14.1 Mengalihkan dengan Gaya
Waktu masih menunjukkan sekitar pukul tujuh pagi, tetapi Caellan sudah merasakan gelenyar mencekam di sekujur tubuh. Pemuda itu seketika menegakkan punggung dan dahinya mengernyit, berusaha menelusuri asal sensasi yang membuat bulu kuduknya merinding.
Ia menyapukan pandangan ke sekeliling ruangan. Ia berada di salah satu ruang duduk di Mansion Putih, berhadapan dengan Donatino dan Camon untuk mendiskusikan beberapa hal. Satu minggu lagi adalah tanggal pertemuan perdana Klan Vandalone dengan sekelompok dehmos yang selama bertahun-tahun mereka perdebatkan, dan Donatino menghendaki kehadiran keduanya sejak semalam. Kini, di awal pagi yang hangat dan mendung, botol-botol anggur dingin telah terhidang alih-alih cangkir-cangkir kopi hitam. Sejauh Caellan meneliti, tak ada yang nampak aneh di ruangan itu selain kedua saudara tiri dan sejumlah tukang pukul di pojok ruangan.
Rasanya ... rasanya Caellan sempat mendengar jeritan Par. Apakah iblis itu mendadak muncul di Mansion Putih? Mustahil. Selama tiga tahun ia lenyap tanpa kabar, meninggalkan kakak beradik Caltine bagai onggokan sampah.
Caellan kembali bersandar pada punggung sofa. Mungkin hanya perasaannya saja, atau ... tunggu. Apakah sesuatu terjadi pada Rayford? Apakah dia berhasil menekan posisi Par, atau justru Par muncul menemuinya? Entahlah, yang pasti sensasi mengerikan ini menandakan sesuatu sedang terjadi pada Rayford atau Par, dan itu adalah sesuatu yang sangat besar sampai-sampai Caellan bisa ikut merasakannya.
Yah, semoga Par yang sedang mengalami keburukan. Kalau ada doa yang Caellan betah rutin panjatkan kepada Tuhan, maka itu adalah kecelakaan bagi sang monster.
"Nik." Donatino menyentaknya. "Apa kau mendengarkan aku?"
Tentu saja tidak. Caellan hanya menatap sang bos dengan kaku. "Maaf, apa tadi?"
Alih-alih menjawab, Donatino mendesah keras-keras. Camon refleks menuangkan anggur dingin ke gelasnya lagi, sembari mengerling penuh peringatan. "Kurang satu minggu lagi, Nik! Kukira aku akhirnya bisa bernapas lega karena kau mau datang kemari, tetapi ternyata sama saja, eh?"
Belum juga Caellan merespon, Donatino kembali menceracau. "Tamu-tamu akan datang. Sial, bahkan mereka mungkin sudah tiba di Gerbang Barat! Mereka bilang ada begitu banyak urusan yang perlu dihadiri, dan kita adalah salah satunya, dan aku tidak mau sikapmu akan merusak acara sekali seumur hidup ini!"
Donatino mengatakannya seolah-olah hidup mati klan berada di tangan para dehmos sialan itu. Meski begitu Caellan dengan sangat bijak tidak membalas. Kalau ia meladeni obrolan kali ini dengan perdebatan, maka Jamen harus menunggu lebih lama lagi di mobil. Pria itu bermalam di mobil Caellan karena sungkan betul untuk menginjakkan kaki di Mansion Putih. Baginya keseharian Nikolan Vandalone terlalu glamor untuk hidupnya, dan sepatu Jamen yang kotor tak pantas ikut melangkah di dalamnya.
"Aku tadi memikirkan Mansion Delikus," kata Caellan. "Kau tahu aku ditarik Inspektur Camer untuk mengurus itu."
"Lihat? Dia bahkan tidak berminat untuk menghadiri rapat ini. Hanya raganya saja yang duduk di situ."
"Bukan begitu." Caellan tidak tergoda untuk ikut emosi. Otaknya lebih disibukkan untuk memikirkan topik yang bisa mengalihkan perhatian Donatino. "Mansion itu—terlepas dari bercak darah di segala sudut dan jendela yang pecah—masih sangat bagus. Karena tak ada yang mau menyentuhnya, harga jualnya jatuh drastis, dan aku yakin kalau kau tak segera membelinya, maka para bangsawan Cortess akan memperebutkannya."
"Kenapa aku harus membeli itu?"
"Hadiahkan itu pada tamumu." Caellan menghela napas. "Mereka setengah monster. Mereka akan mendapat banyak keuntungan dengan tinggal di mansion mewah yang bersejarah. Para setengah monster menyukainya."
"Sungguh?" ekspresi Donatino menyiratkan kecurigaan besar, kendati saran Caellan tidak terdengar asal-asalan. "Jangan mencoba-coba untuk membodohiku karena aku bukan setengah monster sepertimu."
Caellan mendengus geli. Jemarinya begitu gatal ingin meraih botol anggur dinginnya, tetapi ia harus menahan diri. "Ini adalah momen sekali seumur hidup—antara kesempatanmu untuk mendahului para Cortessian, dan aku yang memberi saran untuk memuliakan tamumu. Selepas pertemuan ini selesai, aku takkan pernah mau membicarakannya lagi."
Donatino menyipitkan mata. "Kau sudah mencari tahu menyoal tamu-tamu itu?"
"Mungkin." Caellan tersenyum. "Dan, jangan khawatir. Aku sedikit mendengarkanmu ... dan, ya, kau tak perlu mengulangnya untukku. Bar Silo dan Pelabuhan Applerock akan kuurus selama empat hari yang kau minta."
Donatino mengangguk. Kecurigaannya pun mulai runtuh. "Baiklah," katanya. "Kalau begitu kita bahas topik terakhir sekarang."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro