A.L.W.A.Y.S
Hidupku bagai kamuflase sekor serangga.
Kadang terhihat kadang tidak
Sama seperti sekarang.. aku hanya bisa menyaksikan perkelahian beberapa pria dari balik dingding tangga sekolah ku.
Bagiku mereka semua tak lebih dari seorang pengecut yang hanya bisa menyelesaikan masalahnya lewat kekerasan.
Aku sering berfikir. Apa mereka punya pikiran? Memang apa yang mereka dapat lewat pukulan pukulan dan bogeman bogeman itu? Hanya rasa sakit saja. Mereka menyakiti diri mereka sendiri dan membuang buang tenaga untuk hal yang sia sia bagiku.
Kini perkelahian itu selesai dan hanya menyisakan salah satu kumpulan dari pria yang saling baku hantam lainnya. Ia tergeletak di lantai sekolah yang dingin dengan meringkuk dan memegangi lengan kanan nya.
Aku tak tau jelas siapa dia. Tapi aku memberanikan diri dari tempat persembunyianku.
"Pengcut!" Hanya itu kata kata yang bisa aku keluarkan dari mulut ku setelah melihat laki laki ini dengan tatapan memelas minta ditolong. Mungkin..
Tanpa berfikir untuk menolong aku hanya melewatinya begitu saja meninggalkan laki laki berseragam sama sepertiku dalam keadaan yang cukup mengenaskan. Salah nya juga untuk berkelahi dengan preman preman sekolah ini.
~oOo~
Febi analisha santih atau yang akrab dipanggil febi adalah salah satu siswa sma jurusan ipa. Kini harus berhadapan dengan para pria dewasa yang ukuran tubuhnya jauh melebihi ukuran tubuhnya sendiri setelah sepulang dari sekolahnya.
Ia menepikan sepeda motornya hanya untuk memastikan keadaan kini. Tapi seketika tubuhnya bergidik ngeri saat melihat wajah para pria dewasa yang menghadangnya itu.
Jas hitam
Sepatu bots hitam
Kaca mata hitam
Kepala botak dan hitam
Semuanya serba hitam
Apa pakaian dalamnya juga hitam?
Febi seketika menggeleng-gelengkan kepalanya menepis semua pemikiran yang muncul di otaknya. Tapi lucu juga jika pria pria ini memakai dalaman serba hitam .
Dengan segera, febi kembali menghidupkan motor maticnya untuk menyingkir dari tempat ini. Ia tau bahwa ia sedang dalam bahaya. Jika bahaya itu berati harus melakukan sesuatu. Sedangkan dia wanita. Jalan satu satunya adalah kabur.
"Mau kemana kau?!" Suara tegas yang keluar dari rahang yang begitu kuat itu kembali membuat tubuh febi merinding tak karuan. Setir sepeda motornya kini di pegang oleh salah satu dari tiga pria besar itu. Sementara kunci nya sudah dirampas paksa oleh yang lainnya.
ia sunggung ingin berteriak begal begal!! Sekeras kerasnya tapi daerah disini benar benar sangat sepi.
"Ikut aku" ketiga pria serba hitam itu kini menarik pergelangan tangan milik febi dengan paksa. Sementara si pemilik hanya bisa meronta ronta dan sesekali berteriak minta tolong. Tapi hasilnya nihil karena di daerah ini sangat sangat sepi penduduk .
"Lepas atau aku teriak!" Suaranya bergetar tak karuan karena mulutnya yang dibekap paksa oleh ketiga pria yang menurutnya sangat berengsek itu.
Ingin rasanya febi memendang kejantanan pria pria ini yang dengan beraninya menyentuh dirinya dengan tangan hitam milik mereka. Febi rasa setelah ini ia harus mandi kembang 7 rupa.
Ia tetap berusa untuk melepaskan dirinya dari tiga pria itu yang kini sudah mulai membawa dirinya masuk ke dalam mobil hitam mewah di hadapannya.
Matanya terasa begitu panas sehingga ia tak menyadari bahwa cairan bening dari matanya lolos begitu saja tanpa ia izinkan. Tapi seketika ia kembali terkejut ketika merasaka bahwa ia terpental jauh dari tiga pria pria hitam itu. Ada rasa perih di sikunya ketika ia membentur aspal jalan.
Begitu lama ia mencoba untuk mencerna kejadain ini. Tapi otaknya begitu lemot tidak terkendali hinga ia hanya mampu melihat seseorang yang memukuli tiga pria tadi.
Orang itu mendekat ke arahnya. Tapi febi sendiri tak mengetahuinya. Butuh waktu lama untuk mencerna kejadian tadi.
Tubuhnya kembali tersentak merasakan sikunya kembali terasa perih. ia menoleh.
Tunggu!
Sejak kapan ada laki laki disampingnya. Tapu sepertinya febi pernah melihat laki laki ini. Ah entahlah
"Kau?..." belum sempat febi menyelesaikan kalimatnta laki laki ini menyelanya dengan mengatakan
"Pengecut!"
Seketika ia terbangun dari posisi duduknya. Melihat laki laki yang masih dalam keadaan berjongkok menatapi dirinya dengan mata elang miliknya.
"Aku tidak butuh pertolonganmu!" Ucapnya acuh demi jati dirinya
Baginya harga diri adalah yang terpenting sekalipun mencakup tentang nyawanya. Sikapnya yang kadang acuh membuat seseorang cepat muak berada di dekatnya. Tapi apapun yang ia lakukan pasti ada alasan yang mendasad dalam kehidupan pribadinya.
"Cih. Kalau bukan karena aku kau tidak akan ada disini lagi" pria itu berucap dengan nada datar nya. Sembari membersihkan seragam sekolahnya yang kotor akibat debu debu perkelahian tadi.
Ia kembali mendekat ke arah febi. Sementara febi sendiri mencoba untuk tetap pada pertahanannya.
Sesekali kepala laki laki itu bergerak kekanan dan kekiri seperti seorang yang menyelidiki sesuatu.
"A-apa yang ka---"
Matanya kembali membulat saat merasakan tubuhnya yang sedikit berisi itu terhempas ke arah disi jalan dengan dorongan dan tumpuan yang begitu keras.
Rasanya ia tak bisa menendalikan keseimbangannya untuk tidal jatuh bersentuhan dengan aspal jalanan untuk yang kedua kalinya.
Suara riuh klakson mobil dari arah selatan yang begitu kilat melintas di telingannya. Sedikit bising dan mampu membuat nya tuli sementara.
Kini rasanya dunianya berhenti berputar. Bagai di sengat arus listrik dengan tegangan tinggi.
Ia hanya bisa berkedip merasakan detak jantungnya yang semakin mendegup keras.
Ada rasa lain yang mengalir dalam aliran darahnya. Melihat laki laki ini dalam jarak dekat membuatnya teringat akan sesuatu.
Tapi posisi mereka kini benar benar sangat hmmm. Begitulah.
"Ekhm. Kau-kau berat"
Suara berat itu mampu membuyarkan pikirannya yang entah melayang kemana. Pipinya terasa panas dan mungkin terlihat seperti kepiting rebus.
Sungguh ia benci keadaan ini. Hampir saja jantungya copot karena detak yang tidak beriringan itu.
Tadi ia hampir ditabrak sebuah mobil!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro