Club Mystery
"Tetsuo, apa semalaman kau tidak tidur lagi?" tanya Hitoshi kepada sahabatnya yang tengah sibuk dengan komik yang tengah ia baca."Matamu hari ini terlihat seperti mata panda."
"Hmm..." pria bernama Tetsuo itu hanya membalas dengan bergumam, sambil terus melanjutkan aktivitasnya membaca komik.
"Aku tidak melihat Akio-senpai hari ini, memangnya ada kasus penting?" tanya Hitoshi lagi.
"Kemarin dua siswa dari kelas 1-4 yang saling tikam di gudang sekolah." Jawab Tetsuo santai, seolah itu hanyalah kejadian biasa.
"E-eh? Apa katamu?" Hitoshi terkejut dengan perkataan Tetsuo.
"Miyamoto Sasa dan Ueda Ayano." Ucap Tetsuo datar tanpa mengalihkan pandangan kearah lawan bicaranya.
"Miyamoto Sasa dan Ueda Ayano? Hmm... aku yakin pernah melihat nama itu, tapi dimana ya?" Hitoshi terlihat berpikir sejenak. "Ah, aku ingat! Kemarin saat ingin pulang, aku sempat melihat foto-foto di dalam tas milik Yamazaki Reina."
"Lalu?" tanya Tetsuo balik tapi masih tetap serius dengan komiknya, ia seperti masa bodoh dengan penjelasan Hitoshi. Memang, kalau Tetsuo sudah serius dengan komik, game, atau pun anime, dia tidak akan peduli lagi dengan keadaan sekitar.
"Kau tahu? Di balik foto-foto itu ada catatan yang aneh. Seperti... catatan kematian." Jelas Hitoshi dengan raut wajah ngeri.
"Apa dia menulis catatan untuk kematiannya? Atau?"
Hitoshi mulai kesal dengan tanggapan Tetsuo yang terkesan tidak peduli. Dia pun mengambil komik itu dari tangan Tetsuo dan mengamankannya. Tetsuo nampak kesal, walupun raut wajahnya masih terlihat datar.
"Catatan kematian?" tanya Tetsuo malas.
Tetsuo sudah paham dengan kelakuan sahabatnya itu. Jika Hitoshi sudah merebut apa yang sedang dipegang Tetsuo, pasti ada hal penting yang ingin disampaikan oleh Hitoshi, walaupun bagi Tetsuo itu tidak terlalu penting.
"Wanita itu seperti pembunuh." ucap Hitoshi yakin.
"Pembunuh?" kali ini Tetsuo nampak tertarik dengan perkataan Hitoshi. "Dari mana kau tahu kalau dia pembunuh?"
"Kau ingat berita tentang pembunuhan tanpa jejak yang sering terjadi belakangan ini? Aku pikir dialah pelakunya."
"Ceritakan lebih lengkap!" Tetsuo rupanya semakin tertarik dengan penjelasan Hitoshi.
"Foto di dalam tasnya itu adalah foto dari orang-orang yang sudah meninggal, baik itu karena penyakit maupun pembunuhan. Lalu, di belakang foto itu ada nama orang tersebut, penyebab kematiannya, nama tersangka, dan tulisan SELESAI dengan huruf kapital berwarna merah,"
Tetsuo semakin serius mendengar penjelasan Hitoshi.
"Dan kau tahu? Para tersangka yang namanya tertulis di foto itu adalah para korban dari kematian tanpa jejak. Dan juga, dua orang siswi yang kau sebut namanya tadi, mereka berdua namanya juga ada di sana."
"Ah, jadi seperti itu ya." Gumam Tetsuo pelan.
"Aku juga curiga, mungkin saja dia ada hubungannya dengan apa yang dialami Shimizu-senpai, kematiannya juga tanpa jejak, kan?"
"Aku tidak berpikir seperti itu," Tetsuo nampaknya tidak tertarik lagi dengan topik pembicaraannya. "Kembalikan komikku!" Hitoshi pun mengembalikan komik itu, setidaknya Tetsuo sudah mau mendengarkannya.
"Oh iya, apa foto yang kau lihat itu foto perempuan yang menyatakan perasaanya padamu lewat akun LlNE dan katanya ingin dinner denganmu setelah kau pulang liburan dari Hokkaido?"
"Iya, kau tahu dari mana?"
"Rupanya kau belum tahu ya, harusnya kau mencari tahu bagaimana kabar terbaru dari orang yang sudah berjanji denganmu." Tetsuo mulai membuka lembaran-lembaran komiknya.
"Mana aku tahu, aku pikir dia tidak ingin lagi menemuiku, dan membatalkan makan malamnya."
"Hft... perempuan itu sudah meninggal dua hari yang lalu." Tetsuo mengatakannya dengan wajah datar dan terus membaca komiknya.
"APA? JANGAN BERCANDA DENGANKU!" teriak Hitoshi yang baru saja terkejut.
Tetsuo hanya menutup kupingnya dengan kedua tangannya, lalu kembali membaca komik.
"Pantas saja fotonya juga ada di sana." Lanjutnya. "Ja-jadi... yang membunuhnya adalah..," Hitoshi masih terlihat tidak percaya dengan perkataan Tetsuo.
"Akan kujelaskan nanti saat istirahat, Akio-senpai juga akan menjelaskannya." Ucap Tetsuo santai, tidak peduli dengan Hitoshi yang saat ini masih kaget dengan penjelasannya yang tiba-tiba.
Beberapa menit kemudian, "selamat pagi, semuanya..," terdengar suara ceria dari seorang perempuan yang tengah berdiri di depan kelas.
"Ah, dia sudah datang." Ucap Hitoshi dingin lalu kembali ke tempat duduknya.
Reina lalu berjalan ke tempat ia akan duduk. Sesaat ia menatap ke arah Hitoshi, tatapan yang sangat dingin, bahkan lebih dingin dari biasanya. Kemudian Reina kembali melihat kesana-kemari, seperti mencari seseorang.
Pandangannya terhenti saat melihat seorang pemuda yang memakai kacamata dan terlihat serius dengan buku yang saat ini dia pegang.
'Dia yang kemarin di depan gudang. Apa mungkin dia Maruyama Tetsuo itu?' batin Reina bertanya-tanya.
Tetsuo yang menyadari kalau ia sedang diawasi seseorang pun langsung mengangkat wajahnya, matanya kemudian bertemu dengan mata Reina. Reina sempat terdiam sesaat, tatapan datar Tetsuo mengingatkannya dengan Erina, adiknya.
Sekitar setengah menit, akhirnya Reina baru sadar kalau saat ini Tetsuo sedang melihat ke arahnya. Reina langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
'Sangat memalukan.' Pikir Reina kesal.
***
Bel istirahat berbunyi, beberapa siswa mulai berhamburan ke kantin. Tapi, Hitoshi dan Tetsuo malah mengambil jalan sebaliknya, mereka berjalan menuju ruangan klub mereka yang terletak di ujung sekolah.
Ya, klub terpencil di sekolah itu adalah klub misteri, mungkin karena keberadaan mereka tidak ingin diakui di sekolah itu.
Di sisi lain, Reina yang sejak semalam bertanya-tanya siapa yang sudah mengancamnya pun memutuskan untuk mengikuti perkataan orang itu.
Lagi pula Reina juga sangat penasaran dengan orang itu, bagaimana mungkin Reina sekelas dengannya tapi sama sekali tidak mengenali namanya.
Butuh waktu untuk Reina mencari ruangan klub itu, tapi untung saja banyak siswa yang dengan senang hati mau membantunya. Ruangan itu terletak di bangunan sekolah paling ujung, tepat di lantai dua. Suasananya sangat sunyi.
Perlahan Reina memegang gagang pintu itu dan mulai mendorong pintunya. Saat Reina masuk, Reina melihat Hitoshi yang saat ini duduk di samping siswa berkacamata yang bertemu dengannya di depan gudang kemarin.
Sudah Reina duga mereka selalu bersama, sangat lengket bagaikan lem, bahkan Reina sempat ragu kalau mereka berdua itu hanya sekedar sahabat.
Namun, walau begitu dia merasa sedikit tertekan dengan kehadiran pemuda berkacamata itu. Reina sadar dia selalu bersama Hitoshi, tapi entah kenapa sangat sulit bagi Reina mengingatnya. Dia seperti sangat ahli dalam menyembunyikan hawa keberadaannya. Untuk sesaat, Reina merasa yakin orang yang menelpon dia semalam adalah pemuda berkacamata itu.
Saat Reina menghamburkan pandangannya, ia menemukan Akio yang tampak kaget saat melihat kedatangannya, di samping Akio ada seorang siswa perempuan yang mungkin seangkatan dengannya tengah tersenyum padanya.
Di sofa yang lain lagi, Reina melihat seorang penjaga sekolah yang biasa ia temui di gerbang depan, dan juga seorang polisi.
'Polisi? Apa mereka ingin melaporkanku?' batin Reina yang saat ini terlihat sedikit ketakutan.
Akio lalu mendekati Reina, "Reina, apa yang kau lakukan di sini? Kembalilah ke kelas, jam pelajaran sedikit lagi akan dimulai." Ucap Akio terdengar khawatir.
"Tidak apa senpai, aku yang menyuruhnya datang kesini." Kali ini Tetsuo yang berbicara.
'Sudah kuduga itu dia.' Batin Reina kesal.
"Jadi, apa sudah bisa kita mulai?" tanya Tetsuo sambil melirik semua orang yang ada di dalam ruangan.
"Mulai apanya? Kenapa aku harus ada disini?" bantah si penjaga sekolah.
"Tenanglah Pak, ini hanya sebentar." Balas Tetsuo mencoba menenangkannya. "Kita hanya ingin mencari tahu penyebab mereka berdua bertengkar, itu saja, setelah itu anda bisa kembali bekerja." Lanjutnya.
'Eh? Penyebab mereka bertengkar? Gawat, dia benar-benar ingin menyerahkanku ke polisi, aku harus segera keluar dari ruangan ini.'
###
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro