Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode Keempat

Mangata terpancar ditengah danau. Riak air mengeskpresikan jiwa yang tenang. Alang-alang bergerak mengikuti sepoi angin bertiup. Permata langit bak ditumpahkan membentuk puluhan konstelasi.

Dua manusia yang saling bersua itu sama-sama terpaku pada karya Tuhan, terduduk diatas ramparan rumput hijau. Saling menikmati pikiran masing-masing. Si pria mengadah, lagi-lagi bayangannya hadir. Tak jenuh maupun bosan menghantui pikiran. Entah sampai kapan hukuman ini akan usai, bisa jadi tak akan pernah.

"Memikirkan istri Anda lagi?" pertanyaan (Name) membuat buyar lamunan. Gadis ini memang seolah tau segalanya.

"Tidak ada urusannya denganmu."

"Memang tidak ada, tapi saya ingin mendengarnya, kisah Anda dan istri Anda. Bolehkah?"

Toji sedikit enggan. Menceritakannya berarti mengingat trauma itu lagi. Hari dimana sang istri pergi meninggalkannya sendirian. Namun kali ini hati Toji siap, tidak ada ragu dalam diri.

"Istriku meninggal satu minggu yang lalu, kecelakaan. Ia pergi, bersama calon bayi kami. Aku benar-benar pria brengsek. Aku tidak ada disana disaat terakhirnya. Yang kulakukan hanyalah menghamburkan uang, mabuk. Haha, laki-laki sepertiku benar-benar brengsek." Tawa miris mengakiri dialog.

"Benar, kau brengsek."

Toji terpaku mendengar kalimat puan. Tidak bereskpetasi pada kata-kata itu, namun benar adanya.

"Tapi kematiannya bukan salah Anda. Itu sudah tercatat dalam takdirnya, tidak ada yang bisa disalahkan. Semua akan mengalami mati, pun dengan cara yang berbeda-beda. Jikalau Tuan memang meyesal tidak berada disisi beliau di saat terakhirnya, setidaknya sampai akhir tuan masih mencintainya. Penyesalan akan selalu ada, tapi mau sampai kapan? Banyak hal yang menunggu didepan, jangan terus-menerus terjebak dalam masa lalu. Lepaskan perlahan."

"Kau ini memang selalu banyak bicara ya." Tuan terkekeh, "Tapi terimakasih. Kau benar, aku terlalu larut dalam keterpurukan."

"Saya hanya mengatakan yang saya pikirkan. Sebenarnya saya pun mengalami hal yang sama, ditinggalkan. Saya tau rasanya, tau betapa menderitanya itu."

"Kupikir kau hanya wanita yang pandai berbicara saja. Ternyata kau menyimpan cerita menyedihkan seperti itu juga."

"Wah, terimakasih atas pujian berharganya, Tuan--"

"Toji. Fusiguro Toji."

"Eh, apakah paman yang ketus ini sudah mulai luluh? Akhirnya saya mengetahui nama Anda. Meskipun terlambat, tapi senang bertemu dengan Anda, Tuan Fushiguro."

***

Waktu merangkak cepat, meninggalkan kenangan dibelakang. Hari membuat bulan, bulan membuat tahun. Merangkai sebuah kisah yang dirangkai tiap insannya. Malam yang kesekian, dengan tempat yang sama. Senyuman gadis itu menyapa. "Selamat malam Tuan Fushiguro!"

"Malam, (Name)."

"Hari ini hendak kemana?" Puan bertanya.

"Entahlah, aku sedang tidak ingin keluar."

"Begitukah? Kalau begitu disini saja." (Name) melompat ke arah ranjang, rebah. Toji ikut duduk di tepi, bibirnya kelu hendak mengucap. Sudah cukup lama ia dan (Name) saling mengenal satu sama lain, namun tak menjawab ribuan pertanyaan tentangnya.

Dimana (full name) berasal?

Apa yang sebenarnya membuatnya datang ke balkonnya setiap ia terbangun di malam hari?

Hingga saat ini belum ada jawaban pasti.

"(Name)." Panggil tuan lirih. Yang dipanggil hanya menoleh.

Ragu-ragu, Toji menelan saliva kasar, "ada yang ingin kutanyakan."

"Ya Tuan?" (Name) bangkit, duduk di sebelah Toji.

"Sebenarnya, kau ini datang darimana? Bagaimana kau selalu datang ke balkon setiap malam?"

(Name) termakan senyap. Tubuhnya seakan kelu. "A-aku..."

"Kau tidak perlu takut, aku hanya ingin tau."

Sekujur tubuh (Name) membeku. Apakah kebenaran harus diungkap sekarang?








TRS GATAU. LANGSUNG KE BAB 5 SJ

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro