Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Club Mystery (2)

"Nakano-san?" panggil Tetsuo pada wanita berambut pirang yang berdiri di sebelahnya.

"I-iya?" Perempuan yang dipanggil dengan sebutan Nakano itu terlihat gugup.

"Tolong kunci pintunya." Pinta Tetsuo pada Nakano. Nakano pun langsung mengunci pintu ruangan tersebut dan memberikan kuncinya pada Tetsuo.

Sedangkan Reina? Dia terus merutuki dirinya yang dengan senang hati mengikuti perkataan Tetsuo, sehingga membuat ia terjebak di dalam ruangan ini. Mungkin sebentar lagi dia akan ditangkap, itulah yang terus mengganggu pikiran Reina.

Tetsuo lalu melirik ke arah Akio, kepalanya mengangguk, mempersilahkan Akio untuk mengambil alih pembicaraan.

"Apa anda ingat tentang kasus bunuh diri yang terjadi dua hari yang lalu?" tanya Akio mengambil alih pembicaraan. Akio lalu memberikan sebuah foto kepada polisi itu, itu adalah foto Takaki Anda.

"Iya saya ingat, cukup mengejutkan saat mengetahui gadis sepintar dia memilih untuk mengakhiri nyawanya." Jawab polisi itu merasa prihatin.

"Menurut anda apa yang menjadi alasan untuk dia mengakhiri hidupnya?"

"Tentu saja karena dia adalah korban perundungan di sekolahnya, dan juga di media sosial." Polisi itu mengetahuinya karena dialah yang menangani kasus itu.

"Bagaimana kalau dia tidak bunuh diri, melainkan sebaliknya?"

"Apa katamu? Jelas-jelas dia bunuh diri." Kali ini sang penjaga sekolah yang berbicara.

"Apa yang membuat anda sangat yakin, pak penjaga sekolah?" tanya Akio menyelidik.

"Anak itu berasal dari keluarga miskin, dandanannya juga terlihat kampungan, oleh karena itu dia selalu dirundung. Dan lagi, dia itu suka menyendiri. Anak seperti itu pasti akan mengalami gangguan mental, bukan tidak mungkin dia akan bunuh diri." Jawab penjaga sekolah itu panjang lebar.

Mendengar jawaban itu, Reina mengepalkan kedua tangannya karena marah. Jika bukan karena di ruangan ini banyak orang, dia pasti sudah memukul penjaga sekolah itu karena berani mengatakan hal yang buruk tentang temannya.

"Rupanya Anda sangat bersemangat dengan kasus ini ya, pak penjaga sekolah." Ucap Tetsuo dengan senyumannya. Senyuman yang sulit diartikan. Penjaga sekolah itu kemudian mengalihkan pandangannya ke lain tempat, berusaha menghindari tatapan Tetsuo, tanpa membalas ucapannya.

Pak polisi yang sejak tadi diam pun mulai membuka suara, "maaf nak, tapi dari semua hasil penyelidikan, sudah bisa dipastikan kalau itu adalah kasus bunuh diri, dan apa yang dikatakan bapak ini benar." Ujar polisi itu membenarkan perkataan penjaga sekolah.

"Nakano-san, jika kau ada di posisi Takaki Anda, apa yang akan kau lakukan?" Tetsuo kali ini mencoba bertanya tentang pendapat Nakano.

"E-eh, mu-mungkin aku akan melakukan hal yang sama." Jawab Nakano gugup. Ya, dia memang selalu gugup, dan juga kadang ceroboh, Akio, Tetsuo, dan Hitoshi sudah terbiasa dengan sifat teman mereka itu.

"Apa maksudmu kau akan bunuh diri? Tapi kenapa?" tanya Tetsuo lagi.

"A-aku pikir, aku tidak akan sanggup jika tiap hari dirundung seperti itu, apalagi sejak orang yang aku suka menolakku, terlebih lagi saat berita memalukan itu tersebar di internet, a-aku pasti sangat malu dan memutuskan untuk mengakhiri hidupku." Jawab Nakano sambil menunduk.

"JANGAN BERCANDA!!!" teriak Reina tidak terima. "Takaki bukan orang seperti itu! Dia adalah orang yang selalu ceria dan tidak mudah putus asa." Lanjutnya.

"Dan juga, dia sudah membuat janji denganku, aku pikir dia tidak mungkin bunuh diri." Kali ini Hitoshi yang berbicara.

"Janji? Janji seperti apa? Itu tidak ada di dalam penyelidikan kami." Tanya polisi itu penasaran.

"Maaf sebelumnya, saya adalah Taniguchi Hitoshi," ucap Hitoshi memperkenalkan dirinya pada polisi itu dan dibalas anggukan oleh pak polisi. "Saya dan Takaki Anda sudah berjanji untuk pergi makan malam setelah saya pulang dari Hokkaido, dan tepatnya adalah malam itu, saat kejadian itu terjadi."

"Saya memang menolak ajakannya berkencan, tapi sebagai ucapan maaf saya kepadanya karena sikapnya yang sangat sopan, jadi saya mengajaknya untuk makan malam setelah saya pulang dari Hokkaido, dan dia terlihat sangat senang dia bahkan berulangkali mengucapkan terimakasih." Jelas Hitoshi.

Hitoshi kemudian mengeluarkan ponsel dari saku celananya, lalu membuka obrolan yang berisi percakapan dia dan Takaki. "Coba lihatlah ini!" Hitoshi kemudian memberikan ponsel itu pada polisi. Reina yang juga penasaran ikit melirik layar ponsel itu.

***


Takaki Anda :
Taniguchi-san
Maaf harus mengatakan ini, tapi aku sudah memperhatikanmu
sejak awal kita masuk SMA, dan aku mulai menyukaimu sejak saat itu
Apakah kau mau berkencan denganku?
Maaf mengatakan ini hanya melalui chat online, hanya saja aku merasa tidak akan pernah mengatakannya lagi kalau bukan hari ini.

Taniguchi Hitoshi :
Eh... maafkan aku, aku belum berpikir sampai sejauh itu untuk berpacaran
Tapi terimakasih sudah mau memperhatikanku.

Takaki Anda :
Baiklah aku mengerti, maaf sudah menganggu waktu berliburmu.

Taniguchi Hitoshi :
Tidak masalah.

***


Percakapan itu sama persis dengan yang Reina baca dari screenshot yang beredar di internet, tapi yang ada setelahnya sama skali belum ia baca. Jadi, Reina mulai memperhatikan layar itu dengan lebih teliti.

Tanpa disadari Reina, ada Tetsuo yang sejak tadi memperhatikan gerak-geriknya.

***

Taniguchi Hitoshi :
Apa kau suka makanan tradisional?

Takaki Anda :
Iya, aku lumayan menyukainya.

Taniguchi Hitoshi :
Bagaimana kalau setelah aku
pulang ke Osaka kita akan pergi
ke salah satu rumah makan
tradisional yang tidak jauh dari
rumahku? Tenang saja, aku yang
traktir. Anggap saja ucapan maafku padamu.

Takaki Anda :
Baiklah kalau begitu.

Taniguchi Hitoshi :
Aku akan pulang tiga hari lagi
Bagaimana kalau pukul 20:00 di
hari itu, apa kau punya waktu?

Takaki Anda :
Iya, aku punya waktu di hari itu.
Tapi, apa kau yakin mau
mengajak orang sepertiku
makan malam?

 Taniguchi Hitoshi :
Tentu saja.
Kau orang pertama yang menyatakan
perasaan kepadaku dengan bahasa
yang sopan dan tidak memaksa, jadi
aku pikir bukan masalah besar jika
hanya mengajakmu makan malam,
lagi pula aku pasti akan mengajak
Tetsuo, jadi kau tidak perlu khawatir.

Takaki Anda :
Aku senang kau menganggapku
seperti itu, Taniguchi-san, dan
terima kasih sudah mau
mengajakku.

Taniguchi Hitoshi :
Oke.
Oh ya, aku sarankan untuk
menelponku saat hari itu,
takutnya aku lupa.

Takaki Anda :
Baiklah, terimakasih sekali lagi.

***


"Percakapan yang ini tidak ada saat kami memeriksa ponsel milik Takaki Anda." Ucap polisi itu bingung.

"Lalu, kenapa kau tidak menghubunginya saat malam itu?" tanya Reina penasaran.

"Seperti yang tertulis di situ, aku melupakannya, bahkan soal kematiannya aku baru mendengarnya tadi pagi." Jawab Hitoshi menyesal.

"Itu belum bisa dijadikan bukti kalau dia tidak bunuh diri." Sanggah si penjaga sekolah.

"Anda memang benar kalau itu tidak bisa dijadikan bukti, tapi yang membuatku penasaran adalah, kenapa sebagian dari percakapan itu harus dihapus?" tanya Tetsuo sambil melihat ke arah pak polisi yang juga penasaran kenapa dia tidak menemukan sebagian percakapan itu di ponsel milik Takaki Anda.

"Soal itu, saya mempunyai sesuatu yang bisa menjelaskannya." Semua pandangan sekarang mengarah kepada Akio.

"Kami sempat mencari tahu di mana Takaki Anda berada saat dia mengirim pesan kepada teman kami, Hitoshi,"

"Menurut beberapa saksi mata, saat itu dia berada di kedai kopi yang tidak jauh dari rumahnya. Dan sebuah kebetulan, di sana juga ada Ueda Ayano dan Miyamoto Sasa. Kita semua tahu, Takaki adalah korban perundungan dari mereka berdua,"

"Dan tepat saat itu juga, sebuah postingan yang berbunyi 'Gadis culun ini berani menyatakan cintanya pada bintang kita, tapi sayangnya di tolak.' beredar di salah satu akun media sosial yang tidak lain pengelola akun itu adalah Ueda Ayano."

"Kita bisa mengasumsikan bahwa Ueda Ayano lah yang telah menghapus sebagian dari percakapan itu, sebagian lainnya ia screenshot dan dikirim ke akun media sosial itu. Itu semua untuk menjatuhkan nama Takaki."

"Mereka menunggu tiga hari untuk melihat Takaki ditindas di media sosial, bahkan ada beberapa siswa yang tanpa sengaja bertemu dengan Takaki dan mereka langsung merundungnya karena kesal. Ueda dan Miyamoto membuat seakan-akan Takaki menghadapi tekanan dari segala arah,"

"Malam itu, saat Takaki keluar dari rumahnya dan ingin menuju ke tempat ia dan Hitoshi akan bertemu, Ueda dan Miyamoto mencegatnya. Mereka lalu mengajak Takaki untuk ke atap sekolah, dan mendorongnya di sana."

"Tapi menurut saksi mata, Takaki hanya di sana hanya sendirian, bukankah begitu keterangan yang Anda berikan, Pak?" Polisi itu kemudian melihat ke arah si penjaga sekolah yang duduk di sampingnya.

"I-itu benar! Malam itu aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri kalau dia berdiri di sana sendiri dan melompat dari sana." Jawab si penjaga sekolah mencoba membela dirinya.

"Ngomong-ngomong, pak penjaga sekolah, kulihat kau baru saja membeli ponsel keluaran terbaru." Kali ini Tetsuo yang berbicara.

"Eh... itu..," penjaga sekolah itu terlihat gugup.

"Darimana kau mendapatkan uangnya?" sorot mata Tetsuo berubah serius.

"Tentu saja gajiku." Jawab si penjaga sekolah.

"Gaji? Aku pikir gajimu sebagai penjaga sekolah tidak akan cukup untuk membayarnya."

"A-aku menabung."

"Kau benar-benar rajin ya? Menabung lebih dari satu tahun hanya demi ponsel keluaran terbaru." Jelas Tetsuo sambil tersenyum mengejek.

"Te-tentu saja."

"Lalu bagaimana kau membiayai kehidupanmu sehari-hari? Kalau semua gajimu kau tabung hanya untuk membeli ponsel, pasti kau punya pekerjaan sampingan yang membuatmu terus hidup sampai sekarang, kan?" desak Tetsuo pada penjaga sekolah itu.

"I-itu... a-aku..,"

"Aku tanya sekali lagi, darimana kau mendapatkan uang untuk membeli ponsel itu? Apakah dari Miyamoto Sasa sebagai uang tutup mulut, atau dari barang-barang yang kau jual?" tanya Tetsuo lagi dengan suara yang terdengar tegas.

Pertanyaan Tetsuo membuat penjaga sekolah itu bungkam. Ia tidak tahu harus menjawab apa, kali ini dia benar-benar terdesak.

Tok-tok!

"Akhirnya datang juga," ucap Akio.

Akio lalu meminta kunci pintu yang dipegang Tetsuo, lalu membuka pintu itu.

Saat pintu itu terbuka, terlihat seorang polisi yang membawa sebuah kardus. Polisi itu lalu meletakkan kardus itu ke meja. Saat kardus itu dibuka, terlihat dengan jelas isi dari kardus itu adalah obat-obatan terlarang.

"Kami menemukannya di tempat yang kalian katakan." Ucap polisi yang membawa kardus itu kepada Akio.

"Iya, terimakasih."

"Bisa kalian jelaskan tentang ini?" Tanya polisi yang sedari tadi bersama mereka.

"Baiklah pak, seperti yang anda lihat, ini adalah obat-obatan terlarang yang selalu di perdagangkan di sekolah kami. Sesuai dengan bukti yang kami kumpulkan, bahwa bapak penjaga sekolah inilah yang bertindak sebagai penjualnya."

"Lalu, apa hubungannya dengan kasus bunuh diri itu?"

"Sesuai dengan bukti yang kami dapatkan, ia selalu melaksanakan transaksinya saat malam hari setiap tanggal 28—"

"Bukan aku yang membelinya, aku tidak punya uang sebanyak itu untuk membelinya, aku hanya di perintahkan untuk menjualnya saja." Penjaga sekolah itu memotong pembicaraan Akio, ia saat ini terlihat ketakutan. "Aku hanya korban, aku tidak punya uang sebanyak itu untuk membeli obat-obatan itu."

"Dia mengakuinya," gumam Tetsuo dengan wajah datarnya.

Akio lalu tersenyum dan melanjutkan penjelasannya, "akan saya lanjutkan, malam saat transaksi itu dilakukan bertepatan dengan malam dimana Takaki Anda dikabarakan meninggal dunia. Itu berarti Bapak Penjaga Sekolah bisa saja menjadi saksi mata utama dari kasus bunuh diri Takaki Anda," Akio mencoba menjelaskan.

"Sesuai dengan yang Bapak Penjaga Sekolah itu katakan, bukan dia yang membeli obat-obatan itu melainkan ia hanya di perintahkan untuk menjualnya saja,"

"Tapi yang kami temukan, malam itu juga ia membeli sebuah ponsel keluaran terbaru. Menurut kasir, pembelian ponsel itu atas nama Miyamoto Sasa. Anda bisa langsung ke toko penjualan pinsel tersebut untuk mengklarifikasinya."

"Jadi seperti itu? Baiklah, saya mengerti." Ucap Polisi itu sambil mengangguk. "Lalu, bagaimana dengan penyebab Miyamoto Sasa dan Ueda Ayano bertengkar?"

"Sejujurnya, aku sempat mengatakan kepada mereka kalau aku mengetahui tentang kebenarannya, dan mereka tampak sangat ketakutan. Mungkin karena itulah mereka bertengkar." Tetsuo memperlihatkan raut wajah penyesalan.

"Tapi, kenapa mereka membawa pisau?" tanya polisi itu lagi.

Tetsuo lalu mengeluarkan sebuah alat perekam suara berbentuk pulpen, dan kemudian memutarnya. Seisi ruangan mendengar pembicaraan antara Reina yang sedang diancam oleh Miyamoto dan Ueda saat berada di depan toilet.

Ternyata, saat itu Tetsuo ada di sana dan merekam pembicaraan mereka.

"Dari rekaman ini, terbukti kalau Yamazaki-san telah diancam oleh Miyamoto Sasa dan Ueda Ayano, mereka kemudian memaksa Yamazaki-san untuk ke gudang sekolah dan berniat untuk mencelakainya. Mereka sudah menyiapkannya, seperti pisau-pisau itu. Sayangnya, mereka malah ketakutan karena ada siswa lain yang tahu tentang rahasia mereka, mereka pun saling menyalahkan dan berakhir saling tikam."

Kedua polisi itu pun mengangguk mengerti oleh penjelasan Tetsuo. Menurut mereka itu memang saling berhubungan. Dengan itu, mereka menangkap si penjaga sekolah dengan tuduhan penjualan narkoba dan pembunuhan berencana.

Reina dapat menghirup napas lega karena Tetsuo tidak mengatakan yang sebenarnya di depan para polisi, tapi ada satu yang benar-benar membuat dia merasa malu, yaitu saat Hitoshi mendengar apa yang ia katakan di rekaman yang Tetsuo putar.

Kalau begitu, aku akan pacaran dengan Taniguchi Hitoshi mulai hari ini, lagipula dia orang yang tampan, dan sepertinya dia juga menyukaiku.’

Mereka bisa paham kalau Reina mengatakannya karena dia sangat kesal dengan Ueda dan Miyamoto. Namun tetap saja, Hitoshi juga mendengarnya, dan itu sangat memalukan.

###

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro