Bagian 1
*****
Suatu pagi yang cerah menghiasi kota Roppongi hari ini, udara yang segar dengan terik matahari yang tak terlalu menyengat yang terasa hangat mengenai kulit.
Weekend adalah hari bebas kendaraan yang sudah pasti mengapa udara hari ini terasa segar, ya, itu karna tak ada satupun kendaraan penyebab polusi berkeliaran di jalanan.
Banyak orang terlihat sibuk menaiki sepedanya berkeliling taman, adapun sebagian orang yang lainnya terlihat sedang berkegiatan mengasyikan seperti bermain sepatu roda atau jogging di taman kota yang indah.
Namun sepertinya cuaca yang bagus nan indah itu tidak membuat seorang Haitani Ran tergoda untuk melakukan beberapa kegiatan yang menurutnya sangat membuang waktu dan tenaga. Tidur sepanjang hari akan menjadi pilihan Haitani yang lebih tua untuk menghabiskan hari liburnya dibandingkan harus melakukan kegiatan yang menguras energi.
Tapi apa mau dikata, manusia hanya bisa berencana. Niatnya tak dapat terlaksana karena teriakan yang bersahut-sahutan di lantai bawah sukses membuat ia terjaga.
Dengan aura gelap yang mengelilingi tubuhnya, Ran turun dari tempat tidur dan berjalan gontai menuju pintu kamarnya. Rambut panjangnya yang tergerai serta piama putih yang kini dikenakannya membuat pemuda Gemini itu terlihat seperti Sadako yang keluar dari televisi.
Begitu sampai di ujung tangga, teriakan yang berasal dari dua manusia tidak berguna itu semakin jelas terdengar di telinganya. Segala umpatan, hinaan, cacian dan bermacam-macam nama hewan keluar dari mulut kotor kedua orang itu.
"Sial, melenceng! Ah tidak! Brengsek, Yuki, jangan menghalangi jalanku!"
"Apa aku terlihat peduli?"
"Sialan!" Rindou kembali mengumpat saat tatapannya tetap lurus ke layar TV di hadapan mereka.
Bunyi tombol konsol stik yang dipencet serampangan dan penuh emosi memenuhi ruang keluarga apartemen Haitani Bersaudara. Dari layar TV, suara racing game yang di setel volume maksimal tidak kalah berisiknya. Teriakan-teriakan kekalahan di bagian Rindou, dan teriakan semangat di bagian Yuki. Semuanya beradu.
Hal-hal berisik itulah yang menggangu tidur cantik orang yang kini melangkah menghampiri mereka. Diraihnya bantal sofa yang tergeletak manja di atas karpet dan lantas melempar benda itu hingga mengenai kepala salah satu dari dua pengganggu.
Bugh!
Rindou mengaduh saat sesuatu mengenai belakang kepalanya. Dengan marah, ia menoleh hanya untuk mendapati sang kakak kini tengah melotot padanya.
Glek!
Tanpa sadar, Haitani yang lebih muda itu menelan ludah gugup. Apakah 'bisikan' mereka terlalu keras hingga membangunkan Ran dari hibernasinya?
Gawat.
"Yes! Aku menang!" Gadis berambut putih sebahu itu tertawa senang, tanpa menyadari aura gelap di belakang tubuhnya. Bahkan Rindou yang tiba-tiba diam saja tidak mengganggu kegembiraan gadis bermata biru tersebut. "Sesuai perjanjian yang disepakati bersama, Rin. Pemenang akan menentukan film apa yang akan ditonton, jadi mari ki-... Ah, Hallo, Ran. Selamat pagi!"
Rindou menatap Yuki dengan antisipasi di iris batu kecubungnya. Dalam hati, pemuda itu merutuki tetangga menyebalkannya tersebut karena tidak mengerti akan situasi yang kini mereka hadapi.
Apakah Yuki lupa bahwa Ran yang tidurnya terganggu akan lebih menyeramkan dari setan di film horror mana pun?! Dan amukannya bahkan lebih mengerikan dari amukan Kyuubi ekor sembilan?! Kenapa gadis itu malah dengan santainya melambai pada Ran yang seolah tumbuh tanduk di kepalanya?!
"Apa yang kau lakukan di rumah orang pagi-pagi begini?" Ran bertanya seraya tersenyum manis. Sangat manis hingga membuat Rindou ingin kabur ke kamar mandi dan bersembunyi disana. Senyum Ran itu akan selalu berarti dua hal, baik atau buruk. Dan kali ini Rindou rasa yang kedua.
"Tv di rumahku rusak disambar petir. Dan Rindou tidak mengizinkanku menonton film pilihanku sebelum aku mengalahkannya dalam video game. Dan aku berhasil, jadi ayo kita nonton tv bersama. Ada film bagus yang sangat ingin aku tonton hari ini."
Tanpa mengindahkan protes Rindou yang ingin tanding ulang, Yuki mencabut kabel PlayStation dan menggantinya dengan DVD untuk memutar film yang akan mereka tonton bersama. Setelah selesai dengan persiapannya, gadis itu segera menarik Ran dan menyeret Rindou untuk duduk di atas sofa bersama-sama.
Ran mengeluh bahwa ia ingin tidur, namun Yuki mengabaikannya. Gadis itu juga mengabaikan gerutuan Rindou yang tidak ingin menonton film yang kini mulai berputar.
"Rapunzel? Yang benar saja! Berapa umurmu? 5 tahun?!"
"Diam, Rindou! Tonton saja filmnya."
Meraih Snack milik orang Haitani yang ia jarah, Yuki mulai fokus pada layar.
Ran yang duduk di ujung sofa sesekali menguap. Dan setiap kali itu terjadi, Yuki akan memasukkan Snack ke dalam mulut Ran yang terbuka; membuat gadis itu dihadiahi tatapan maut oleh Haitani yang lebih tua. Meski begitu, Ran tetap mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.
"Bukankah Rapunzel itu mirip denganmu, Ran?"
"Apa yang kau bicarakan? Yang mirip Ran itu Anna adiknya Elsa," sahut Rindou yang langsung diangguki oleh Yuki.
"Ah, kau benar. Dan kau mirip dengan Ratu Calissa di film Barbie mermaid tale, Rin."
Adu mulut kembali terjadi antara adik dan teman masa kecilnya, membuat Ran kembali menghela napas lelah. "Bisakah kalian tidak berisik? Aku hanya ingin tidur, sialan."
"Kalau begitu, tidurlah di kamar."
"Siapa kau mengatur-atur hidupku?" Ran mendelik pada satu-satunya gadis di antara mereka. Kaki panjangnya lalu menggeser tubuh Yuki yang membuat Rindou berteriak karena kini ia terjepit di antara lengan sofa dan tubuh tetangganya.
"Sialan. Geser sedikit, dasar kau penyihir!"
"Apa? Salahkan kakakmu yang merebahkan tubuh tiang listriknya di sofa sempit ini. Dan apa yang kau maksud penyihir, kadal Rapunzel?!"
"Kadal apa? Itu bunglon, bodoh!"
Rindou dan Yuki kembali berdebat, namun Ran mengabaikan mereka. Setelah menurunkan volume televisi, Haitani yang lebih tua berbaring dan meletakkan kepalanya di pangkuan gadis yang masih bertukar 'kata mutiara' dengan adiknya.
"Jika aku terbangun karena suara apapun itu, kalian akan berakhir di loker Davy jones."
Mendengar ancaman tersebut, keadaan menjadi sunyi seketika. Yang kini terdengar hanyalah suara samar dari televisi serta deru nafas mereka.
Ran mendesah puas dalam hati. Akhirnya ia bisa tidur dengan tenang tanpa gangguan lagi.
.
.
.
Worlds : 923
Senin, 29 Agustus 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro