Apa yang terjadi? Ia disembunyikan oleh Vince ke dalam bangunan saat Jamen melempar granat-granat ke arah feral yang tersisa. Ia mengintip dari balik jendela, mengawasi adiknya direnggut oleh Par di atas atap sebuah gudang yang jauh dari efek ledakan granat. Caellan sendiri sudah menyiapkan senjata khusus untuk membidik monster sialan itu, ketika laut yang selalu tenang mendadak bergemuruh, berombak dan berpilin, kemudian membanjiri lapangan pelabuhan sekadar untuk merenggut adiknya yang jatuh.
Caellan refleks menjeblak pintu. Ia menyeru nama Rayford yang tenggelam dalam juluran laut itu. Ia menyaksikan dengan terbengong-bengong saat gelombang ombaknya kembali ke tepi pelabuhan bagai laut surut di pantai; bahkan otak cepat tanggapnya tidak bisa memikirkan apa-apa.
Pelabuhan sempat hening. Berpasang-pasang mata terpaku pada laut yang masih berombak ganas. Kemudian seseorang menudingkan telunjuk ke sana, sembari berseru, "Lihat!" dan gelombang laut kembali membentuk pilinan yang siap menjulur, kali ini saling menjalin dan berputar-putar di tepi dek, menampakkan tubuh Rayford yang tegak tanpa kesadaran di atas gelombang.
Elena berbisik ketakutan di belakang punggungnya. "Ray? Mengapa Ray seperti itu?"
Well, apa pun itu yang dilewati Rayford selama absen berminggu-minggu, sudah pasti berpengaruh pada momen mengerikan ini. Energi vehemos baru yang direnggut Rayford jelas-jelas ampuh, karena sekarang Par kebingungan untuk menyelamatkan diri. Sang monster menghendaki para feral untuk mendekat. Rayford tiba-tiba mengacungkan tangan dan juluran ombak menyambar para feral yang berusaha mencapai pelabuhan. Feral-feral itu tenggelam dan Par mendesis.
Caellan menahan napas. "Tembak!" perintahnya, dan para premannya dengan panik segera menggelontor sisa peluru di senapan mereka. Peluru-peluru venome menerjang Par tanpa ampun dan monster itu berlari ke sana kemari untuk menghindari hantaman bertubi-tubi.
Rayford melesat melintasi pelabuhan. Tentakel-tentakel tumbuh kembali di punggungnya, kali ini berlapis nadi merah yang berdenyut-denyut keras. Rayford mengajukan diri untuk kembali menyerang Par. Sang monster dengan kesal memanjangkan bilah-bilah tulang di jemarinya, memotong tentakel-tentakel Rayford. Tetapi percuma; nadi merah mengikat tentakel sang pemuda dengan kuat—juluran air laut menarik kembali serpihan tentakel Rayford dan menyambungnya. Par mengumpat dengan lantang. Ia tidak menyerah untuk mempercepat gerakan mematahkan setiap tentakel yang menerjang, dan akan dibalas lebih kilat oleh juluran air yang menyatukan tulang-belulang Rayford.
Untuk pertama kalinya, Caellan menyaksikan sang monster kewalahan dengan Energinya sendiri.
Par mencapai titik puncaknya; monster itu lantas melompat tinggi-tinggi, ke arah awan kelabu yang menggantung paling rendah. Par mengacungkan jari dan awan itu bergerak memutar, menciptakan pusaran cepat yang menyemburkan kilat.
Rayford mengejar. Tentakel-tentakelnya sekarang memanjang atas bantuan juluran air, merenggang tanpa batas dan merenggut sang monster. Sebelum Par mampu mencapai gerbang ciptaannya untuk melarikan diri, tentakel-tentakel Rayford membantingnya ke lapangan pelabuhan, tepat saat ombak berdebur dengan ganas dan meraupnya.
Para preman di bar seketika mendesis. Par meraung-raung saat ombak menghantamnya tanpa ampun, meleburkan tulang-tulangnya menjadi serpihan yang tidak disatukan lagi, membanjiri kedua lubang matanya tanpa jeda hingga jeritan Par tak terdengar. Ombak memecah, menyurut, dan laut kembali tenang.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro