Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Takaki Anda -- Sisi Lain Yamazaki Reina

Dua tahun sudah aku menjalani hidupku tanpa Erina. Di Osaka aku memilih tinggal di sebuah apartemen kecil dengan biaya sehari-hari dari keluarga pamanku.

Untuk sekolah aku mendapat biayanya dari beasiswa, untung saja aku memiliki ingatan seperti gadis 18 tahun, jadi sangat mudah untukku memahami pelajaran SMA, bahkan aku sering menerima beberapa penghargaan.

Sebenarnya aku merasa tidak enak pada mereka yang belajar mati-matian untuk mendapatkan nilai tinggi, tapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin aku berpura-pura menjadi orang yang tidak tahu apa-apa.

Alasanku tinggal di Osaka adalah untuk tinggal jauh dari orang yang kukenal. Awalnya aku ingin melupakan mereka, jika nantinya mereka meninggal karena pembunuhan, aku tidak akan peduli lagi, tapi sepertinya sudah menjadi takdirku untuk memberikan pelajaran pada mereka yang berani menyentuh orang-orang yang kukenal.

Seperti saat itu, seorang anak kecil yang mati karena disiksa gurunya. Anak kecil yang malang, dia pernah memberikanku sebuah permen saat usiaku 17 tahun, itu sebelum reset terjadi.

Rai-kun*, begitulah biasa aku memanggilnya. Saat itu tanggal 23 Februari, tepatnya satu tahun yang lalu, aku melihat berita bahwa terjadi pembunuhan keji oleh seorang guru TK pada salah satu muridnya. Tentu saja aku kaget saat melihat korbannya adalah anak itu.

Pikiranku sempat berkata untuk melupakannya saja, tapi tubuhku tidak. Malam itu juga aku pergi ke Tokyo hanya untuk membunuh pria itu di penjara. Cukup sulit menyelinap ke dalam sana, tapi untung saja aku berhasil karena bantuan Yuki. Yuki juga bisa menghilangkan barang bukti yang aku pakai untuk membunuh guru itu, begitupun dengan CCTV, hal yang mudah bagi Yuki untuk merusaknya.

Aku dan Yuki saling memanfaatkan, dia memanfaatkanku karena dia ingin melihat hiburan, hiburannya adalah menontonku saat membunuh orang, sedangkan dia aku manfaatkan untuk melancarkan pekerjaanku.

Oh iya, soal para korbanku... ah, aku tidak ingin memanggil mereka korban, mereka adalah para biadab yang pantas untuk di musnahkan. Iya, nama para biadab itu selalu aku tulis di belakang foto korban mereka untuk kenang-kenangan. Setiap kasus akan kutandai SELESAI dengan tinta merah jika aku sudah berhasil membunuh para biadab itu.

Ah, aku sebenarnya sangat malas membuang waktuku hanya untuk menghabisi mereka. Andai saja aku punya catatan kematian seperti karakter Yagami Light dari anime Death Note, aku pasti tidak perlu membuang waktuku apalagi mengotori tanganku dengan darah busuk mereka.

Hari ini seperti hari biasanya, aku menjalani liburan musim panasku dengan membersihkan apartemen kecilku. Tidak besar memang, tapi akan lebih baik kalau tempat ini bersih dan rapi.

Untungnya sudah seminggu ini Yuki lagi tidak berminat untuk mempercepat kematian orang lain, jadi kerjaanku tidak terlalu banyak dan aku dapat menyempatkan diri untuk membersihkan apartemenku.

Sesaat aku teringat kalau aku harus membeli bahan makanan untuk malam nanti, rasanya malas berjalan kaki ke minimarket yang cukup jauh, tapi yasudahlah, dari pada kelaparan.

Saat di minimarket aku bisa sedikit menikmati pendingin ruangannya. Jadi, aku sedikit memperlambat gerakanku saat memilih apa saja yang ingin aku beli. Pada satu waktu, aku tanpa sengaja memilih satu bahan makanan yang sama dengan orang lain di dalam minimarket itu.

Dia adalah seorang perempuan seumuranku. Rambutnya terlihat dikepang dua dan dia memakai kacamata. Ia kemudian tersenyum kepadaku dan mempersilahkanku untuk mengambil bahan makanan itu terlebih dahulu, jadi aku mengiyakannya.

Ketika aku sudah selesai berbelanja, kulihat perempuan tadi sudah tidak ada. Mungkin karena aku yang terlalu lama memilih belanjaan, jadi dia pergi lebih cepat dariku. Tapi itu bukan masalah utamanya saat ini. Masalahnya adalah setelah dari kasir aku harus segera keluar dan kembali menghadapi udara musim panas yang seperti ingin melahapku, itu membuatku kesal seketika.

Namun, belum sampai 300 meter aku berjalan dari minimarket, tanpa sengaja aku melihat perempuan yang tadi aku temui di supermarket sedang dirundung dua anak perempuan lainnya.

Aku perlahan mendekati mereka untuk mengehentikan aktivitas kurang kerjaan itu, bukan karena kasihan ataupun hal semacamnya, hanya saja ulah mereka sangat mengganggu pemandangan dan membuat suasana di siang hari itu semakin tidak nyaman untukku. Lagi pula, bagaimana mungkin anak-anak itu berpikir mereka terlihat keren saat merundung orang lain di tempat umum? Benar-benar bodoh.

Kulihat mereka bertiga terkejut saat melihat aku tepat berada di depan mereka. Terutama dua perundung itu, mereka tampak sangat terkejut, seolah mengenalku.

"Ya-yamazaki Re-reina?" ucap salah seorang di antara mereka, dia salah satu perundung itu, suaranya terdengar gugup.

"Tidak mungkin, kenapa seorang idola sekolah ada di tempat seperti ini?" tambah temannya yang lain.

Oh, ternyata mereka dari sekolahku, pantas saja mereka mengenalku.

Aku kemudian memperlihatkan senyum palsuku pada mereka dan mengangkat tas belanjaanku, "hanya membeli beberapa keperluan saja." Ucapku sambil tersenyum. "By the way, apa yang sedang kalian lakukan disini?" tanyaku sambil terus tersenyum, sekedar menutupi sisi lainku dari mereka.

"Eh... eh, itu... kami... kami hanya sedang latihan drama saja." Jawab salah seorang perundung, bola matanya terlihat bergerak kesana-kemari, dasar pembohong.

Aku lalu melihat ke arah gadis yang mereka rundung, "dan juga... Ta... Takaki Anda?"

Eh? Darimana aku mendengar nama itu? Tanpa sadar aku mengucapkannya, aku berani bertaruh kalau wajahku sekarang memerah karena malu.

"Seorang Yamazaki Reina, mengenalku?" tanya gadis itu terlihat gugup, rupanya aku benar-benar mengucapkan namanya.

"I-iya, tentu saja aku mengenalmu. Oh iya, aku ingin mengajakmu makan malam hari ini, ayo kita pergi sekarang!"

Aku tidak ingat kenapa aku bisa mengenalnya, tapi yasudahlah, lebih baik untuk saat ini menjauhinya dari anak-anak tengik itu.

"Ba-bagaimana kau mengenalku?" tanya anak perempuan dengan tampilan cupu itu kepadaku saat kami sudah menjauh dari para perundung itu.

"Aku juga tidak tahu, lagi pula itu tidak penting sekarang, yang pasti kau tidak bersama mereka lagi, kau bisa pulang ke rumah dengan aman. Hati-hati di jalan ya." Ucapku sambil melambaikan tangan padanya dan berbalik.

"Tu-tunggu!" pinta gadis itu sehingga aku mengehentikan langkahku dan berbalik ke arahnya lagi. "Bisakah kita menjadi teman?"

"Tentu saja." Tanpa pikir panjang kuterima ajakannya, lagi pula aku bisa memastikan kalau dia adalah orang yang baik. Aku hanya berharap dia tidak akan pernah tahu sisi lain dari diriku yang bisa saja membuat dia menjauhiku.

***

Sejak saat itulah dia menjadi temanku. Selama libur musim panas dia selalu berkunjung ke tempatku, awalnya dia sangat pemalu, tapi lama kelamaan kulihat dia ternyata orang yang ramah dan sangat baik. Dia bahkan sempat meminjamkanku sebuah novel, Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, yang merupakan seri ke tiga dari novel fantasy karya penulis kesukaanku J.K Rowling.

Setelah seminggu lamanya dia selalu berkunjung, Takaki Anda jadi lebih sering menceritakan soal dirinya kepadaku, termasuk seorang pemuda yang ia kagumi di sekolah, Taniguchi Hitoshi. Tentu saja, dia adalah bintang sekolah, dia juga sekelas denganku, memang sangat banyak yang mengidolakannya, terkecuali aku tentunya.

Aku sangat senang bisa bertemu Takaki Anda, walaupun belum lama ini aku mengenalnya. Rasanya sangat menyenangkan saat menemukan teman sepertinya yang suka banyak berbicara dan menggemari novel dan film-film yang sama denganku. Tapi, entah kenapa semua hal yang kulakukan bersamanya terasa seperti pernah kualami sebelumnya, rasanya seperti Deja Vu.

Hari ini tanggal 25 Agustus, Takaki mengatakan padaku kalau dia ingin mengungkapkan perasaannya kepada Hitoshi hari ini juga. Tentu saja aku mendukungnya, lagi pula menurutku Takaki itu orang yang cantik, dan mempunyai hati yang sangat baik, dia pasti punya kesempatan.

Tiga hari kemudian setelah hari dimana ia mengatakan ingin mengungkapkan perasaannya kepada Taniguchi Hitoshi, entah kenapa dia tidak pernah lagi berkunjung ke tempatku, atau sekedar menemuiku di sekolah. Hubungan kami terputus begitu saja, salahku juga tidak pernah meminta kontaknya agar aku bisa menghubunginya, jadi aku merasa sedikit kesepian. Untuk melawan rasa bosan aku pun iseng membuka media sosial.

Kulihat ada sebuah akun media sosial yang memuat tentang sekolah kami. Perlahan aku melihat kiriman-kiriman terbaru dari akun itu. Tidak ada yang spesial, hanya foto-foto para siswa saat ada kegiatan atau hanya sekedar mengabadikan moment mereka.

Tiba-tiba muncul postingan terbaru dengan judul yang berbunyi,

Setelah ditolak, bunuh dirilah jalan terakhir!

Di dalam postingan itu berisi berita tentang seorang siswi berinisial TA yang baru saja bunuh diri dengan melompat dari atap sekolah sekitar 2 jam yang lalu. Sekolah sekarang dipenuhi oleh para polisi yang sedang menyelidiki TKP. Postingan itu dikirim lengkap dengan foto-foto terbaru di TKP.

Tidak penting, menurutku. Aku kemudian kembali melihat post sebelumnya dari akun itu, dan ada sebuah postingan yang menarik perhatianku.

Gadis culun ini berani menyatakan cintanya pada bintang kita, tapi sayangnya ditolak.

Di dalam postingan itu berisi berbagai macam kata hinaan terhadap gadis culun itu, lengkap dengan screenshot obrolan di aplikasi LINE yang berisi percakapan seseorang tengah menyatakan perasaannya dan langsung ditolak. Gambar lainnya adalah foto seorang perempuan yang wajahnya sengaja dikaburkan. Di tangan perempuan itu terlihat dengan jelas ia tengah memegang sebuah buku novel Harry Potter.

Tunggu dulu, novel itu, sepertinya aku sangat mengenalnya, itu adalah novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban yang aku pinjam dari Takaki. Bahkan Di sampul novel itu tertanda T.A yang persis dengan novel milik Takaki.

Tidak salah lagi perempuan yang dimaksud di dalam postingan itu adalah Takaki Anda. Aku kembali melihat post terbaru, dan akhirnya aku memahami semuanya.

Padahal aku baru saja mengenalnya, tapi kenapa dia harus pergi secepat ini?

"Melihat apa?" tanya Yuki membuyarkan lamunanku. Seperti biasanya dia tiba-tiba muncul disaat aku sama sekali tidak menyadari kedatangannya.

"Tidak ada apa-apa." Jawabku singkat.

"Lalu, kenapa menangis?" Benar apa yang dikatakan Yuki, saat ini aku sedang menangis karena baru saja kehilangan temanku. "Apa ini tentang, Takaki Anda?" kulihat seringai kembali terukir di wajah Yuki.

"Itu bukan urusan—"

"Aku sudah mempercepat kematiannya." Ujar Yuki memotong perkataanku dan berhasil membuatku terbelalak.

"Mempercepat kematiannya? Apa mungkin..,"

"Iya, Takaki Anda juga berasal dari masa lalumu, dia adalah gadis culun yang meminjamkanmu sebuah novel karena kau menolongnya dari para penindas di sekolahnya."

Mendengar penjelasan Yuki membuatku teringat masa laluku. Saat usiaku 15 tahun, tepatnya sebelum reset, aku bertemu dengan Takaki, dan kami mulai berteman sejak saat itu, dia juga selalu berkunjung ke Tokyo untuk menemuiku.

"Kalau kau tidak melakukan reset, dia meninggal di usia 19 tahun karena penyebab yang sama. Kata orang-orang sih karena cinta Takaki ditolak, ia pun bunuh diri." Jelas Yuki padaku.

"Jadi aku bisa membunuhnya?" sesaat aku tersenyum saat berpikir akan menghabisi nyawa orang lain lagi. "Taniguchi Hitoshi, ya? Aku sudah tidak sabar ingin menemuinya."

###

*-kun : adalah penggunaan kata di akhiran nama seseorang yang digunakan kepada kepada anak laki laki yang seumuran atau lebih muda. Biasanya juga digunakan dalam lingkungan kerja untuk memanggil orang yang memiliki jabatan lebih rendah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro