Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 3

*****

Pagi yang cerah dan bersahabat untuk semua umat yang beraktivitas. Terlihat beberapa orang yang mendorong gerobak sayur untuk sekedar mencari nafkah atau orang-orang yang bersiap untuk membuka tokonya di pasar, dan pejalan kaki yang hilir mudik kesana-kemari dengan hari yang diawali dengan senyuman.

Qilin adalah kerajaan yang makmur. Negeri yang dipimpin oleh Raja Wakasa dan Ratu Harumi itu bebas dari korupsi dan juga polusi. Sebuah negeri yang dianugerahi tanah yang subur serta sumber daya yang melimpah.

Namun di balik damai dan tentramnya negeri tersebut, sang penguasa ternyata menyimpan duka yang mendalam. Bukan hanya Raja dan Ratu, para penduduk pun merasakan kesedihan atas menghilangnya dua pangeran mereka.

Pangeran Ran dan Rindou menghilang ketika sang kakak berusia 6 tahun dan sang adik berusia 5 tahun. Saat itu adalah sandekala, waktu yang dilarang untuk anak-anak keluar rumah mereka. Namun entah apa yang merasuki Ratu Harumi hingga ia membiarkan kedua putranya masih bermain-main di taman istana pada waktu itu. Karena kecerobohannya tersebut, alhasil kedua pangeran hilang bak di telan bumi. Entah diculik dedemit atau dibawa lelembut, tidak ada yang tahu.

Sejak menghilangnya kedua pangeran, setiap ulang tahun mereka Raja dan Ratu serta para penduduk menerbangkan lampion ke udara dengan harapan pangeran segera ditemukan. Namun sungguh sayang, setelah beberapa tahun berlalu pun belum ada kabar tentang pangeran Ran dan Rindou.

Kursi pangeran dan putra mahkota tetap kosong, mahkota milik mereka tetap tersimpan dengan apik di sebuah ruangan. Raja dan Ratu berharap, suatu hari nanti kedua putra mereka dapat ditemukan hingga mereka bisa berkumpul dan menjadi keluarga seutuhnya. Raja dan Ratu hanya memiliki 2 orang putra, entah Ratu Harumi mengikuti program keluarga berencana karena 2 anak lebih baik atau memang ada alasan lain. Entahlah, hanya Tuhan yang tahu akhirnya.

Namun seperti yang kita tahu, dimana ada barang berharga, disitu pasti ada oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang gatal ingin mencurinya. Meski Qilin termasuk negeri yang maju dan bebas pengangguran, tetap saja ada orang-orang pemalas yang ingin kaya tanpa bekerja. Contohnya saja ketiga orang yang kini sibuk berlari dan melompat-lompat di atap layaknya ninja dari Konoha.

"Bisakah kalian membayangkan aku memiliki kerajaanku sendiri?"

"Berhentilah berkhayal, nanti kau gila seperti Izana."

"Tutup mulutmu, Manjiro."

"Jangan panggil aku Manjiro, Izana. Aku Mikey. Namaku adalah Mikey."

"Bacot."

Bukan hanya kaki, mulut mereka pun tidak berhenti bergerak untuk melayangkan beberapa omong kosong yang tidak berguna layaknya hidup mereka.

"Tenang saja, Izana. Jika aku membeli kerajaan, aku akan mengangkatmu sebagai ajudanku." Gadis berambut putih itu kembali berkata. Tampaknya ia masih terjebak dalam dunia halunya.

"Kerajaan mana bisa dibeli, bodoh. Lagipula mana sudi aku jadi pembantumu," sahut Izana saat pemuda bermata ungu itu memindai keadaan sekitar. Merasa tidak ada penjaga yang menyadari keberadaan mereka, ketua dari komplotan pencuri itu pun memberi isyarat pada kedua rekannya untuk segera beraksi.

Setelah melalui sesi hompimpa alaihim gambreng, akhirnya Yuki, gadis bermata biru itulah yang harus turun untuk mengambil mahkota pangeran. Ada beberapa penjaga di bawah sana, namun tidak ada satupun dari mereka yang menyadari bahwa benda yang mereka jaga telah raib digondol maling.

"Hidup enak, kami dataaaaanggg!" Yuki berseru saat gadis itu berlari dengan dua mahkota yang kini sudah berpindah ke dalam tas miliknya.

"Aku akan membeli Taiyaki beserta pabriknya menggunakan uang bagianku!" Manjiro tertawa bahagia membayangkan makanan favoritnya tersebut.

"Bayar dulu hutangmu padaku, baru nanti kau beli makanan tidak bergunamu itu."

Senyum cerah Manjiro seketika luntur mendengar perkataan Izana.

"Kenapa kau selalu menghancurkan kebahagiaanku?!"

Izana menyeringai melihat saudaranya yang cemberut. "Karena aku suka."

"Dasar jahat."

"Bd y."

"Teman-teman, sepertinya kita punya masalah."

Perdebatan Manjiro dan Izana seketika terhenti begitu mendengar kalimat dari rekan mereka. Yuki memberi isyarat untuk melihat ke belakang, dan disana keduanya mendapati beberapa prajurit mulai mengejar mereka.

"Sial," umpat Izana.

Ketiga pencuri itu lantas mempercepat lari mereka. Ketiganya terus berlari hingga akhirnya mereka terpaksa berhenti karena dihadapkan dengan sebuah jalan buntu. Tebing itu tidak terlalu tinggi, dan dengan memanjat ke atas mereka mungkin bisa kembali melarikan diri dari kejaran prajurit istana.

"Baiklah. Dorong aku ke atas, dan aku akan menarik kalian."

Izana dan Manjiro saling bertukar pandang. Mereka agak sangsi dengan apa yang Yuki katakan.

"Berikan tasnya terlebih dahulu."

Gadis berambut putih itu menatap Izana dengan tatapan tidak percaya. "Apa? Aku hanya -... Aku tidak percaya setelah apa yang kita lewati bersama, kalian tidak percaya padaku?"

Raut wajah datar Izana tidak berubah sedikitpun. Tangannya masih terulur sebagai isyarat agar Yuki menyerahkan hasil curian mereka padanya.

Menghela napas kesal, gadis itu segera menyerahkan tas berisi mahkota pada Izana.

Setelah mengamankan tas tersebut, Izana menyuruh Manjiro berjongkok agar ia bisa naik ke pundaknya dan Yuki bisa memanjat ke atas terlebih dahulu. Perkataan Izana tentu saja menimbulkan protes dari saudaranya, namun ocehan Manjiro segera dibungkam dengan iming-iming hutangnya akan lunas sebagai balasan.

Dengan sedikit tidak ikhlas, Manjiro segera melaksanakan titah Izana hingga Yuki akhirnya berhasil naik ke atas.

"Sekarang bantu kami naik." Izana mengulurkan tangan pada rekan perempuannya.

"Ups! Maaf, tanganku penuh."

Manik Izana membulat ketika Yuki menggoyang-goyangkan tas yang harusnya ada di bahunya. "Apa? Sejak kapan?"

"Aku ini pendendam, Izana." Yuki tersenyum manis. Gadis itu lantas pergi setelah sebelumnya mengucapkan selamat tinggal pada kedua 'mantan' rekannya yang kini berteriak menyuruhnya untuk kembali.

Tanpa mengindahkan kemarahan Izana, Yuki terus berlari memasuki hutan. Mungkin ia harus bersembunyi untuk sementara waktu hingga keadaan benar-benar aman dan para prajurit itu berhenti mengejarnya.

Tapi sembunyi dimana?

Di tengah pelarian, gadis itu tiba-tiba berhenti begitu mendapati bangunan tinggi yang dikelilingi oleh tebing seolah menyembunyikan keberadaan bangunan kokoh tersebut.

"Menara?" gumam Yuki heran.

Kenapa ada menara di dalam hutan?

.
.
.

Worlds : 918
Senin, 29 Agustus 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro