Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Karena Dia Adalah Seorang Iblis

Setelah Reina menghadiri upacara kematian Akio, dia pun memilih untuk langsung pulang ke apartemennya. Reina menaiki bis sampai di halte terdekat dari apartemnya, kemudian dia harus berjalan kaki lagi selama 7 menit. Selama di jalan ia ditemani oleh Yuki. 

"Yuki, katakan padaku! Kenapa kau bisa mengetahui kematian orang lain?" tanya Reina penasaran.

"Hmm... aku bisa melihat masa lalu dan masa depan manusia, bahkan waktu dan penyebab kematiannya."

"Kau juga bisa melihat waktu kematianku?" tanya Reina penasaran. Tapi, "tidak usah dijawab, sudah pasti saat usiaku delapan belas tahun, 'kan?" ucap Reina terdengar tidak peduli.

"Tidak, aku tidak tahu kapan kau akan mati." Jawaban Yuki berlainan dari apa yang dipikirkan Reina.

Langkah kaki Reina lalu terhenti, ia kemudian menghadap ke arah Yuki.

"Kenapa seperti itu?"

"Karena aku tidak bisa membaca masa lalu maupun masa depan seorang manusia yang membuat perjanjian denganku."

"Ohh... begitu ya..," Reina mengangguk tanda ia mengerti.

Reina lalu tersadar akan sesuatu, "benar juga... Yuki, tadi kau bilang kau bisa mengetahui penyebab kematian orang lain, 'kan? Berarti kau juga mengetahui penyebab kematian Akio-senpai?"

"REINA!!" refleks Reina langsung menengok ke asal suara itu, dan dia mendapati Momo, teman semasa kecilnya yang perlahan berlari ke arahnya.

"Momo?" gumam Reina pelan.

Saat Reina menengok ke arah Yuki, dia sudah tidak ada. "Dasar badut jelek, dia selalu menghilang seenaknya." Ucap Reina kesal.

"Siapa yang sering menghilang?" tanya Momo yang sudah berada tepat di depan Reina.

"E-eh ti-tidak...," jawab Reina mengelak. "Ngomong-ngomong, kenapa kau ada di Osaka? apa yang kau lakukan di sini?"

"Tentu saja aku ingin bertemu denganmu." Jawabnya lagi.

"Tapi, bukankah kau harus sekolah?"

"Hihih soal itu... sejak kemarin aku sudah pindah ke Osaka, jadi kita bisa lebih sering bertemu."

"Oh begitu ya..," balas Reina yang ikut senang dengan kepindahan Momo.

"Kau tahu apa lagi kabar baiknya?" tanya Momo antusias.

"Apa itu?"

"Aku akan sekolah di sekolah yang sama denganmu."

Reina tidak bisa menahan senyumnya, ia sangat senang saat mengetahui Momo akan sekolah di sekolah yang sama dengannya, ia berniat akan memperkenalkan Momo kepada anggota klub misteri yang lain—sebenarnya hanya kepada Hikari, karena kalau mengenalkan Momo kepada Tetsuo dan Hitoshi pasti tidak akan menarik. 

"Pasti akan lebih seru kalau Akio-senpai masih ada." Ucap Reina tiba-tiba ketika ia mengingat kembali anggota di klub misteri yang ingin dia kenalkan pada Momo.

"Akio-senpai, siapa itu? Jangan-jangan pacarmu ya, Reina?" Tanya Momo sembari menggoda Reina. 

Reina hanya tersenyum pahit mendengar candaan sahabat kecilnya itu. "Dia kakak kelasku, dia pemuda yang sangat baik, barusan aku dari rumahnya untuk memberikan penghormatan terakhir."

Mendengar jawaban Reina tampak penyesalan di wajah Momo karena sudah berani bercanda soal Akio kepada Reina yang rupanya baru saja merasa kehilangan. "Maaf Reina, aku turut berduka cita atas kepergian kakak kelasmu." Balas Momo terdengar menyesal. 

"Tidak apa Momo."

"Oi, Momo!" Dari kejauhan mereka mendengar suara yang meneriaki nama Momo.

Ketika Reina melihat ke arah pemilik suara, ia mendapati Seika tengah berlari ke arah mereka. Seika adalah teman SMP Reina, atau mungkin lebih tepatnya rival Reina ketika SMP.

Ketika Seika sampai di depannya, Seika terlihat sedikit terkejut saat melihat Reina, "Yamazaki Reina?"

"Seika? Apa yang kau lakukan di Osaka? Apa kau juga pindah ke sini?" tanya Reina bingung.

"Seika ingin menghadiri acara keluarganya di Osaka, katanya sekalian menemaniku," jelas Momo, "setelah kau pindah, aku jadi lebih dekat dengannya lho."

"Ohh... begitu yaa, pantas saja Momo tidak pernah menghubungiku lagi." Canda Reina sambil tertawa kecil, diikuti oleh Momo. Sedangkan Seika saat ini terlihat malu.

Seika yang awalnya sombong, sekarang sudah menjadi wanita yang rendah hati dan sedikit pemalu. Reina sangat senang saat melihat perubahan itu.

Hari itu pun mereka habiskan untuk berjalan-jalan mengelilingi Osaka ditemani oleh Reina yang sempat meminta izin untuk mengganti pakaiannya.

Rasanya sangat menyenangkan bagi Reina saat melihat Momo dan Seika bersamanya, ia seperti sedang bernostalgia. Kegelapan dan kesedihan di dalam hatinya untuk sesaat menghilang seiring dengan canda tawa yang mereka tunjukkan saat berjalan bersama. 

Ketika hari sudah mulai gelap mereka memutuskan untuk segera pulang, kali ini Seika lah yang memimpin jalan. Seika menyarankan sebuah jalan pintas, anehnya Reina yang sudah lama tinggal di daerah itu, tidak pernah tahu kalau ada jalan pintas seperti yang dikatakan Seika, tapi ia tetap mengiyakannya karena Seika terlihat sangat antusias untuk memimpin jalan. 

Saat ini mereka terus menyusuri jalanan yang hanya diterangi cahaya bulan. Tidak ada rumah maupun lampu jalan. Reina merasakan ada sesuatu yang tidak benar, tapi ia memutuskan untuk mempercayai Seika yang menurutnya sudah berubah.

Saat sudah setengah jalan, mereka di cegat oleh 5 orang laki-laki, yang masing-masing mempunyai tubuh yang besar, mereka terlihat sangat kuat. Refleks Reina langsung berdiri di depan Momo dan Seika untuk melindungi mereka. Namun sialnya, Reina tidak membawa senjata apapun yang dapat melindunginya.

Reina tidak akan mampu melawan mereka berlima kalau tidak ada senjata. Walaupun Reina pernah mempelajari bela diri, tetap saja saat ini dia kalah dalam jumlah dan dia tetaplah seorang perempuan yang bertubuh mungil, tidak mungkin bisa mengalahkan lima pria yang bertubuh besar sekaligus. Terlebih lagi Reina harus melindungi Momo dan Seika yang tidak bisa berkelahi. Pilihan satu-satunya hanya lari.

"Dengarkan... aku akan menghitung sampai tiga, setelah itu larilah dengan sekuat tenaga." Bisik Reina pada kedua temannya.

"Satu... dua... tiga!" Reina segera berlari, diikuti oleh Momo di belakangnya. Namun, Seika tidak bergeming dari tempat ia berdiri.

Langkah Reina dan Momo terhenti, kemudian mereka berbalik untuk melihat Seika. "APA YANG KAU LAKUKAN, SEIKA-SAN?!" teriak Reina.

Seika kemudian melangkahkan kakinya perlahan. Namun, ia tidak melangkahkan kakinya ke arah Reina dan Momo, melainkan ke arah 5 pria itu. Seika terus menunduk, ia sama skali tidak berbalik menatap Reina atau pun Momo. 

"Kali ini kau membawa dua orang, ya?" tanya salah seorang pria.

"Hmm... aku membawa mereka berdua." Jawab Seika pada pria itu, suaranya terdengar lirih.

"Baiklah, tangkap mereka sekarang!" seru pria yang berbicara dengan Seika, tampaknya dialah pemimpin dari kelompok itu.

"HENTIKAN!" teriak Seika saat keempat pria yang lain ingin menghampiri Reina dan Momo yang masih terdiam di tempatnya.

"Apa maksudmu?" tanya si pemimpin itu.

"Lepaskan mereka! Sebagai gantinya, kau boleh membawaku."

"Boleh juga..,"

"OI, ADA APA DENGANMU?! KAU PIKIR KAMI AKAN MENINGGALKANMU DI SINI?!" teriak Momo yang sudah kesal.

Seika lalu berbalik, ia menatap dalam mata Momo. "Pergilah!"

"Jangan bercanda kau, bodoh! Mana mungkin aku meninggalkan temanku pada tikus-tikus sialan itu." Jawab Momo kesal.

"Aku tidak pantas kau panggil teman." Kata Seika lirih.

"Apa maksudmu?" kali ini Reina yang bertanya.

Salah satu pria kemudian merangkul bahu Seika dan berkata, "dia adalah teman kami, setiap seminggu sekali dia akan mengunjungi kami dan membawakan kami anak-anak seperti kalian." Jelas pria itu sambil menyeringai.

"Seperti itu ya... jadi kalianlah dalang dibalik menghilangnya anak-anak remaja disini?" tebak Reina dan dibalas tawa dari kelima pria itu.

'Sialan, disaat seperti ini kenapa aku tidak membawa senjata apapun? Dan kenapa Yuki tidak ada disini, sial!' umpat Reina dalam hatinya.

"Tangkap mereka!" sekali lagi si pemimpin itu memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Reina dan Momo.

"Jangan! Kan sudah kubilang lepaskan mereka." Pekik Seika yang terkejut saat mendengar perintah itu.

"Dasar gadis bodoh, kau pikir kami akan mendengarkan permintaanmu? Jangan bermimpi!"

Seika hanya bisa menangis menyesal atas perbuatannya, seharusnya ia tidak menyeret kedua temannya ke dalam masalahnya.

Seika awalnya adalah anak yang baik, tapi suatu hari ia bertemu para preman yang selalu menculik wanita dan menjual mereka. Mereka melepaskan Seika dengan syarat, ia harus membawa wanita-wanita muda kepada mereka setiap satu minggu sekali.

Acara keluarga yang dikatakannya pada Momo itu hanya kebohongan, dia berniat membawa Momo ke tempat itu dan mengorbankan Momo, tapi dia tidak tega dan akhirnya menyerahkan dirinya. Namun, itu sia-sia, mereka semua tetap tertangkap.

Tangan Reina saat ini ditahan oleh dua orang sekaligus karena tenaganya yang cukup kuat. Satu orang lainnya menahan Momo. Si pemimpin dan satu anak buahnya menahan Seika, mereka baru saja berniat untuk melakukan hal-hal yang keji pada Seika. Namun, sebelum itu mereka lebih dulu memukuli Seika tanpa ampun.

Reina sangat marah, ia ingin melakukan sesuatu, tapi tidak bisa. Ia terus memaki dirinya yang tidak berguna di saat-saat seperti ini.

Namun, sirine mobil polisi terdengar dari kejauhan, suara itu seperti penolong bagi Reina. Berkat suara sirine mobil polisi itu, kelima pria bertubuh besar yang tadinya menyandera mereka, akhirnya lari terbirit-birit.

Setelah 5 pria itu pergi, Reina segera menghampiri Seika. Ia berharap Seika tidak mendapati luka yang parah, setidaknya ia ingin membawa Seika ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa Seika.

Namun, ketika ia sampai di depan Seika, ia terkejut saat melihat keadaan Seika yang sudah sangat berantakan, dan yang paling parah, darah terus mengucur dari leher Seika. Salah satu dari mereka baru saja menyayat leher Seika.

Seika terlihat sekarat, Reina mulai ketakutan, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Reina kemudian menaruh tangannya di luka sayatan itu, ia ingin pendarahannya berhenti, tapi sia-sia, cairan kental berwarna merah itu terus mengalir dari leher Seika.

Ketika para polisi itu sampai di depan mereka, ketika itu juga nyawa Seika berakhir. Kematiannya sungguh sangat tragis.

Dari kejauhan Reina melihat Yuki yang diselimuti kegelapan malam. Ia melihat Yuki yang tengah tersenyum dengan seringainya.

'Tidak tega padaku, ya? Seharusnya aku tidak mempercayai ucapannya sama sekali, karena dia adalah seorang iblis.'

###

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro