Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Gadis Yang Aneh -- Sisi Lain Taniguchi Hitoshi

Aku masuk di SMA yang sama dengan Hikari dan Tetsuo. Kami juga masuk ke dalam klub yang sama. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan tema klub kami, tapi apa boleh buat, ini adalah klub yang dipilih Hikari, dan aku hanya ingin selalu bersamanya.

Untuk Tetsuo sendiri, sebenarnya klub itulah tujuan dia masuk ke sekolah ini. Sejak SMP dia selalu membantu Akio-senpai dan Shimizu-senpai memecahkan kasus, tentu saja karena itu adalah keahliannya.

Untuk Hikari, sebenarnya aku tidak terlalu mengerti apa alasan dia masuk ke dalam klub itu. Dia selalu canggung, dan kadang berbuat kesalahan. Padahal Hikari bisa saja masuk ke dalam anggota OSIS karena dia adalah murid paling cerdas di sekolah kami, tapi dia tetap memilih klub misteri.

Sebenarnya itu adalah hal yang cukup aneh, bahkan ketika aku bertanya alasan dia bergabung Hikari hanya menjawabku dengan jawaban yang tidak nyambung, tapi yasudahlah aku tidak mau terlalu mempermasalahkan apa pun yang berhubungan dengan Hikari.

Untuk pembagian kelas, aku dan Tetsuo kembali mendapatkan kelas yang sama, yaitu kelas 3-3. Aku heran dengan Tetsuo, dia seharusnya bisa menjadi rangking pertama dan masuk ke kelas unggulan jika dia mau, tapi dia hanya selalu mengatakan, 'menyusahkan, lebih baik tidak dikenal sama sekali'.

Begitulah Tetsuo, dia tidak ingin menjadi pusat perhatian. Padahal kalau aku adalah Tetsuo, aku akan berusaha masuk ke kelas unggulan dan mengambil tempat duduk di samping Hikari agar selalu bersamanya.

Terlepas dari itu, jika dibandingkan dengan ketenaran, kelas kami lah yang lebih unggul. Itu semua karena di kelas kami ada seorang siswa perempuan bernama Yamazaki Reina.

Kuakui Reina memanglah gadis yang sangat baik, setiap pagi dia selalu menyapa semua orang, dia selalu membantu siapa saja yang butuh pertolongan, dia selalu tersenyum, nilainya dalam akademik maupun non akademik sama-sama tinggi, dan dia juga sangat cantik. Bahkan menurutku, dia adalah gadis yang hampir sepenuhnya sempurna.

Hanya saja, dia seperti menyembunyikan sesuatu. Dia tersenyum, tapi tidak dalam hatinya. Dia selalu menyapa semua orang, tapi dia tidak memiliki teman yang benar-benar dekat dengannya.

Ya, dia tidak memiliki sahabat sama sekali. Setiap kali aku melihat Reina, dia selalu sendiri. Saat menyelesaikan tugas kelompok pun, Reina seperti selalu menjaga jarak dengan anggotanya lain. Dia tampak sangat kesepian, setidaknya itu yang selalu aku pikirkan tentangnya.

Suatu hari aku pernah menemukan sebuah foto di dalam tasnya dan di balik foto itu bertuliskan beberapa catatan aneh. Bagaikan catatan perencanaan kematian dari tersangkanya. Sejak saat itulah aku mulai menjaga jarak dengan Reina, dia terlalu menakutkan untuk dikatakan sekedar misterius.

Namun, rupanya takdir berkata sebaliknya, Reina malah masuk ke klub kami. Tentu saja aku menolak, tapi Tetsuo selalu saja membelanya. Mau tidak mau aku harus menerimanya, tapi sebisa mungkin aku mencoba menjauhinya. Karena menurutku dia adalah gadis yang munafik, tidak seperti Hikari.

Beberapa hari setelah Reina bergabung, ketua klub kami, Akio-senpai tiba-tiba saja dibunuh. Kami tidak tahu alasannya, tapi itu merupakan teror terbesar bagi kami.

Malam itu, ketika aku baru sampai di rumah dan menyalakan ponselku yang sengaja aku matikan saat di jalan pulang, Tetsuo lah yang menelponku. "Hitoshi, Akio-senpai... dia sudah dibunuh, Yamazaki-san saat ini ada di TKP, dia memberitahukannya kepadaku sekitar lima menit yang lalu."

Aku sangat terpukul mendengarnya. Bagaimana mungkin orang sebaik Akio-senpai harus dibunuh. Rasanya sangat menyakitkan, karena Akio-senpai sudah aku anggap kakakku sendiri.

Tidak lama setelah Tetsuo memutuskan panggilannya, Hikari lalu meneleponku. Dia mencoba menghiburku. Saat itu aku sangat berterimakasih padanya.

"Hitoshi-kun, aku sudah mendengarnya, saat ini pasti kau sedang terpukul, tapi kau tahu kan siapa Akio-senpai itu? Dia pasti akan memarahimu kalau kau terus-terusan bersedih." Perkataannya benar-benar bisa membuat hatiku tenang.

"Iya, aku mengerti. Terimakasih Hikari, kau benar-benar seperti malaikat."

"Hahaha... berhentilah bercanda Hitoshi-kun." Balas Hikari sambil tertawa.

Aku sempat merasa aneh saat Hikari tertawa, dia tertawa seperti tidak ada yang terjadi justru terkesan bahagia, tapi mungkin itu karena dia bersungguh-sungguh ingin menghiburku.

"Oh iya, tentang perempuan itu..," lanjutnya.

"Perempuan itu? Apa maksudmu Yamazaki Reina?" tanyaku seakan mengerti maksudnya.

"Iya dia, menurutku ada yang aneh dengannya, dia seperti menyembunyikan sesuatu dari kita, aku takut jika dia ada hubungannya dengan kematian Akio-senpai."

Aku berpikir sejenak saat mendengar perkataannya. Benar juga, Hikari sepemikiran denganku yang menganggap Reina adalah gadis yang mencurigakan. Aku pun percaya padanya, menurutku Hikari masih lebih baik dari pada Tetsuo yang selalu membelanya.

***

Tetsuo terus meyakinkanku soal Reina. Menurutnya Reina memiliki nasib yang sama dengannya, oleh karena itu dia ingin menolong Reina. Tapi jika mengingat apa yang selalu dikatakan Hikari tentang Reina padaku, aku tetap tidak mau mempercayai Tetsuo.

Lagi pula saat itu Tetsuo mau mengakui kesalahannya, dan Reina? Dia terus melanjutkan aksinya dan selalu berpura-pura baik di depan semua orang.

Untuk meyakinkanku Tetsuo pun mengajakku ke sebuah gedung tua, awalnya aku sedikit keberatan, tapi melihat kesungguhan Tetsuo, aku pun mengikutinya.

Aku benar-benar terkejut saat melihat Reina membunuh para pria dewasa itu. Dia tampak tertawa dan tersenyum saat membunuh mereka, tapi aku tahu pasti apa yang saat itu dia rasakan. Mulutnya memang tertawa, tapi hatinya menangis, aku menyadarinya saat melihat matanya yang saat itu disinari cahaya rembulan.

Saat melihat pemandangan itu hatiku lalu berkata, 'Aku ingin menolongnya, aku ingin membantunya keluar dari semua masalahnya.'

Malam itu, pemikiranku pada Reina mulai berubah. Benar apa yang dikatakan Tetsuo, Reina seperti Tetsuo yang dulu, dan sekali lagi, aku ingin menyelamatkannya seperti aku menyelamatkan Tetsuo.

Aku dan Tetsuo mengantarnya pulang dengan menaiki bus. Saat perjalanan aku berbicara banyak dengan Reina. Saat itu aku merasa aku sudah selangkah lebih dekat dengannya.

"Kau benar-benar sangat bodoh ternyata." Ucap Tetsuo dengan suara pelannya secara tiba-tiba, tepat setelah Reina turun dari bus.

"Apa-apaan itu, huh?" tanyaku kesal.

"Jika kebanyakan orang akan lebih memilih menjauhi pembunuh seperti kami, kau lebih memilih sebaliknya. Bahkan saking bodohnya kau berniat menyelamatkan kami dari sisi gelap itu." Jawab Tetsuo tanpa menatap langsung ke arahku. Aku yakin itu adalah kata-kata yang cukup memalukan untuk diucapkan seorang Tetsuo.

"Oh jadi itu maksudmu? Hahaha... kau memang benar, aku memang bodoh." Balasku sambil tertawa kecil.

"Kebodohan itu yang membuatmu terlihat keren." Katanya pelan, sangat pelan hampir aku tidak bisa mendengarnya.

"Apa katamu? Bisakah kau mengatakannya dengan lebih keras? Sepertinya tadi kau memujiku..," ejekku pada Tetsuo.

"Kau benar-benar sangat bodoh!!" Tetsuo lalu meninggikan suaranya, mencoba membalas candaanku.

Walau bagaimanapun, apa yang dikatakan Tetsuo itu benar, aku memanglah bodoh. Tapi aku sangat senang, karena kebodohanku itu aku dipertemukan dengan Tetsuo, sahabat yang menurutku paling berarti.

***

Beberapa hari kemudian, Tetsuo yang sudah mengosongkan daftar kehadirannya selama beberapa hari, akhirnya mengajakku bertemu. Dia menyarankan agar bertemu di rumahku saja, katanya ada hal penting yang ingin dia bicarakan.

Ketika aku bertanya ada apa, dia hanya menjawab, "tentang sebuah kasus, dan sesuatu yang sangat penting."

Aku mengerti tentang sebuah kasus, yang tidak kumengku mengerti adalah sesuatu yang sangat penting itu.

Besoknya, aku mengajak Reina ke rumahku, sebenarnya aku ingin mengajak Hikari juga, tapi aku kasihan saat melihat dia habis dirundung di hari itu. Hikari memang selalu menjadi bahan bully di sekolah, mungkin karena mereka iri padan Hikari yang merupakan murid yang paling pintar di sekolah kami.

Karena itulah, aku tidak mengajak Hikari ke rumahku dan menyuruhnya langsung pulang, aku hanya mengajak Reina.

Setelah Aku dan Reina menunggu beberapa menit, Tetsuo akhirnya datang. Awalnya dia terlihat kesal karena Reina ada di sana, tapi karena paksaanku akhirnya dia menerimanya.

Aku sedikit terkejut saat mengetahui adik Reina merupakan korban dari kasus itu, pasti sangat sulit baginya. Karena itulah aku semakin bersemangat untuk menyelesaikan kasus ini.

Namun, semangatku hilang seketika karena pernyataan Tetsuo setelah Reina pergi. Tetsuo berkata dia akan pindah ke Tokyo dan menyerahkan kasus itu padaku. Tentu saja aku tidak terima, tapi itu adalah pilihan Tetsuo.

###

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro