Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 6


Dengan cepat, kau pun langsung menganggukkan kepalamu sambil menahan rasa sakit pada pergelangan tanganmu. Apalagi tadi kedua tanganmu sudah dijerat oleh rantai dan luka pada pergelangan tanganmu tentu saja belum pulih sepenuhnya.

"A...aku mengerti, Gil-sama... A-aku benar-benar minta maaf"

Melihatmu yang mengiyakan perkataannya, ia langsung tersenyum licik dihadapanmu.

Dengan cepat, ia langsung mencium bibirmu untuk yang kedua kalinya. Ciumannya kali ini lebih lama dari sebelumnya.

"Bibirmu... terasa sangat lembut. Aku benar-benar tidak menyangka akhirnya kau bisa menjadi milikku sepenuhnya"

Jantungmu berdegup sangat kencang. Namun, bukan karena rasa cinta yang muncul untuk raja tirani itu. Melainkan kau merasa sangat takut Gilgamesh akan melakukan hal buruk kepadamu bila kau tidak mau menuruti apa yang ia inginkan.

Lalu Gilgamesh meletakan tubuhnya tepat diatas tubuhmu. Ia menenggelamkan kepalanya tepat di sebelah bahumu dan memeluk tubuhmu erat.

"Aku rindu saat kau menemaniku seperti ini, (y/n)"

"G...Gil-sama...?"

Lalu ia mengangkat kepalanya lagi. Sehingga saat ini wajah kalian Gilgamesh benar-benar berada di hadapanmu.

"Berjanjilah padaku. Jangan tinggalkan aku lagi, oneesan..."

Melihat sifat manja Gilgamesh mengingatkanmu pada dirinya saat kecil dulu. Sifat kekanak-kanakannya sama sekali tidak berubah dari dirinya.

Entah mengapa kau merasa bahwa Gilgamesh benar-benar membutuhkanmu.

Ia tidak bisa hidup tanpamu.

Hanya kepada dirimulah ia bisa bersikap manja seperti ini.

Ia hanya mempercayai dirimu seorang.

Dalam sekejap rasa takutmu kepada dirinya pun hilang.

Kau pun menggeleng-gelengkan kepalamu.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi, Gil-sama. Percayalah padaku" ucapmu pelan. Lalu secara spontan, kau pun mengecup sebelah pipinya.

"(Y/n)..."

Lalu ia memindahkan tubuhnya tepat di sebelahmu. Sebelah tangannya mengelus-elus pipimu dengan lembut.

"Kalau begitu, sesuai dengan janjiku dulu, jadilah tunanganku, (y/n)... Kau mau, kan?"

Janji? Tunangan?

"Eh? U...um"

Secara spontan kau pun mengiyakan perkataan Gilgamesh tanpa berfikir dahulu.

Lalu Gilgamesh pun tersenyum dan langsung memeluk tubuhmu erat sambil bersikap manja kepadamu.

"Aishiteiru, (y/n). Oyasumi..."

Tak lama kemudian, Gilgamesh tertidur tepat di pelukanmu.

.
.
.
.
.

Apakah kau akan menyesali pilihanmu ini karena kau memutuskan untuk hidup bersama seorang raja Uruk yang terkenal arogan ini?

Namun disisi lain, ia tetaplah seorang Gil-kun.

Mampukah dirimu mengubah dirinya kembali menjadi sedia kala?

***

Beberapa bulan pun berlalu. Sejak saat itu kau belum pernah kembali ke dunia asalmu. Namun lama kelamaan, kau juga merasa nyaman tinggal disini. Dan kau mulai terbiasa dengan sifat manja Gilgamesh kepadamu. Kau juga terkadang selalu mengingatkan Gilgamesh bila ia bersikap terlalu kasar kepada orang lain terutama para pelayannya. Bila suasana hati raja Uruk tersebut sedang baik, ia selalu mendengarkan saran darimu.

Kau sedang berdiri di balkon kamar. Tak lama kemudian terdengar suara hentakkan kaki yang mendekat kearahmu. Spontan, kau pun menoleh kearah sumber suara tersebut.

Ternyata ia adalah calon suamimu, penakluk Uruk, Gilgamesh. Kalian sudah memiliki rencana akan menikah dalam waktu dekat ini.

"Gil-sama?"

Kau melihat Gilgamesh mengenakan pakaian zirah berwarna emasnya. Ekspresi wajahmu dalam sekejap berubah menjadi penuh dengan kekhawatiran.

Ya, kerajaan Uruk berencana akan berperang melawan negeri seberang.

"Ada apa?"

Melihat Gilgamesh yang terlohat gagah membuatmu yakin bahwa tidak ada yang harus dikhawatirkan. Apalagi Gilgamesh terkenal akan kemenangannya yang mutlak di setiap pertarungan karena dirinya yang memiliki armada tempur yang kuat. Termasuk dirinya sendiri.

Kau pun menggelengkan kepalamu.

"Tidak apa-apa. Hati-hati disana, Gil-sama. Aku yakin kau pasti bisa memenangkan pertempuran kali ini. Doaku pasti akan selalu menyertaimu"

"Tentu saja, bodoh. Tidak ada seorangpun yang bisa mengalahkan raja agung sepertiku" ucapnya angkuh.

"Selama aku pergi, kau harus menjaga kerajaan ini, kau mengerti?" lanjutnya.

"Baiklah, Gil-sama"

Lalu Gilgamesh pun membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar kamar.

***

Kini, kau sendirian di kerajaan Uruk. Walaupun Gilgamesh adalah seorang raja yang terkuat sekalipun, dirimu tidak bisa berhenti mengkhawatirkan dirinya.

Tiba-tiba, seorang pelayan datang menemuimu.

"Yang Mulia, ada seorang tamu yang sudah menunggumu di luar istana" ucapnya sambil berlutut.

"Eh? Siapa itu?"

"Seorang teman akrab tuan agung, tuan Enkidu. Beliau sudah sering berkunjung kemari
sejak lama"

"Enkidu?"

***

Pelayan tersebut mengantarmu untuk menemui tamu yang bernama Enkidu tersebut.

Sesampainya disana, betapa terkejutnya dirimu. Ternyata Enkidu adalah seorang wanita berambut hijau panjang dengan gaun berwarna putih.

Begitu pula dengan Enkidu. Ia pun terkejut karena bukan Gilgamesh yang menyambutnya melainkan dirimu. Walaupun begitu, ia tetap berusaha sopan dengan membungkuk kepadamu.

"Senang bertemu denganmu, nona"

Begitu mendengar suaranya yang berat, sekali lagi kau merasa terkejut. Ternyata Enkidu adalah seorang pria.

"Eh? Senang bertemu denganmu juga, tuan"

Lalu pria berparas cantik tersebut kembali berdiri.

"Maaf bila aku mengganggu waktumu, nona. Apa aku bisa bertemu dengan Gilgamesh-sama?"

"Maafkan aku, Gil-sama sedang tidak ada disini. Kalau boleh tahu, memangnya ada perlu apa tuan dengan Gil-sama?"

"Ah! Bukan urusan yang terlalu penting. Sebelumnya aku memang sering berkunjung kemari"

"Oh, begitu rupanya"

"Maaf bila aku kurang sopan, nona. Tetapi kurasa aku baru melihatmu berada di kerajaan Uruk. Apakah kau kerabat jauh dari Gilgamesh-sama?"

"Eh? B-bukan. Kau keliru, tuan. Sebenarnya, aku adalah calon istri Gil-sama"

"A-apa? Calon istri?"serunya tidak percaya.

Kau hanya mengangguk berusaha membuatnya yakin.

"Aku belum pernah mendengar kabar soal ini dari tuan Gilgamesh" ucapnya sembari melihat kedua matamu lekat lekat.

Kau merasa sedikit resah karenanya.

"Eh...Maaf jika aku malah membuatmu terganggu" katanya langsung mengalihkan pandangan.

"Ehh??! Kau tak perlu minta maaf..." ucapmu kikuk.

Lelaki berambut hijau itu tertawa melihat tingkahmu itu.

"Ahaha... aku rasa kau ini memang cocok menjadi calon istri tuan Gilgamesh. Ia tak mungkin salah memilih" ujarnya sambil sedikit tertawa.

Kau hanya bisa tersipu malu mendengar ucapannya itu.

"Baiklah, aku rasa sebagai teman baik tuan Gilgamesh-sama sudah seharusnya aku mengenalkan mu dengan lingkungan sekitar kerajaan ini" tuturnya dengan mimik wajah penuh bahagia.

"Eh? Memangnya kau ingin membawaku kemana?" tanyamu.

"Kemana saja, asal bukan tempat yang sudah pernah kau kunjungi" jawabnya.

Ia menggandeng tanganmu dengan lembut.

"Ayo kita berjalan jalan sebentar" serunya.

Kau merasa itu bukanlah ide yang buruk. Hingga akhirnya kau memutuskan untuk pergi bersama Enkidu.

***

Kau dan Enkidu menjelajahi setiap sisi kerajaan Uruk yang belum pernah kau ketahui. Di sana kau menemukan berbagai macam hal baru untuk dipelajari.

Bahkan kau sempat di bawa ke tempat pertanian warga disana. Kau jadi bisa mengetahui bagaimana cara mereka bercocok tanam.

***

Hari silih berganti, hubungan kau dan Enkidu menjadi semakin erat. Kau merasa Enkidu adalah lelaki yang sangat polos dan baik hati. Tidak seperti calon suamimu yang sangat angkuh nan jahat.

Hari ini Enkidu datang kembali seperti biasanya namun kali ini wajahnya sedikit lesu.

"Enkidu? Ada apa dengan wajahmu itu?" tanyamu khawatir.

"Aku rasa aku harus memberitahu mu  kebenaranku yang sesungguhnya" ujarnya.

"Hah? Apa maksudmu?" kau kebingungan.

"Kemarilah aku ingin membicarakan sesuatu denganmu" serunya.

Kau agaknya masih bingung dengan apa yang ia sampaikan namun kau tetap saja berjalan mengikutinya.

Ia membawamu masuk ke dalam sebuah hutan. Tentunya kau jadi penasaran dengan apa yang hendak ia bicarakan saat ini.

Banyak hewan hewan liar yang berjalan mendekat ke arah Enkidu. Kau jadi merasa ketakutan dibuatnya.

Ia duduk di bawah sebuah pohon rindang. Kau segera duduk di sampingnya.

Ia menghela nafas panjang.

"Kau tahu (y/n)? Sebenarnya aku tidak terlahir dari rahim seorang wanita manapun di dunia ini" ucapnya.

"Apa maksudmu?" tanyamu.

"Aku terbentuk dari tanah liat yang diciptakan oleh seorang dewi..."

Ia melayangkan pandangannya ke langit.

"Dewi itu.. memerintahkanku untuk melawan seorang raja yang kejam di zaman ini. Namun ia memberikanku satu syarat yaitu 'aku harus melawan raja itu di saat usianya menginjak dewasa" jelasnya.

"Apa raja yang kau maksud itu adalah tuan Gilgamesh" tanyamu.

Enkidu mengangguk.

"Tapi aku tidak mungkin bisa membunuh teman baik ku. Aku rasa aku telah memilih untuk melawan dewi itu" jawabnya.

Ia terdiam sesaat.

"Dan sekarang aku merasa takut dengan apa yang akan terjadi di masa mendatang sebagai akibat dari pilihanku ini" jelasnya.

Kau menepuk bahunya.

"Apapun akibatnya itu aku akan menanggungnya bersamamu, kau tak perlu khawatir" ucapmu.

Enkidu terbelalak dengan apa yang baru saja kau katakan. Kemudian ia sedikit tertawa.

"Ehehe kau memang wanita yang sangat misterius ya (y/n)" katanya.

Kau hanya tersenyum sambil menggaruk garuk kepala.

Beberapa menit berlalu dan tiba tiba saja seorang pelayan wanita berlari mendekati kalian berdua dengan tertatih tatih karena kehabisan tenaga.

Kau terkejut dan segera menghampirinya

"Apa yang kau lakukan? Mengapa kau kemari?" tanyamu khawatir.

"Nona muda, anda kemana saja aku telah mencarimu sedari tadi? Tuan Agung telah kembali... sekarang ia benar benar sangat murka, kumohon ayo kita segera bergegas ke istana" pintanya sambil terengah engah.

Enkidu menggandeng tanganmu.

"Biar aku saja yang mengantarkannya kau beristirahatlah dulu di sini" serunya.

Kau dan Enkidu segera bergegas menuju istana.

***

Sesampainya disana...

Raja Gilgamesh melihat kalian berdua dengan tatapan tajam manik merahnya. Kau sangat amat ketakutan.

"Apa yang baru saja kalian berdua lakukan tanpaku?" tanyanya dengan nada penuh amarah.

"Gilgamesh-sama tolong jangan berprasangka buruk. Aku hanya mengajaknya berkeliling sebentat" tutur Enkidu.

Gilgamesh menatap kedua mata Enkidu dengan tajam.

"Hm..? Apakah benar apa yang ia katakan itu (y/n)?" tanya Gilgamesh dengan nada rendah namun masih mengancam.

Kau hanya bisa mengangguk.

"Apakah aku masih bisa mempercayai kalian berdua dalam situasi seperti ini?"

Gilgamesh segera berjalan mendekatimu. Langkah kakinya benar benar membuat jantungmu bergetar karena ketakutan.

Enkidu segera menghadang Gilgamesh.

"Janganlah kau menghukumnnya! Ia tak bersalah" ujar Enkidu.

Seketika wajah Gilgamesh berubah menjadi sangat menyeramkan.

"Pergilah!! Aku sudah tak lagi mempercayaimu!!" perintah Gilgamesh dengan nada tinggi.

Namun Enkidu masih tetap berada di depanmu. Ia tak bergerak sedikitpun. Gilgamesh mendelik ke arahnya.

"Apa kau tak mendengarku? PERGILAH!!" serunya lagi.

Tiba tiba saja muncul lusinan lingkaran cahaya emas dari belakang Gilgamesh. Cahaya cahaya itu mengeluarkan berbagai macam senjata emas yang sangat tajam.

"Bukankah kau pernah bilang tak mau kita bertarung seperti ini?" tanya Gilgamesh.

Enkidu terdiam sesaat.

"Baiklah.. aku akan pergi. Namun tuan kau tak boleh menyakitinya" jawab Enkidu.

Seketika lingkaran cahaya itu perlahan menghilang.

Enkidu berbisik ke arahmu.
"Maafkan aku... kuharap kau bisa bertahan. Aku pasti akan membantumu!"

Enkidu segera pergi keluar dari istana itu. Kini hanya tinggal kau dan Gilgamesh yang ada di ruangan itu.

Ia langsung menarik tanganmu dengan kasar. Kau sangat kesakitan dibuatnya.

"Gilgamesh-sama tolong lepaskan aku" katamu sembari mencoba melepaskan tanganmu darinya.

Gilgamesh tak menghiraukan ucapanmu. Bahkan ia malah menggenggam tanganmu dengan semakin kuat.

Kau dibawa menuruni tangga menuju sebuah ruangan bawah tanah.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro