3
═══════•°• ! Warning ! •°•═══════
╰► ᴬʷᵃˢ ᵗʸᵖᵒ ᵇᵉʳᵗᵉᵇᵃʳᵃⁿ
╰► ᴬᵍᵃᵏ ᵒᵒᶜ
╰► ᴬˡᵘʳ ˢᵉᵖᵉʳᵗⁱⁿʸᵃ ᵍᵃʲᵉ
═•°• ! INFO ! •°•═
╰► Italic : karakter sedang membatin, kata yang dianggap penting, kata yang menggunakan bahasa luar (Inggris, Jepang, Korea).
╰► Bold : dialog yang bermakna penting dalam cerita.
╰► Bold Italic : Sound effect, tanggal + jumlah word.
◢◤◢◤◢◤◢◤◢◤◢◤◢◤
.
.
.
.
.
┎┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┒
ANOTHER WORLD
┖┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┚
.
.
.
Merentangkan kedua tangannya menghadap arah cermin berbentuk persegi panjang, ia melihat penampakan dirinya sendiri melalui kaca. Sebuah sweater bewarna hitam senada dengan celana panjangnya juga, satu outfit yang dengan baik hatinya dibelikan oleh (Name) untuk dikenakan iblis itu.
"Pakaian macam apa ini? Aneh banget," komentarnya menatap lengan sweater yang tampaknya lebih panjang dari pada tangannya sendiri.
'Kawaiii,' batinnya yang masih sibuk mengambil banyak foto iblis itu dari berbagai sudut. Bahkan ia sempat tepar terkena serangan damage keimutan iblis ini. Tapi memaksanya memakai pakaian itu pun butuh perjuangan setengah mati.
Sedikit membungkuk untuk menyamakan tinggi badan mereka, (Name) mengulas senyum khas miliknya sembari mengusap pucuk kepalanya tanpa kenal rasa takut. "Kau imut kok pakai itu. Lagian pakaian oni mu kan terlihat aneh kalo berada di zaman ku," ujarnya.
Tangan (Name) yang berada di atas kepalanya buru-buru ditepis dengan kasar. "Jangan sentuh! Dasar manusia tidak tau diri!"
"Astaga, kasar banget sih. Tapi yodahlah, yang penting masih sayang yagesyak"
Sembari berdecih, iblis imut itu melangkahkan kaki mendekati ranjang dan duduk di sana. Merasakan empuknya kasur yang didudukinya, sungguh ia tidak mengetahui barang-barang apa yang berada di sekitarnya. Semua terlihat asing di matanya yang unik. "Beri aku hadiah karena sudah memenuhi keinginanmu manusia"
'Beneran kawai dong!' batinnya menjerit. Terkekeh kecil (Name) mendudukkan diri di atas ubin lantai sembari menatap iblis itu dari bawah. "Baik. Apa yang kau inginkan? Hape? Wifi?" tanyanya.
"Aku tidak mengerti dengan benda-benda ga jelas itu," balasnya.
'Tapi itu paling kubutuhkan sih. Pokoknya ada hape dan wifi, sip... Hidup gweh udah damai tentram sejaterah'
Menghela nafas lelah (Name) pun menanyakan apa yang diinginkan oleh iblis terimutnya ini, "Terus mau apa deck?"
"Biarkan aku melihat warna darahmu," pintanya dengan tampang tak berdosa. Yah... namanya juga iblis sadis. Maklumin saja lah ya.
Bergidik ngeri (Name) hanya bisa meneguk liur, mengingat jika husbu satu ini memang menyukai hal-hal gila seperti itu. "Etto... yang lain aja ya?" tawarnya.
"Lukai aku," ucapnya dengan enteng.
"Hah?!" Biarkan (Name) loading untuk sesaat karena otaknya sepertinya ngelag. Sebelum ia akhirnya mengerti maksut permintaan Enmu yang selalu ngadi-ngadi. "Dasar sinting! Hobi kok malah nikmati rasa sakit, serem banget bujank!" responnya tidak terima.
"Ngomong apaan sih? Suka-suka aku dong! Sudah lama aku merasakan kenikmatan rasa sakit," balasnya. Ia menampilkan senyum aneh di wajahnya beserta semburat merah yang juga terlukis di sana ketika membayangkan rasa nyeri yang sempat dirasakannya.
'Husbu siapa ini? Kok ga waras?'
"Ga boleh! Mulai sekarang aku akan mengubah sifat, kebiasaan, dan hobi gila mu itu!" putus (Name) mengepalkan tangannya di depan dada, sebagai penanda ia telah mengumpulkan niat dan tekad untuk memperbaiki iblis bejat itu.
'Kek nya watashi cocok jadi nee-chan. Sip, jadi nee-chan nya dek Enmu ga buruk juga!'
"Kau tidak akan bisa mengubahku," balas Enmu memandang remeh.
"Liat saja! Dengan kekuatan vvibu, watashi bakal ngerubah iblis bejat nan imut inieh!" serunya bersemangat 45.
"Tidak ada yang paling nikmat kecuali merasakan rasa sakit yang begitu enak," ucapnya masih terbayangkan rasa sakit yang luar biasa saat ia menerima darah dari Kibutsuji Mujan.
'Memang kalo dah gila ya gini. Heran, napa aku bisa ngehusbuin iblis gila sih'
"Itu salah! Kan masih ada hobi lainnya kek rebahan, mangan, turu, ngegame, ngehalu," balasnya yang tau-tau sudah mendekatkan wajahnya pada wajah putih pucat milik iblis itu.
"Apa itu? Sudah kukatakan tidak ada yang menarik!" balasnya tetap kukuh pada pendiriannya. Kan sudah mengakar dari dalam, tentu sangat susah memperbaikinya.
"Pokoknya! Ga mau tau aku!" sahutnya tak mau kalah dalam berdebat.
"Cerewet sekali dasar manusia bodoh!"
"Justru kamu nya yang keras kepala!"
"Manusia tidak perlu ikut campur!"
"Terserah watashi!"
"Jangan keras kepala!"
"Ngaca dong!"
"Dasar menyebalkan! Mati saja kamu!"
"Untung gweh sayang kalo engga kucincang kamu!"
"Hee? Coba saja! Manusia bisa apa melawan iblis bulan sepertiku!
"Lu kan ga bisa make kekuatan. Ya artinya pangkat lu ga guna dong"
"Jangan menghinaku!"
"Itu rill dekk!"
"Dasar manusia tidak tau diri! Aku tidak tertarik menjadikanmu pengikutku, mati saja sana!"
"Ckckckck. Gweh maunya jadi ayangmu bukan babu!"
"Mati kau!"
"Oh? Ngajak gelud? Hayuklah!"
Dan begitulah baku hantam dimulai-- ah diralat. Maksutnya perang barang-barang yang dilemparkan menuju target masing-masing, persis perang bantal. Barang yang ada di sekitar mereka pun mau tidak mau menjadi korban lemparan, miris sekali.
Tidak cuman berhenti di situ saja. Begitu mereka kehabisan barang untuk dilempar, akhirnya mereka berdua berganti adu jotos. Begitulah pergelutan dua insan itu terus berlanjut hingga mereka pun kehabisan energi.
Dengan nafas yang sudah ngos-ngosan (Name) melayangkan tinju jadi-jadian namun tak berniat menyakiti sungguhan. "Astaga capek gweh"
Sama halnya dengan Enmu yang sudah kewalahan. Ternyata ia sungguh tidak berguna, haha. "Sial! Kenapa aku jadi begini?!" omelnya merutuki diri sendiri yang tak mampu menggunakan tekniknya satu pun.
"Lagian apa-apaan? Kenapa kau setengah-setengah?"
"Ya kali aku nonjok husbuku beneran. Apalagi kamu imut banget, mana aku tega"
Ia merebahkan tubuhnya begitu saja menimpa kasur empuk di bawahnya, dengusan kecil pun keluar dari bibirnya. "Huh. Aku akan mengampunimu kali ini"
"Ha'i ha'i. Sudah sana tidur aja kalo udah lemas letih lesu lunglai lelah"
"Ini kesempatan untukmu. Selama aku lengah kau bisa coba untuk membunuhku. Tapi kusarankan potong tangan atau kakiku dulu, atau bisa juga sayat kulitku sedikit demi sedikit. Ah! Mencongkel bola mata juga lumayan. Atau mencekik sampai mati," ucapnya panjang lebar apalagi non faedah. Itu malah membuat (Name) bergidik ngeri mendengarnya.
"Udah gosah ngebacod. Turu sana!"
.
.
.
▬▬ι══════════════ι▬▬
15 Juli 2022
935 words
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro