Chapter 4
(Flashback)
Sudah satu bulan sejak dirimu menjadi pelayan pribadi seorang raja muda Uruk.
Hari ini, ia memintamu untuk membersihkan ruangan pribadinya.
"(Y/n)!" panggil raja kecil itu.
Spontan, kau langsung menletakan lap diatas meja dan segera menoleh kearah Gilgamesh.
"Iya, tuan muda?"
"Kau ini. Sudah kubilang, bila hanya kita berdua panggil saja aku Gil-kun"
"Ah! Maaf, Gil-sama. Hanya saja... bagaimana, ya mengatakannya? Saya hanya merasa tidak sopan kepada anda. Maafkan saya" ucapmu canggung, namun berusaha untuk tetap sopan.
"Mattaku, kau ini selalu saja begitu. Ini!" ucap Gilgamesh sambil menyerahkan secarik kertas kepadamu.
Kau pun menerima kertas tersebut dan membacanya sekilas.
"Apa ini, Gil-sama?"
"Itu adalah daftar apa saja yang harus kau lakukan setiap harinya. Aku baru menyusunnya tadi. Dan aku pikir, daftar sebelumnya yang telah aku buat terlalu memberataknmu karena terlalu banyak hal yang harus kau lakukan" balas raja kecil itu.
"Eh?! Gil-sama! Kau tidak perlu melakukannya. Aku sama sekali tidak keberatan dengan jadwal kita sebelumnya"
"Ah, mou! Apa kau tidak mengerti, (y/n)?" tanya Gilgamesh sambil menggaru-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Eh?"
"Coba baca apa yang tertulis disana, (y/n)" seru Gilgamesh sambil menunjuk kearah kertas yang sedang (y/n) pegang.
Dengan cepat, (y/n) langsung membaca kertas tersebut.
"A-aku hanya... aku hanya ingin lebih banyak menghabiskan waktu denganmu daripada kau harus membersihkan seisi kerajaan" ucap raja kecil itu malu-malu. Tanpa ia sadari, kedua pipinya pun menjadi sedikit memerah.
Namun, dirimu sama sekali tidak memperhatikan Gilgamesh dan tetap berusaha keras untuk membaca secarik kertas tersebut.
Gilgamesh yang merasa dirinya tidak dihiraukan olehmu langsung melirik kearahmu. Ia melihat dirimu yang terlihat kesulitan membaca tulisan pada kertas tersebut sambil mendekatkan kertas itu kearah wajahmu.
"Nee, (y/n)? Kau mendengarku?" tanya Gilgamesh.
Perkataan raja Uruk tersebut langsung membuyarkan fokus (y/n) dari kertas tersebut.
"Ah! Maaf, Gil-sama. Sepertinya, aku tidak bisa membaca tulisan pada kertas ini. Maafkan saya"
"Eeh... Jadi di duniamu tulisan tidak seperti ini, ya?"
"I-iya. Tulisannya benar-benar berbeda. Saya sama sekali tidak mengenalinya, Gil-sama"
"Sokka. Kalau begitu, mau aku ajari cara membacanya?"
"Eh? Gil-sama, apa kau tidak merasa keberatan?"
Lalu Gilgamesh meraih sebelah tanganmu dan menggenggamnya erat.
"Daijoubu da yo. Sa, kalau begitu, ayo kita pergi belajar!" seru Gilgamesh antusias sambil menarik sebelah tanganmu dan berjalan keluar dari ruangan Gilgamesh.
"Eh? T-tunggu..., Gil-sama!"
***
Akhirnya, Gilgamesh pun menghentikkan langkahnya di sebuah taman kerajaan. Tidak seperti taman kerajaan pada umumnya, karena Babilonia terkenal dengan iklimnya yang panas, taman kerajaan Gilgamesh ditanami tanaman-tanaman yang hanya bisa tumbuh di daerah gurun dengan kolam oasis yang berukuran lumayan besar di tengahnya.
"Gil-sama, kenapa anda mengajak hamba kemari?"
"Tentu saja untuk belajar. Sejujurnya aku kurang suka bila harus belajar di perpustakaan. Jadi, aku selalu belajar disini" balas Gilgamesh sambil tersenyum.
Bagaimana pun juga, Gilgamesh masihlah anak-anak. Setinggi apapun gelarnya saat ini, ia tetap tidak bisa menyembunyikan sifat naluri kekanak-kanakannya.
"Begitu, ya. Jadi Gil-sama lebih menyukai tempat terbuka untuk belajar"
"Um! Tentu saja. Kalau begitu, ayo!"
Gilgamesh pun mengajakmu ke sebuah gazebo yang letaknya tak jauh dari tempat dimana kalian berdua berdiri.
Gazebo tersebut berukuran sedang dihiasi dengan ornamen khas Uruk kuno.
Tidak ada meja dan kursi taman disana, sehingga Gilgamesh duduk di lantai gazebo tersebut.
"Duduklah, (y/n)"
"B-baiklah, Gil-sama"
Kau pun langsung duduk tepat di sebelah Gilgamesh.
"Pelayan!" panggil Gilgamesh.
"Iya, tuan muda?"
"Tolong bawakan buku-buku dan peralatan belajarku, ya" pinta Gilgamesh.
"Baik, tuan muda"
Dengan cepat, pelayan tersebut langsung membawakan barang yang Gilgamesh minta tadi.
"Terima kasih, ya" ucap Gilgamesh ramah sambil tersenyum manis.
"Dengan senang hati, tuan muda" balas pelayan tersebut sambil pergi untuk melanjutkan pekerjaannya yang lain.
"Ayo kita mulai, (y/n)"
"Baik, Gil-sama" balasmu sambil tersenyum manis kearah Gilgamesh.
Lalu Gilgamesh membuka sebuah buku pelajaran miliknya.
"Ini adalah buku yang aku gunakan saat aku belajar membaca dulu. Aku yakin dengan buku ini kau pasti akan langsung pandai membaca"
"Wah, benarkah? Sepertinya Gil-sama senang sekali belajar, ya"
"T-tidak juga, (y/n). Tetapi, sebagai seorang raja bukankah sudah seharusnya orang yang pintar?"
Mendengar perkataan Gilgamesh tersebut membuatmu secara tidak sadar meletakan sebelah tanganmu diatas kepala Gilgamesh dan mengelusnya dengan lembut sambil tersenyum kearahnya.
"Memang benar, Gil-sama. Namun, sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin bukan hanya dari kepintarannya saja, menurutku kebaikan hati seorang pemimpin jauh lebih penting dibandingkan itu. Jadi, untuk menjadi raja yang baik sebisa mungkin kau harus memiliki kedua sifat tersebut"
Tiba-tiba, mata Gilgamesh pun berbinar-binar menatapmu. Sepertinya ia merasa terinspirasi dengan apa yang kau katakan kepadanya.
"Ah! Maaf, Gil-sama. Sebagai budak pribadimu, aku sudah mengatakan hal yang tidak sopan!" serumu sambil mengangkqt sebelah tanganmu dari puncak kepala Gilgamesh yang mungil.
Dengan cepat, Gilgamesh langsung menggelengkan kepalanya.
"Tidak, kok. Malah aku merasa perkataanmu itu benar, (y/n). Um! Sudah kuputuskan, aku pasti akan menjadi raja idealmu, (y/n)!"
"Sonna... Gil-sama, kau tidak perlu sampai-"
Tiba-tiba, tangan mungil Gilgamesh menggenggam erat kedua tanganmu. Membuatmu tidak bisa melanjutkan perkataanmu tadi.
"(Y/n), setelah aku dewasa nanti, aku pasti akan datang untuk melamarmu!" seru Gilgamesh tiba-tiba.
Perkataannya itu membuatmu sangat terkejut.
"Eh?!"
Lalu, Gilgamesh menjentikkan jari kelingkingnya tepat dihadapanmu.
"Aku berjanji, (y/n). Percayalah padaku"
"Gil-sama..."
Kau pun tertawa kecil dan langsung membalas kelingking kecil milik Gilgamesh tersebut. Sejujurnya, kau sama sekali tidak menganggap serius perkataan raja muda Uruk tersebut. Namun, karena kau sekarang adalah budak pribadinya, mau tidak mau kau harus membuatnya senang. Walaupun itu hanyalah kebohongan belaka. Dan lagi umur Gilgamesh sekarang masihlah sangat belia, sehingga membuatmu berfikir bahwa ia akan melupakan perkataannya itu saat ia sudah dewasa nanti.
"Um! Aku akan menunggumu, Gil-sama" ucapmu sambil tersenyum.
***
Tak terasa sudah 2 jam berlalu sejak kalian berdua mulai belajar.
Setelah mengajarimu cara menulis beberapa huruf, Gilgamesh memintamu untuk menulisnya lagi agar kau semakin menghafal hurufnya dengan baik.
"Gil-sama, aku sudah selesai menu-"
Begitu menoleh kearah Gilgamesh, ternyata ia sudah tertidur lelap diatas beberapa tumpukan bukunya.
"Gil-sama..." ucapmu perlahan.
Tadinya kau hendak membangunkan raja kecil tersebut. Namun, setelah mendengar suara nafasnya yang lembut membuatmu tidak tega untuk membangunkannya.
Tanpa dirimu sadari, kau pun tersenyum melihatnya.
Perlahan, kau langsung menggendongnya dan membawanya ke kamarnya untuk membaringkan tubuhnya.
Sesampainya di kamar, kau meletakkan tubuh Gilgamesh diatas kasurnya yang berukuran besar.
Lalu kau mengelus-elus keningnya dengan lembut.
'Menjadi seorang raja di umur semuda ini, pasti berat untukmu, bukan, Gil-sama..., gumamu dalam hati.
Tanpa kau sadari, kau pun mendekatkan wajahmu kearah wajah Gilgamesh yang sedang terlelap.
Lalu...
Cup ~
Kau mengecup kening mungilnya dengqn lembut.
"Otsukare sama, Gil-sama. Jya, oyasuminasai" bisikmu.
Sejujurnya, dilubuk hatimu yang terdalam, karena kepolosan dan sifat baik hati yang dimiliki Gilgamesh, membuat dirimu menganggap Gilgamesh sebagai adikmu sendiri.
Lalu kau pun beranjak dari tempat tidur sang raja tersebut.
Tiba-tiba, dari belakang, seseorang menarik sedikit kain pakaiannmu. Spontan, kau langsung menoleh kebelakang. Ternyata, itu adalah Gilgamesh.
"(Y/n), kau mau kemana?" tanyanya sambil menggosok-gosok sebelah matanya. Ia kelihatannya masih terlihat mengantuk.
"Gil-sama? Maaf membangunkanmu. Aku harus pergi. Banyak tugas menungguku"
"Kumohon, jangan pergi. Temani aku disini, (y/n)" pinta Gilgamesh sambil sedikit merengek. Kali ini ia terlihat seperti anak kecil sepenuhnya.
Perilaku menggemaskan Gilgamesh tersebut membuatmu tidak tega untuk meinggalkannya sendirian disini.
Kau pun menghela nafas panjang.
"Wakatta, aku akan menemanimu sebentar, Gil-sama" ucapmu sambil kembali duduk di atas kasur.
"Berbaringlah..." pinta Gilgamesh manja.
"Eh? T-tapi, budak sepertiku tidak boleh tidur disini, Gil-sama"
"Ii kara... Ini perintah dari raja. Kau harus menaatinya" rengek Gilgamesh.
Kau sempat ragu untuk tidur disana. Namun karena dirimu adalah budak pribadi raja, kau harus mau melakukan apapun keinginan raja.
Kau pun membaringkan tubuhmu disana. Dengan cepat, tubuh mungil Gilgamesh langsung memeluk tubuhmu erat.
"G-Gil-sama..."
"Tidak apa-apa. Temani aku disini ya, oneesan" ucap Gilgamesh sambil tersenyum.
"O-onee...san?"
"Mulai sekarang kau adalah kakak perempuanku. Kau satu satunya anggota keluarga yang berharga yang kumiliki, oneesan"
Gil-sama memang masih sangat polos. Tadi ia bilang ingin melamarku. Tapi sekarang ia ingin aku menjadi kakak perempuannya. Gil-sama memang masih kanak-kanak, ya. Benar-benar menggemaskan"
"Baiklah, Gil-sama. Kalau itu anggapanmu terhadapku"
"Mou! Berhentilah memanggilku dengan panggilan -sama. Panggil aku dengan -kun. Sekarang aku adalah adikmu, bukan?" gerutu Gilgamesh sambil mengembungkan kedua pipinya. Membuatnya benar-benar terlihat sangat menggemaskan.
"Wakatta, Gil-kun, adik laki-lakiku yang berharga" ucapmu memanjakan Gilgamesh.
"Aku menyayangimu, oneesan"
"Aku juga, Gil-kun"
***
Lanjut...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro