Shinigami
Reina terlihat sedang menyusuri jalanan dengan langkah berat karena ia merasa jalanan itu terlalu ramai, entah kenapa ia merasa sangat kesal kalau ada banyak orang. Ia terus berpikir kalau semua orang itu sedang membicarakan keburukannya, padahal itu hanya pikirannya saja.
Saat ini Reina bertujuan ke sebuah minimarket untuk membeli beberapa keperluan di saat liburan akhir semesternya. Hari ini baru menginjak hari ketiga sejak liburan dimulai. Reina baru sadar kalau kebutuhan sehari-harinya sudah habis dan ia harus membeli lagi.
Sejak awal Reina libur, ia sudah berniat untuk mengurung dirinya di rumah selama liburan itu berlangsung, menjauh dari masyarakat yang baginya akan selalu menatap buruk kepadanya. Karena itulah sekarang Reina dipenuhi rasa cemas ketika ia berjalan menuju ke minimarket.
Namun, belum sampai di minimarket tujuannya, Reina tiba-tiba melihat seseorang yang sangat ia kenal tengah duduk di halte bus yang tidak jauh dari tempat Reina berdiri saat ini. Itu adalah Hikari.
Refleks tangan kanan Reina terangkat untuk menyapa Hikari, tapi dengan cepat tangan kirinya menahan tangan kanannya. Reina takut jika Hikari akan lari lagi seperti saat mereka di sekolah.
Reina mulai menundukkan kepalanya, merasa malu pada dirinya. Ketika Reina mengangkat kepalanya, tanpa sengaja ia langsung bertatapan dengan Hikari.
Hikari tampak membulatkan kedua matanya karena kaget saat melihat Reina. Sedetik kemudian Hikari langsung berlari, menjauh dari Reina. Tidak peduli lagi bus selanjutnya yang sedikit lagi akan datang.
Begitupun dengan Reina, dengan langkah cepat dia mengejar Hikari. Pikiran Reina tidak bisa lagi mengendalikan kakinya, kakinya bergerak sesuai kata hatinya, dimana hatinya ingin menjelaskan semuanya pada Hikari bahwa yang dipikirkan semua orang tentang Reina itu salah.
Reina ingin bersumpah di depan Hikari kalau ia tidak pernah berteman dengan para penindas itu, apalagi menjadi penindas sama seperti yang mereka lakukan pada Hikari. Reina hanya ingin Hikari tahu, kalau dia sepenuh hati ingin membela Hikari, dan sangat membenci para penindas itu.
Jika Hitoshi sudah tidak mau mendengarkan perkataan Reina lagi, setidaknya dia ingin Hikari mendengarkannya.
"Hikari! Tunggu!" teriak Reina sambil terus berlari secepat yang ia bisa. Hikari pun tetap berlari menjauhinya.
Beberapa menit kemudian Hikari menyerah, ia kelelahan, pasokan oksigen di sekelilingnya seakan sudah habis. Begitupun dengan Reina, tapi ia tetap berlari untuk memperkecil jaraknya dengan Hikari.
Saat Reina sampai di depan Hikari yang sudah terduduk lemas, ia langsung menjelaskan semuanya. Tapi, Hikari masih belum mau mempercayainya.
"Kumohon percayalah padaku!" kata Reina memohon.
"Tidak! Aku tahu aku memang selalu dibodohi, tapi... tapi aku tidak mau jika harus menghadapi teman yang bermuka dua!" balas Hikari dengan setengah berteriak.
"Kumohon Hikari, aku berani bersumpah demi apapun..," suara Reina kali ini terdengar putus asa.
"Tapi, kata Hitoshi-"
"Hitoshi?! Apa kau percaya padanya? Dia sangat membenciku, sudah pasti dia akan mengatakan semua hal buruk tentangku padamu. Aku tahu kau juga menyukainya, tapi... kali ini saja, percaya padaku!"
Hikari terdiam saat Reina mengatakannya, wajahnya lalu memerah. "E-eh?! Apa yang kau katakan tadi Reina? Aku, a-aku-"
"Apanya? Apa perkataanku salah?" tanya Reina polos.
"Ba-baiklah... aku akan mendengarkan penjelasanmu. Tapi, berjanjilah untuk merahasiakan semuanya dari Hitoshi!" ucap Hikari sambil terlihat malu-malu.
"Aku tidak tahu apa yang harus kurahasiakan, tapi yasudahlah, yang penting kau mau mendengarkanku." Ujar Reina sambil terkekeh.
Reina pun menjelaskan semuanya kepada Hikari. Ia merasa sedikit lega karena untuk pertama kalinya sejak rumor buruk menerpanya ada seseorang yang mau mendengar ceritanya secara jelas dan tanpa menghakiminya seperti Hikari. Saat ini Hikari bagaikan seorang malaikat bagi Reina.
***
Langit sudah mulai gelap, sekolah-sekolah seharusnya sudah tutup, terlebih ini adalah hari libur seperti ini.
Mereka yang sedang menjalani ekstrakurikuler juga seharusnya sudah pulang, tapi masih ada satu siswa yang tampak masih berkutat dengan buku-buku tebal di depannya.
Siswa berkacamata itu rupanya masih sibuk dengan tugas yang diberikan gurunya. Bukan karena nilainya yang rendah, malahan sebaliknya, yaitu karena dia adalah siswa yang sangat pintar. Gurunya meminta tolong kepadanya untuk membuat beberapa soal sulit, soal-soal itu nantinya akan dipakai gurunya untuk mengajar kelas 3 di saat tahun ajaran baru tiba.
Siswa itu tidak harus menyelesaikannya hari ini, tapi baginya waktu menonton anime, membaca komik, atau pun bermain game di saat liburan terlalu berharga jika hanya dibuang dengan mengerjakan tugas dari gurunya.
Maruyama Tetsuo, padahal ia belum lama pindah ke salah satu sekolah elit di Tokyo, tapi ia sudah menjadi murid kebanggaan guru maupun siswa-siswa di sekolah barunya. Rasanya sudah sangat lama Tetsuo meninggalkan kasus yang sangat sulit kepada sahabat kecilnya, mempercayakan semuanya pada Hitoshi, dan memilih untuk hidup tenang di Tokyo karena Ayahnya yang dipindah tugaskan.
Penyesalan memang ada di hati Tetsuo, buktinya ia sesekali kepikiran nasib Hitoshi dan kasus berat yang sedang pemuda itu hadapi di Osaka. Agar tidak terlalu diberatkan dengan rasa penyesalan itu, Tetsuo memilih untuk mencari berbagai macam kesibukan hanya untuk menenangkan pikirannya.
Seperti yang ia lakukan saat ini. Menjadi siswa yang paling dibanggakan hanya dalam beberapa bulan setelah ia pindah. Mengerjakan semua tugas yang guru berikan, dan sesekali mencoba bersosialisasi, bahkan di sekolah barunya sekarang banyak siswa perempuan yang mulai tertarik padanya.
Tetsuo memang tidak terlalu suka dipandang banyak orang, tapi yang perlu diketahui dia adalah siswa yang sangat pintar, tidak sulit untuknya menarik perhatian orang lain dengan kecerdasannya ketika ia sedang serius, tidak lupa juga wajahnya yang lumayan menarik bagi beberapa orang. Selama di sekolah lamanya, Tetsuo hanya terus menekan peringkatnya dan hawa keberadaanya agar tidak terlalu menarik perhatian, lagi pula ada Hitoshi yang selalu bersamanya.
Namun, di sekolah barunya kini ia mulai serius mengangkat nilai, bukan karena jiwa ambisius atau semacamnya, Tetsuo tidak memiliki itu. Ia melakukanya karena ingin melupakan sejenak tentang Hitoshi dan kasus yang ia tinggalkan di Osaka.
Saat ini, Tetsuo baru saja menyelesaikan susunan soal untuk pelajaran Ilmu Alam, dan sekarang waktu baginya untuk menyusun soal tentang Ilmu Sosial. Namun, sebelum itu Tetsuo harus mengembalikan dulu buku-buku Ilmu Pengetahuan Alam yang ia pakai ke tempatnya semula. Ya, kebetulan saat ini dia sedang berada di perpustakaan sekolah.
Ketika Tetsuo merapikan buku-buku itu, tanpa sengaja ia melihat dari cela-cela buku ada sekelebat bayangan yang baru saja lewat. Sedikit kaget memang, tapi pada dasarnya Tetsuo adalah anak yang sangat santai. Jadi ia tidak terlalu memikirkannya dan hanya melanjutkan kegiatan merapikan buku.
Tetsuo lalu berpindah ke rak buku sosial, dipilihnya buku-buku yang ia butuhkan. Setidaknya ada 4 buku yang cukup tebal yang saat ini ia angkat dengan kedua tangannya.
Tiba-tiba terasa ada angin yang sangat kencang baru saja melewati punggung Tetsuo, tapi tetap saja wajahnya masih tampak datar. Ketika Tetsuo berbalik, seperti yang ia duga, tidak ada apa-apa, hanya pemandangan sekumpulan buku yang terjejer rapi di rak-rak yang tinggi.
Tetsuo lalu mengambil beberapa langkah ke arah meja yang menjadi tempat kerjanya saat ini. Tapi sesuatu tiba-tiba menyentuh bahunya, membuat ia terkejut sampai menjatuhkan buku-buku yang ia pegang.
Sangat menyebalkan baginya, karena saat berbalik ia tidak menemukan apa-apa di belakangnya. Dengan berat hati ia pun mengumpulkan buku-buku itu dan segera berjalan ke mejanya tadi.
Hufftt-
Sesuatu baru saja meniup tengkuk Tetsuo ketika ia mulai membuka buku tebal di depannya. Tidak ada raut wajah ketakutan bagi Tetsuo, tapi yang ada hanyalah raut wajah seperti orang yang sudah sangat kesal. Tidak lama kemudian, kursi yang tidak jauh dari tempat Tetsuo duduk jatuh dengan sendirinya, menimbulkan suara menggema di seisi ruangan. Semakin membuat Tetsuo kesal.
Tetsuo lalu menggenggam erat pulpen dengan tangan kanannya, diikuti dengan rahangnya yang mengeras.
Satu detik... dua detik... tiga detik...
Tiba-tiba Tetsuo langsung berbalik ke arah kirinya dengan posisi tangan kanan yang memegang pulpen seakan ingin menancapkan pulpen itu pada sesuatu. Arah mata pulpen itu tepat mengarah ke leher milik seorang pemuda dengan sebagian wajahnya mirip badut.
Badut itu sekarang tersenyum lebar kepada Tetsuo, lengkap dengan dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya.
Tetsuo menatap badut itu tajam tanpa berkata sepatah katapun. Sang badut yang merasa baru saja di selamatkan dari kematiannya, sekarang tersenyum lega dan menghilang.
Sedetik kemudian badut itu sudah duduk di kursi di depan Tetsuo, sedangkan Tetsuo kembali ke posisinya semula. Ia kembali duduk dan melanjutkan pekerjaannya, seperti tidak ada yang terjadi.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Tetsuo datar tanpa menatap ke arah badut itu.
"Mohon maaf atas kelancangan saya, pertama-tama saya ingin mem-"
"Tch, dasar penjilat! Berhentilah berbicara formal denganku!" Potong Tetsuo dingin, dan hanya di balas kekehan dari sang badut.
"Hahaha... sudah kuduga kau memang sangat menarik... kau bisa memanggilku apa saja, tapi untuk saat ini kau bisa memanggilku Yuki."
"Aku tidak butuh namamu." Jawab Tetsuo masih dingin sambil membolak-balikan buku yang ia pegang. "Apa yang kau lakukan di sini?" ulangnya.
"Apa aku baru saja mengganggumu, Shinigami*-san?"
"Shingami? Maaf, tapi kau salah orang, aku adalah manusia." Balas Tetsuo sambil tersenyum sinis.
"Tidak-tidak-tidak, aku tidak salah orang, bagi kami kau adalah Shinigami, kau itu sudah seperti sosok Grim Reaper bagi kami." Ucap Yuki membalas bantahan Tetsuo.
Yuki lalu menatap tajam ke arah Tetsu dan berkata, "itu karena kau adalah satu-satunya manusia yang tahu kelemahan kami, dan kau sudah membunuh badutmu dengan tanganmu sendiri, apa aku salah?"
Tetsuo hanya tersenyum menanggapinya. Bibirnya tersenyum sinis tapi mata dan tangannya tetap fokus dengan tugas yang saat ini ia kerjakan.
###
*Shinigami : adalah suatu sentitas dalam cerita rakyat Jepang yang mengundang manusia pada kematian atau menghasut perasaan manusia hingga ingin bunuh diri. Shinigami adalah personifikasi dari kematian sehingga sering dikaitkan dengan Grim Reaper, konsep personifikasi kematian di dunia barat.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro