Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#1

.
.
.

***

Your POV

Semilir angin dengan lembut menjelajah buana. Menyelimuti daratan dengan udara dingin. Dengan hati-hati menyelinap melewati setiap celah dedaunan dalam diam. Sebab diri tidak ingin merusak jamuan meski sudah pernah mengacau.

Ruang luas terbentang di atas bumi terlukis jernih. Gumpalan kapas terlihat tergantung tipis. Menyebar di seluruh lekukan dengan tenang. Kelabu kelam menyelimuti sempurna permukaan kanvas. Tidak berniat untuk memberikan setitik harapan kepada alam.

Mentari sudah lama tenggelam dalam buaian cakrawala. Membiarkan Rembulan duduk di singgasana dengan damai. Diri sudah tahu bahwa semesta akan menuntut. Sebab perintah pun kewajiban merupakan hal sakral untuk ditinggalkan.

Bongkahan batu permata dengan sengaja menghamburkan diri. Renjana sudah berpesan lama untuk tidak meninggalkan Rembulan sendirian. Tanpa sadar bahwa daksa telah terukir tajam. Melepas seluruh benang tipis sehingga membentuk sebuah konfigurasi khusus; konstelasi.

Perwira dengan gagah berdiri tegap di belakang. Mengiring dalam diam agar Penguasa senantiasa dalam keadaan selamat. Aku menghela napas dengan pelan. Penantian lama yang selalu aku tunggu akhirnya datang. Aku tertawa kecil jika mengingatnya kembali. Hari istimewa yang hanya diadakan selama satu hari dalam kurun waktu satu tahun.

Dari sejarah yang selama ini kubaca, pada tanggal 17 Agustus, Presiden Soekarno membacakan teks proklamasi yang didampingi oleh Mohammad Hatta. Peristiwa tersebut menjadi titik awal Indonesia terbebas dari para penjajahan. Hingga saat ini, pada tanggal tersebut diperingati sebagai hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Aku mengangguk dengan semangat. Setiap daerah di seluruh Nusantara memiliki ciri khas tersendiri dalam merayakan hari istimewa tersebut. Aku masih mengingat dengan jelas ketika diriku mengikuti salah satu lomba yang diadakan. Betul, panjat pinang.

Menanjak batang pohon keluarga palem tersebut terlihat hampir mustahil. Mengingat bagian tubuh tumbuhan pohon tersebut dengan sengaja dilumuri dengan cairan licin. Panitia lomba memang sedikit licik. Kendati demikian, hal tersebutlah yang membuat seluruh acara menjadi menyenangkan.

Aku tersenyum lebar. Perasaan bangga dengan segera menyelimuti hati. Membalut dengan hangat sehingga berhasil melepaskan sejumlah emosi memuaskan. Setidaknya begitulah perasaanku beberapa waktu yang lalu.

"Jadi, tikus kecil mana yang berani menyelinap memasuki wilayahku?"

Aku meringis pelan. Ruangan luas terasa begitu asing. Tanpa sadar jikalau jiwa damai merasa sedikit terganggu. Perasaan aneh menyelimuti setiap relung hati. Membiarkan angin kering singgah dalam waktu lama. Membawa setiap butir pasir untuk dibagikan kepada penghuni. Suhu terasa begitu dingin meski udara berhasil turun melewati setiap lembah. Aku merasa tidak nyaman berada di lingkungan seperti ini. Tidak. Aku tidak nyaman berada di ruangan ini.

Terlebih kepada pria jangkung di hadapanku sekarang.

"Siapa kau?" ucapnya lagi. Suara berat terdengar begitu tenang. Mengetuk dengan sopan gendang telinga. Berharap disambut dengan gembira mengikuti alunan alam. Merebak dalam diam tanpa sadar bahwa musim dingin selalu mengikuti.

Aku sedikit merinding. Napasku tersangkut di tenggorokan. Aku tidak berani mengucapkan sepatah kata. Pria ini memiliki aura mengerikan. Dia berbahaya.

Aku selalu berharap untuk bisa bermigrasi ke dunia lain. Menjadi karakter sampingan pada sebuah cerita novel dan berakhir menjadi pemeran utama dengan pemeran utama laki-laki jatuh cinta kepadaku. Sebuah angan-angan tidak berguna. Yah, aku cukup sadar diri. Tetapi, aku tidak pernah mengira bahwa hal tersebut benar-benar akan terjadi padaku.

Ya Tuhan, aku memang ingin bermigrasi ke dunia novel tetapi tidak ke tempat seperti ini. Terlebih kepada dunia yang tidak aku tahu. Aku baru mengambil napas dan nyawaku sudah hampir melayang.

"Aku tidak suka mengulangi ucapanku."

Aku menarik napas dengan tenang. Berharap jantung memompa darah dengan damai. Tidak tergesa dan mengikuti arus sungai. Baiklah, tidak apa. Aku akan memperkenalkan diri. Aku tidak takut terhadap pria tampan ini. Maju kau!

"Aku adalah T-Rex," ucapku lantang. Satu detik kemudian aku tersadar. Aku dengan segera menutup mulut. Kalimat tersebut secara tidak sadar terucap dari bibirku. Astaga, aku yakin bahwa nyawaku sekarang akan hilang. Sayonara world. Meski sebentar, watashi cukup menikmati bagaimana rasanya bernapas di dunia lain.

Jika diberi kesempatan, aku ingin membagikan udara isekai kepada teman-temanku atau menjualnya dengan harga langit.

Pria tampan dengan tubuh jangkung itu mengerutkan kening. Surai ikal perak milikinya sedikit berjatuhan. Sedikit menutupi pandangan dengan halus. Jika diperhatikan dengan teliti, pria ini memiliki ukiran garis rahang tajam. Dia memiliki bulu mata terbilang lentik untuk seorang pria. Bola mata pria tersebut terlihat seperti sebuah permata. Menenggelamkan setiap mata yang bersinggung dalam pandangan.

"T-Rex?" tanya pria jangkung tersebut. Terdapat nada penuh kebingungan dalam suaranya.

Aku teridam beberapa saat sebelum mengangguk dengan semangat, "Benar, aku adalah T-Rex. Hewan besar dan paling kuat yang pernah menjadi penguasa di bumi!"

Dan cita-citaku ingin punah sekarang juga!

Pria tampan dengan tubuh jangkung tersebut menarik salah satu alis. Lengan kekar terbalut kain satin halus sedikit bersandar pada gagang kursi. Menahan berat tubuh dalam diam. "Besar dan kuat?" ucapnya lagi.

Aku mengangguk dengan cepat. Mengiyakan ucapan pria jangkung tersebut— tunggu sebentar. Pria ini tidak berpikir bahwa aku bisa mengalahkannya, kan? Aku kembali menggeleng. Astaga, kenapa menjadi seperti ini?!

"Baiklah, mari kita lihat seberapa kuat T-Rex ini."

Mak, tolong aku.

.
.
.

31 Agustus 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro