Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[New Team Old Avengers] Bucky Barnes (1)

"Kau harus menghubungi SHIELD sekarang."

"Tetapi, ini pukul 3 pagi."

"Aku yakin mereka tidak akan peduli dengan itu jika aku mengabarkan hal ini."

Bucky Barnes tidaklah seorang Kapten Amerika. Ia seorang prajurit biasa yang bersahabat dengan kapten amerika yang asli--Steve Rogers. Tidak ada yang berubah dari hal itu, bahkan tentang kematiannya saat misi. Namun yang tidak pernah diduga adalah bagaimana 70 tahun setelah itu, tubuhnya akan ditemukan oleh pihak pemerintahan, dibawah rel kereta tempat dimana terakhir ia jatuh dalam keadaan membeku dan tidak memiliki sebelah tangan.

Mereka menyangka hanya akan menemukan mayat ajaib yang sama sekali tidak rusak dalam waktu 70 tahun, namun yang mengejutkan, Bucky masih hidup dalam keadaan membeku tersebut.

.
.
3 months before Tony's accident
.
.

Suara bel berbunyi nyaring saat itu, di sebuah sekolah di Queens. Atau lebih tepatnya dari Midtown High School. Di sebuah kelas, tampak seorang guru berjanggut menutup bukunya di depan kelas dan menatap semua murid yang ada di depannya.

"Baiklah, kalian boleh pulang. Ingat tugas yang kuberikan pada kalian," ada suara kekecewaan yang terdengar dari murid-murid disana.

"Ugh, tetapi seharusnya kau mengajarkan Olah Raga bukan Sejarah, Mr. Rogers," salah satu murid melayangkan protes pada guru itu yang hanya tersenyum dan menghela napas.

"Guru kalian sedang cuti. Dan pelajaran ini tentang perang dunia kedua dan kapten Amerika. Kepala sekolah mengatakan jika aku yang paling cocok untuk mengajarkan ini," karena semua orang di sekolah itu tahu jika Steve Rogers Jr. adalah cucu dari kapten amerika, "tenang saja, tugas kalian tidak susah. Banyak literasi tentang Kapten Amerika. Jika kesusahan, kalian bisa mencariku."

"Baiklah Mr. Rogers..."

•♢•

"Sampai jumpa besok Mr. Rogers!"

Beberapa murid tampak menyapanya yang tampak berdiri didepan pintu masuk untuk memperhatikan semua murid yang akan pulang ke rumah masing-masing. Steve Rogers memang guru berdedikasi tinggi. Guru yang tegas namun juga disukai oleh semua murid dan guru lainnya. Tentu dengan tambahan wajah menariknya adalah daya tarik yang ia miliki.

"Steve Rogers," suara dengan nada datar dan juga rendah itu membuatnya diam dan menoleh pada sumber suara. Ia menemukan seorang pria berkulit gelap dengan eyepatch yang menutupi mata kirinya.

"Apakah ada yang bisa kubantu?"

"Kurasa begitu," dibelakangnya tampak tiga orang berdiri tegap. Dua laki-laki dan satu perempuan berkuncir kuda. Entah kenapa kehadiran dari mereka bertiga benar-benar mengintimidasinya, dan membuat guru itu tampak berdiri tegap secara refleks, "aku ingin bertanya. Apakah kau mengenal seseorang bernama James Buchanan Barnes?"

...

"Kurasa, aku pernah mendengarnya. Ia adalah teman dekat dari kakekku," ia bergumam dan tentu saja dengan semua musium yang menunjukkan Steve Rogers kakeknya, ia tidak akan susah menemukan nama James Buchanan Barnes disana, "ia sudah tewas 70 tahun yang lalu bukan? Saat penyerangan markas Hydra."

Pemuda berambut cokelat yang tampak berdiri di belakang pria berkulit gelap itu tampak membuka mulutnya akan mengatakan sesuatu sebelum ia menutup mulutnya kembali.

"Kami ingin meminta bantuanmu jika kau tidak keberatan. Sebelumnya perkenalkan namaku adalah Nick Fury dari organisasi bernama Strategy Hazard Intervention Espionage Logistics Directorate," Steve tampak terdiam dan memiringkan kepalanya. Nama itu terlalu panjang untuk langsung diingat.

"Sudah kubilang nama itu terlalu panjang," pemuda berambut cokelat pendek itu berbisik pada perempuan di dekatnya sambil menahan tawa melihat reaksi Steve.

"Agent Barton..."

"Ahaha, hanya bercanda Nick," pemuda bernama Clint Barton itu tampak mengangkat kedua tangannya untuk membela dirinya.

"Kau bisa menyebutnya sebagai S.H.I.E.L.D," Steve mengangguk, sepertinya ia sedikit mengerti tentang hal itu. Dan tentu ia mengerti, ibunya sendiri adalah salah satu pendirinya. Atau itu yang ia dengar dari keluarga angkatnya, "ada sebuah informasi mengenai dirinya. Tetapi belum ada yang bisa diberitahu untuk sekarang, dan kami butuh kau untuk membantu kami."

...

"Apa yang bisa kubantu?"

•♢•

"Bagaimana--"

Steve tampak mengerutkan dahinya dan menatap pada salah satu ranjang yang ada di salah satu kamar disana. Disetting sedemikian rupa untuk terlihat seperti kamar dari tahun 1930an. Disana, tampak pemuda berambut pendek cokelat gelap tampak tertidur dengan lelapnya.

James Buchanan Barnes--atau Bucky Barnes yang merupakan sahabat dari kakeknya Steve Rogers. Bahkan saat itu ia tidak menua dan tetap seperti pria berusia 20an akhir.

"Kami menemukannya membeku dibawah sebuah rel kereta. Tempat dimana ia terjatuh 70 tahun yang lalu. Kami cukup terkejut saat menemukan ia masih hidup, dan menemukan jika didalam tubuhnya terkandung serum Super Soldier seperti milik kakekmu," Steve mengerutkan dahinya bingung. Lalu, apa yang harus ia bantu? Ia tidak mengenal siapa Bucky selain namanya dan kisahnya.

"Akan sangat mengejutkan jika ia tahu ia berada di dunia 70 tahun setelah terakhir ia ingat. Terutama, jika ia sudah terkejut karena lengannya yang harus diamputasi karena infeksi. Wajahmu mirip dengan kakekmu, jadi aku harap kau bisa masuk dan menenangkannya," ia hendak protes. Bagaimanapun, jika memang serum super soldier itu ada di dalam tubuh Bucky, jika ia mengamuk, sangat besar kemungkinan ia tidak akan keluar tanpa luka, "kami tetap akan berjaga jika ia menyerang. Bagaimanapun juga, kau adalah warga sipil."

Ia tampak hanya menghela napas dan mengangguk. Ia ingin membantu, dan itu sifatnya yang sangat buruk. Ia susah untuk menolak permintaan orang lain, dan ia tidak bisa melihat orang lain kesusahan.

"Baiklah, akan kucoba..."

•♢•

'BUCKY!'

Suara itu yang terakhir ia ingat, sebelum ia merasa jika ia tertidur sangat lama. Ia merasa kedinginan, ia merasa sangat membeku hingga ia tidak bisa menggerakkan tangannya. Dan sampai ia pada titik dimana ia terlelap sangat lama, menerima takdir ia tahu jika ia besar kemungkinan akan tewas jika ia tertidur.

Namun, setelah tidurnya itu ia merasakan kehangatan yang seolah sangat lama ia rindukan. Dan saat ia membuka mata, ia melihat langit-langit dengan kipas angin yang tampak menyala perlahan. Suara radio yang tampak menggema pelan seolah mendistrak dirinya dari semua yang ada disana.

"Dimana..."

CKLEK

Suara dari pintu yang terbuka terdengar membuatnya menoleh. Steve baru menyadari jika Bucky sadar, dan sekarang ia cukup gugup.

"Hei, akhirnya kau sadar!"

"Steve?" Bucky tampak mengerutkan dahinya sedikit bingung dengan penampilan Steve dengan brewoknya, "sejak kapan kau menumbuhkan janggut?"

"Ah ini, kau baru sadar setelah koma selama beberapa bulan. Kurasa aku lupa untuk mencukurnya," Steve memegang janggutnya. Satu-satunya alasan ia menumbuhkan janggut adalah agar ia tidak terlalu dibandingkan dengan kakeknya. Bucky tampak terdiam beberapa saat, telinganya tampak menangkap suara radio disana.

"--dodge memimpin 8-4. Oh, Dodgers!"

"Bucky? Kau tidak apa?" Steve berjalan mendekat dan tampak mencoba untuk memeriksa keadaannya. Namun, matanya menajam, tampak menatap dingin kearah Steve.

"Dimana aku?"

"Kau berada diruang pemulihan New York," ujar Steve sambil tersenyum, mencoba untuk menenangkan diri.

"Pertandingan itu," Steve tersentak. Nick mengatakan itu adalah rekaman dari pertandingan yang lama, "berlangsung pada tahun 1941. Aku tahu karena aku dan juga Steve berada disana."

Steve tersentak, ia tampak menghilangkan senyumannya dan menekan tombol dari alarm darurat yang diberikan Nick.

"Dan Steve hampir selalu memanggilku Buck," Steve kali ini melangkah mundur saat Bucky berjalan mendekatinya. Dan dengan cepat, tangan Bucky sudah mencengkram erat lehernya, "siapa kau."

Steve tampak mencoba untuk menarik napas, namun cekikan itu terlihat sangat erat hingga ia susah untuk bergerak dan bernapas.

"Barnes, tenanglah--" beberapa agen tampak masuk dan akan menghentikan Bucky. Bucky melihat kedua orang agen tersebut sebelum melepaskan Steve dan berlari menembus tembok. Semua kamar itu tampak palsu dengan video semua pemandangan jaman dulu New York. Panik, Bucky segera berlari dan meninggalkan semua orang disana.

"Kau tidak apa?" Salah satu agen tampak mendatangi Steve yang masih memegangi lehernya. Ia hanya mengangguk dan sedikit terbatuk.

•♢•

"Aku hanya ingin kau terbangun perlahan agar kau tidak terkejut."

Nick mendatangi perlahan Bucky yang dikepung oleh para agen SHIELD. Dan Clint sudah siap dengan anak panahnya yang tidak akan meleset dari Bucky jika ia mencoba melawan. Itu hanya panah teaser yang tampak akan membuat Bucky pingsan.

"Apa maksudmu?"

"Kau sudah tertidur Kolonel," ia tampak menggantungkan perkataannya dan mencoba untuk melihat reaksi dari Bucky, "selama hampir 70 tahun."

Dan melihat Bucky tampak tenang namun bingung, Clint menurunkan panahnya.

•♢•

Steve tampak diperiksa oleh tim medis mengingat Bucky mencengkram lehernya dengan erat. Hanya memar sedikit, dan setelah beberapa kali pemeriksaan, Steve dikatakan sangat sehat.

"Kau baik-baik saja?"

Clint tampak mendekati Steve dan tersenyum berkacak pinggang. Ia benar-benar mengingatkan Clint pada Steve yang ia kenal. Ia sudah tahu fakta tentang di masa ini Steve Rogers yang asli tewas, dan yang ada didepannya adalah cucu dari Steve.

Dan ya, Clint Barton yang sekarang sama seperti Tony. Ia berasal dari dunia yang hancur karena serangan dari Thanos.

•♢•

"Hei Nat, sampaikan salamku untuk diriku di dimensi itu."

Tony sudah terkirim ke dimensi lainnya saat itu. Dan sekarang, dengan semua sisi dunia kacau, dan Steve tewas bersama dengan sebagian besar dari anggota Avengers lainnya, hanya tersisa Natasha dan juga Clint. Rencana mereka mengirim Natasha bersama Tony untuk membantu Tony menjaga dimensi tersebut.

"Tempat ini tidak akan bertahan lebih lama. Hanya butuh waktu sebelum Thanos menemukan tempat ini. Aku akan menjagamu," Clint sendiri dalam keadaan yang kacau. Menjadi Ronin setelah keluarganya tewas, dan mendapatkan kenyataan bahwa hampir semua sahabatnya menghilang atau tewas.

"Clint," Clint menatap Natasha yang tampak menatapnya sebelum menarik kerahnya dan mendorongnya pada sebuah alat yang harusnya membawa Natasha menuju dimensi yang lain bersama Tony.

"Wha--Nat, apa yang kau lakukan?!" Clint memegang lengan Natasha sebelum alat itu menyedotnya. Ia menatap Natasha yang tersenyum padanya.

"Aku tahu kau bukan hanya harus melindungi dimensi itu. Kau masih menyesal karena tidak bisa menyelamatkan'nya'," Clint terdiam, seolah mengerti siapa yang disebut oleh Natasha, "jangan sampai menyesal Clint. Kau harus pergi kesana, bukan aku."

Natasha tampak menghela napas dan menatap kearah salah satu foto yang ada di atas meja itu. Bruce Banner, salah satu anggota Avengers yang menghilang tanpa jejak saat ini.

"Lagipula aku tidak akan meninggalkan tempat ini. Tidak tanpanya," Natasha tampak menggeleng, "lagi."

Clint tahu Natasha juga sangat menyesal karena begitu saja meninggalkan Bruce setelah serangan Ultron hingga Bruce dinyatakan menghilang selama 2 tahun. Hingga akhirnya bertemu saat Infinity War, dan kembali menghilang hingga sekarang.

"Pergilah."

"Tetapi--"

"Aku masih bisa memperbaiki kesalahanku disini. Tetapi kau," Clint terdiam, membiarkan Natasha memotong pembicaraannya, "hanya ini satu-satunya cara untuk menyelamatkannya."

...

"Baiklah," Clint mengendurkan pegangannya pada lengan Natasha dan hanya tersenyum miring, "maafkan aku Nat..."

"Kau tidak perlu meminta maaf."

♢•

"...i," suara itu sedikit terdengar samar hingga lamunan Clint buyar setelah beberapa kali siapapun yang berbicara itu memanggilnya. Dan ia menoleh pada Steve yang menatapnya dengan tatapan cemas, "kau tidak apa Mr. Barton?"

"Ah, ya aku tidak apa. Maaf aku sedikit melamun," Clint mengutuk dirinya didalam hati sebelum akhirnya ia berdiri dari posisinya, "kurasa Barnes sudah cukup tenang. Jika mau, kau bisa menemuinya."

"Tidak apa?" Clint hanya mengangkat bahunya.

•♢•

Bucky masih mencerna semua yang terjadi padanya. Mulai dari ia yang tidak tewas saat terjatuh dari rel kereta, kenyataan jika ia memiliki serum super soldier setelah diculik oleh HYDRA, dan ia sekarang berada di masa 70 tahun setelah masanya. Tanpa Steve, tanpa seseorangpun yang ia kenal. Tentu tidak lupa dengan tangan kirinya yang diamputasi membuatnya terlihat sangat lemah.

"Hei," Bucky menoleh untuk menemukan Steve disana bersama dengan Clint yang ditugaskan Nick untuk menjaga Steve agar tidak terjadi kejadian yang berbahaya untuk pria itu, "bagaimana keadaanmu?"

"...kau belum menjawab pertanyaanku," Bucky menghela napas, dan Steve sedikit terdiam sebelum mengangguk mengerti.

"Namaku adalah Steve Rogers," Bucky baru saja akan protes dan mengatakan agar tidak berbohong padanya. Ia hanya tahu jika Steve sudah tidak ada, "namaku diambil dari nama kakekku. Aku adalah cucu dari Steve Rogers, kapten Amerika."

...

"Cucu?"

•♢•

"Kau benar-benar sangat mirip dengan kakekmu. Serius," sifat Bucky tampak sedikit berbeda saat mereka memperkenalkan diri lebih jauh. Seperti ia memperkenalkan jika neneknya adalah Peggy, dan bagaimana ia tinggal dengan kedua orang tua angkat karena orang tuanya meninggal saat kecil, "aku bahkan sempat mengira kalau kau benar-benar Steve jika kau tidak salah dalam memanggil namaku."

"Mr. Fury memintaku untuk datang, ia bermaksud baik karena tidak ingin kau terkejut Mr. Barnes," Steve hanya tertawa dan menggeleng pelan.

"Bucky, kau bisa memanggilku Bucky saja," rasanya mendengar suara Steve benar-benar mengingatkannya dengan suara Steve yang ia kenal. Dan sangat aneh mendengar pemuda itu memanggilnya dengan Mr. Barnes.

"Baiklah Bucky?"

Ia mengangguk puas.

"Lalu," Bucky menoleh pada Clint yang tampak menatap balik Bucky, "kurasa tempat tinggalku sudah tidak ada. Dimana aku akan tinggal?"

"Kami sedang mencari tempat terbaik untukmu," belum Clint menjawab, Nick tampak memotong pembicaraannya sambil berjalan masuk kedalam ruangan, "kurasa tempat yang aman terlalu sepi untukmu sekarang. Kau harus beradaptasi dengan lingkungan di tahun ini. Dan kurasa tinggal sendiri juga bukan sebuah penyelesaian."

Clint, Bucky, dan Nick tampak berpikir keras sebelum Steve yang sedaritadi diam tampak angkat bicara.

"Uh, jika keberatan aku punya ide."

•♢•

"Aku biasa bekerja hari senin hingga jumat di sekolah Midtown. Jadi, mungkin aku akan sering tidak ada di rumah jika pagi hingga siang," Steve membuka kamar apartmentnya di Queens dan mempersilahkan Bucky untuk masuk. Pada akhirnya, ia menyarankan untuk Bucky tinggal sementara di apartmentnya hingga ada tempat yang tepat, "kau bisa menggunakan semua barang disini. Akan sedikit membingungkan terlebih terakhir kau melihat teknologi adalah tahun 1970an. Jika kau tidak mengerti sesuatu kau bisa menghubungiku. Uh, Mr. Fury memberikan handphone padamu bukan?"

"Benda ini? Bisa digunakan seperti telpon?" Dan Steve tampak menyadari jika akan butuh waktu lama untuk menjelaskan pada Bucky tentang beberapa barang disini. Namun, untuk sekarang setidaknya ia akan memberitahu cara menggunakan handphone agar ia bisa menghubunginya ataupun Nick jika ada apapun yang berbahaya atau membingungkan.

•♢•

"Steve, kurasa aku terlalu banyak menuangkan sabun cuci lagi di benda ini."

Sudah cukup lama Bucky tinggal di tempat itu, hingga titik dimana ia sudah biasa menggunakan setidaknya benda-benda di kamar Steve. Melihat Steve tidak menjawabnya, ia mendekat untuk melihat Steve sedang mencoba menghubungi seseorang.

"Ada seseorang yang ingin kau hubungi?"

"Ah, begitulah--" Steve tertawa dan menggaruk kepala belakangnya, "--salah satu muridku. Mr. Parker, ia tidak datang selama beberapa hari ini. Ia murid yang pintar dan tidak pernah membolos tanpa alasan. Dan aku menghubungi telponnya namun tidak ada balasan."

"Bagaimana dengan keluarganya?"

"Ia tinggal di panti asuhan. Ia tidak memiliki keluarga lagi, dan saat aku menghubungi panti asuhan itu, mereka juga mengatakan tidak melihatnya selama beberapa hari ini."

"Tidak ada kontak lain?"

"Sebenarnya ada, tetapi sedikit susah untuk menemui orang di kontak darurat itu," ia menghela napas dan menunjukkan secarik surat itu dengan nama 'JARVIS' di kontaknya, "mana bisa aku datang begitu saja ke menara Stark."

...

"Tunggu. Kau bilang Stark?"

Ia tahu seseorang dengan nama Stark. Dan ia adalah Howard Stark, yang membuat Steve menjadi kapten Amerika.

•♢•

"Dan bagaimana kau bisa dalam keadaan seperti ini."

Bucky tidak menyangka pertama kali ia akan keluar dari apartment adalah saat ia mendengar kabar jika Steve berada di rumah sakit karena sebuah kecelakaan. Dan disinilah ia, di rumah sakit dimana Steve dirawat.

"Maaf Bucky, kau tahu Mr. Parker yang kuceritakan itu bukan? Ia dalam masalah dan aku tidak mungkin membiarkannya dalam bahaya," Steve tampak tertawa canggung dan menggaruk dagunya, "maaf merepotkanmu."

"Kakekmu lebih merepotkan," Bucky menghela napas sebelum terdiam dan meralatnya, "tunggu. Kalian sama-sama merepotkan."

"Hei Rogers," tidak ada suara pintu yang dibuka, dan Tony hanya membuka pintu begitu saja seperti yang biasa ia lakukan saat menjenguk Steve beberapa hari ini, "kabar baik, kau bisa pulang beberapa hari--"

Tony tampak masih memegang knop pintu dan perkataannya terputus saat ia melihat siapa yang ada didalam kamar Steve.

James Buchannan Barnes.

Pria yang membuatnya berpisah dengan Steve, pria yang membunuh kedua orang tuanya.

Dan matanya membulat sempurna.

'Apa yang ia lakukan disini?'

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro