Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Prosesi Penyatuan


Amar dan Abraham dibangunkan dengan kejutan yang cukup menyenangkan. Setelah seminggu berkutat di perpustakaan Konservatori, Rayford muncul dengan kabar bahwa dirinya sudah siap menjalani upacara pengangkatan kamitua. Kendati berita itu sudah lama dinanti-nantikan, kedua Guru tersebut tahu gelenyar ketakutan yang berbayang di kedua mata pucat Rayford.

"Apa kau yakin?" pertanyaan Abraham membuat Rayford tersentak pelan. Ia sekarang trauma dengan satu kata itu. Rayford tak perlu menekankan kata mana tepatnya untukmu, kan? Kau pasti sudah tahu. Kata sialan itu digaungkan berulang kali dini hari tadi.

Rayford mengangguk kuat. "Semakin cepat, semakin baik. Aku juga tidak bisa meninggalkan abangku sendirian." Meski alasan tersebut ada benarnya, tentu saja itu bukan perkara utama yang membuat Rayford terburu-buru.

Seluruh nadi di bawah permukaan kulitnya berkedut-kedut, dan Rayford tak bisa menahan diri untuk tidak menggaruk tubuhnya di berbagai tempat. Sensasinya aneh. Padahal tidak ada yang terjadi pada pertemuan pertamanya bersama Ma'an tadi, atau jangan-jangan monster itu memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Rayford tanpa sepengetahuannya? Bukankah vehemos itu sempat menancapkan kuku-kukunya pada wajah Rayford?

Sementara Amar dan Abraham bangun untuk mempersiapkan Sembahyang Awal, Rayford terpekur di dipan. Apakah ini sungguhan pilihan yang tepat? Sisi logisnya tentu saja menolak mengakui ini. Ia dan Caellan jelas-jelas masih ingin menjauhkan diri dari Dinasti Cortess. Baiklah, ia memang dibantu Antellina dan sempat mengobrol dengan Cortessor, tetapi mereka tak pernah menyuruhnya masuk ke dinasti selain menerima identitas aslinya. Itu hal yang berbeda kan?

Hanya Ma'an, sang vehemos penggagas dinasti, yang sungguh-sungguh menunjukkan keinginannya menguasai Rayford. Maka pantas saja kalau ada sisi-sisi di dalam dirinya yang menolak. Itu wajar.

Tapi ... ah, Rayford sekarang ragu betul. Ucapan Ma'an ada benarnya. Jika ingin membalas perbuatan Par atas nasib bersaudara Caltine, tentu saja menyingkirkannya dengan bantuan Ma'an adalah hal yang paling tepat. Par pasti akan tersinggung betul kalau Rayford mendapat pertolongan dari sesama vehemos yang juga membangun dinasti beribu tahun lalu. Itu adalah penghinaan terbesar bagi Par, dan tawaran Ma'an adalah gagasan paling menggoda.

Tapi! Rayford mulai bertikai dengan dirinya sendiri di dalam hati. Kalau aku menerima Ma'an, apakah itu berarti aku menyerah pada dinasti?

Rayford menghela napas. Dia dihadapkan pada kedua pilihan yang sama-sama berat. Ya Tuhan, mana kiranya yang lebih baik bagi pemuda itu?

Rayford tidak suka mengakui ini, tetapi dia butuh jawaban Caellan juga.

"Kakak," Rayford memanggil Abraham dengan lesu. Sang Guru berhenti melipat selimut yang dipakainya semalam. "Boleh aku bertanya sesuatu? Mengapa kau membawaku kemari, dari semua desa perguruan yang ada?"

Senyum yang tersungging membuat Rayford merasa miris. Abraham begitu naif dibanding Anhar yang seusianya. "Eh, tidak ada alasan khusus, Khass! Sudah lama aku tidak kemari dan, kupikir, sembari menyambung kekerabatan kita dengan desa yang letaknya begitu jauh, kita bisa mengadakan upacara di sini. Aku pernah mendengar vehemos mereka adalah entitas taat beribadah yang sangat kuat. Dia pasti cocok untukmu yang ingin menyingkirkan pengaruh iblis itu."

"Apa kau mengenal vehemos desa ini, Kakak?"

Abraham tersipu-sipu. "Tidak, tidak ... aku tidak pernah menemuinya. Tetapi aku tahu bahwa monster itu adalah entitas kuno. Sudah pasti dia adalah makhluk yang sangat kuat, kan?"

Rayford tersenyum tipis. "Benar," katanya. "Makhluk yang sangat ... sangat kuat."

+ + +

Anhar mengumumkan selepas Sembahyang Awal bahwa akan ada upacara pengangkatan kamitua siang nanti, tepat setelah pelaksanaan Sembahyang Siang. Para Guru menyambutnya dengan sukacita, terlebih-lebih desa perguruan mereka mendapat kehormatan untuk menyenggelarakan upacara sakral para Guru dari utara. Barangkali hanya Rayford yang mendengar berita itu dengan senyum kaku. Ia tidak lagi bisa melihat Anhar seperti sebelumnya. Kamitua itu adalah kepala perguruan paling mengerikan yang pernah ditemuinya.

Para Guru dari utara diminta tinggal sementara yang lain bergegas untuk aktivitas pagi. Anhar menghampiri ketiga lelaki yang menanti di pojok aula dengan gugup.

Anhar terkesima melihat keterikatan emosi mereka yang begitu erat. "Mari," katanya dengan penuh semangat, jubahnya berkelepak ringan saat berbalik menuju kolam tertutup itu lagi. "Kita mulai Prosesi Penyatuan sekarang."

Apa kau ingat? Rayford tak pernah benar-benar mengalami Prosesi Penyatuan dengan baik saat muda. Par merebut tubuhnya begitu saja di puncak menara, meninggalkan mayat Debri yang seketika hancur berantakan saat berdebum di tanah berbatu. Karena itu Rayford menjadi satu-satunya Guru Muda yang tak melewati Prosesi Penyatuan secara sakral. Ia sudah terlanjur trauma dengan sensasi menyetrum saat Par merasukinya. Kulitnya serasa mau copot, dan ... ya Tuhan, Rayford tidak bisa berhenti menggosok-gosok lengannya. Sekujur nadinya masih berkedut-kedut ringan.

"Apa kau tak apa-apa, Khass?" bisik Amar saat mereka melintasi aula Konservatori yang dingin. "Sedari tadi kau mengusap tubuhmu tanpa henti."

"Sepertinya aku alergi," jawab Rayford sekenanya. Alergi Dinasti Cortess, lebih tepatnya. Acap kali bersinggungan dengan dinasti itu, Rayford otomatis mengalami demam dadakan, merinding tidak jelas, dan kepalanya pening. Seperti saat ini.

Rayford tiba di paviliun kolam untuk kedua kalinya, kali ini dengan pendampingan Amar dan Abraham yang tidak tahu apa-apa. Mereka mendengarkan arahan singkat Anhar tentang Prosesi Penyatuan, kemudian mengambil posisi masing-masing di tepi pilar, sementara Rayford disuruh duduk pada lantai paviliun yang terendam air. Rayford dengan ragu-ragu mencelupkan sebagian tubuh, merasakan aliran air menggelitik sela-sela jemari kaki. Kedutan di sekujur nadinya mendadak lenyap, dan Rayford curiga betul Ma'an memang melakukan sesuatu terhadap dirinya dini hari tadi.

Anhar tidak membutuhkan bel sialan itu lagi untuk memanggil Ma'an. Ia merentangkan tangan sembari menyebut serentetan panggilan dengan Bahasa Tua. Air kolam yang cenderung tenang seketika tersedot oleh sebuah tekanan dari dalam, berpusar dengan cepat hingga membentuk gelombang yang semakin membesar. Padahal Rayford sudah menyaksikannya, tetapi ia masih terkesiap sebagaimana Amar dan Abraham yang memucat. Bahkan keempat vehemos penjaga desa mereka tidak seheboh ini saat menampakkan diri!

"Oh Tuhan," Amar bergumam lirih saat Ma'an muncul dengan wujud setinggi manusia dewasa. Kini terlihat kedua kaki serupa manusia yang berselaput licin, setengah menyeret saat menapak pada lantai paviliun. Muncul gelayut cahaya biru pada riak air yang terhempas oleh langkah kakinya.

Anhar berbalik, kini kedua tangannya merapat dan terangkat lebih tinggi. Ia mulai membacakan serentetan doa puji-pujian kepada Tuhan, dan kedua Guru di sisi Rayford mulai mengikuti dengan ketakutan. Ma'an menanti dengan sabar. Puluhan pasang matanya yang terpaku pada Rayford berkedip bergantian, sementara pemuda itu mematung di tempat. Ia bahkan tidak tahu apakah dirinya sudah terkencing-kencing sekarang.

Oh Tuhan, vehemos penakluk negeri akan menguasainya. Oh Tuhan, Rayford akan dirasuki oleh penunggu seluruh sungai dan lautan di Nordale. Oh Tuhan—OH!

Rayford meraung saat kuku-kuku tajam Ma'an menyeruak kedua matanya lebar-lebar. Rasa perih saat kelopak matanya terkoyak tak sebanding dengan sensasi bola mata yang tersedot ke dalam tempurung, dan sebelum Rayford mampu berontak, kepala Ma'an merekah lebar dan menangkup wajahnya secepat kilat.

Amar refleks meneriakkan doa yang dilantunkan, tetapi suara itu musnah seketika ujung-ujung sirip Ma'an tertancap sempurna pada tepi wajah sang pemuda. Rayford pun kehilangan suara dan kemampuan bernapas—tak ada udara, seolah-olah kungkungan selaput sirip yang memerah akibat bias sinar matahari luar itu adalah ruang hampa. Tetapi Rayford tak menyadarinya; kengerian puluhan pasang mata Ma'an yang melotot ke arahnya telah memenuhi wawasan pandang sang pemuda. Ketika puluhan mata itu berkedip bersamaan, sekujur kulit Rayford kembali terasa dicabut paksa, seluruh nadinya berdenyut-denyut seperti ada yang berusaha menjebol, dan perutnya bergejolak hebat. Pandangannya menggelap secepat sensasi setruman yang menghilangkan kedua bola matanya, dan setelah sekian lama, kutukan Par akhirnya terbangkit lagi.

Rayford menjerit lagi, dan kini ia menemukan suaranya kembali. Ma'an mencabut ujung-ujung sirip dari wajah Rayford. Pemuda itu gelagapan akan udara bebas, tetapi sang monster dengan cepat menenggelamkan wajahnya sebelum siapa pun mampu melihat kedua lubang mata yang terkutuk.

"Tuha—AN!" Rayford tersedak saat aliran sungai merasuk ke mulut. Jemari Ma'an menahan sekujur tubuhnya tenggelam pada genangan kolam seutuhnya, dan kendati Rayford buta sesaat, ia merasakan jelas sensasi derasnya air yang merasuk melalui lubang matanya.

Dan, pada saat itulah, jeritan Par benar-benar terdengar memenuhi benaknya, seakan-akan monster itu tengah kesakitan di sisinya secara nyata. "Demi Tuhan!" lolongan sang iblis begitu serak dan tersiksa, terhina dan kehilangan kekuatan, seiring dengan kesadaran Rayford yang menipis. Sebelum pemuda itu benar-benar pingsan, ia masih bisa mengangkat tangannya, berusaha menggapai udara dengan harapan sesuatu akan menolongnya.

Tentu saja itu tak berpengaruh apa-apa.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro