Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Aku Yang Sebenarnya -- Sisi Lain Lucy Crule

Bermuka dua, wanita licik, ya, itulah aku. Semua orang di sekolah mungkin hanya mengenalku dengan nama Nakano Hikari, tapi bagi mereka yang sudah biasa dengan perdagangan di pasar gelap, mereka mengenalku dengan Lucy Crule.

Aku memiliki rambut pirang yang panjang, tapi wajahku tetap menggambarkan bahwa aku masih berdarah asia.

Keluarga Crule adalah keluarga yang terkenal dengan kekejamannya. Keluarga Crule jugalah yang memegang usaha terbesar di pasar gelap.

Aku mempunyai dua saudara lainnya. Tidak, bukan hanya dua, tapi ada seorang lagi yang bahkan mendengar namanya saja aku tidak sudi. Lagi pula untuk apa berbicara tentang orang yang sudah mati?

Ayahku, Antonie Crule, yang memegang perdagangan itu. Dia memerintahkan anak-anaknya untuk membantunya dalam usahanya.

Kakak pertamaku, Keisha Crule, aku tidak pernah melihat wajahnya lagi sejak sepuluh tahun yang lalu, nama samarannya pun bahkan aku tak tahu. Tapi yang aku tahu, dialah yang bertanggung jawab dalam perdagangan wanita yang marak terjadi belakangan ini di Osaka.

Selanjutnya adalah Mike Crule, aku sempat melihatnya dua tahun yang lalu, dia sangat tampan, sering tersenyum dan pandai melukis. Dia bertanggung jawab dalam penjualan senjata.

Dan terakhir adalah aku, Lucy Crule. Aku memakai nama Nakano Hikari dalam keseharianku, bertindak seolah aku wanita polos yang sering ditindas. Aku diberi tanggung jawab oleh ayahku dalam perdagangan narkoba.

Sejak kelas 1 SMP Ayah menyuruhku untuk membiasakan diri dengan nama samaran itu. Barulah sejak aku kelas 2 SMP, aku diberi hak sepenuhnya untuk memperdagangkan obat-obatan terlarang yang harganya selangit.

Dalam keluargaku aku hanya menganggap Ayahku dan kedua kakakku. Aku tidak mau menganggap Ibuku yang masih berdarah asia dan Kakak laki-lakiku yang tidak berguna itu, kenapa? Karena mereka adalah noda dalam keluarga kami.

Saat usiaku sekitar 5 tahun aku melihat Ibu dieksekusi oleh Ayahku sendiri karena dia sudah menolong seorang polisi yang mau menangkap Ayahku.

Saat itu aku memang sangat sedih, kakak laki-lakiku yang bernama Ed lah yang selalu menghiburku. Kuakui dulu Ed adalah salah satu panutanku karena keberaniannya melawan Ayah. Dia pergi dari rumah dan berjanji padaku akan kembali suatu hari nanti untuk membebaskanku dari Ayah. Ya, dulu aku sangat membenci Ayah karena kekejamannya.

Tepat setelah Ed pergi untuk mengabdikan dirinya sebagai anggota kepolisian, Keisha juga ikut pergi, tapi dengan jalan yang berbanding terbalik dengan Ed.

Setiap hari aku terus menunggu kedatangan Ed untuk membebaskanku, dan penantian itu terus berlanjut sampai usiaku 10 tahun.

Saat itu Ed datang dengan seorang petinggi di kepolisian. Awalnya aku sangat bangga kepadanya, tapi setelah itu? Tidak! Aku benar-benar kecewa pada Ed.

Seorang petinggi yang datang bersama Ed itu adalah sahabat baik Ayahku. Dia datang bukan untuk membantu Ed, melainkan menyerahkan Ed untuk dijadikan penghianat keluarga kami.

Ketika itu juga Ed dieksekusi, persis seperti yang terjadi pada Ibuku. Apa yang membuat aku membenci Ed? Itu karena Ed bersujud di depan Ayahku, meminta maaf agar nyawanya diampuni.

Mengecewakan, sangat mengecewakan. Ed yang aku banggakan sebagai penolongku ternyata hanya seorang pecundang yang takut dengan kematiannya. Dia tidak lebih dari seorang pemuda yang menyedihkan.

Saat itu juga aku memantapkan pilihanku untuk mendukung Ayahku sepenuhnya. Aku tidak ingin menjadi pecundang seperti Ed. Aku ingin hidup dengan jalanku sendiri.

***

Saat SMP aku bertemu dengan seseorang yang sangat menarik. Maruyama Tetsuo, seorang anak laki-laki berkacamata yang selalu menatapku dengan tatapan sinisnya.

Tatapannya itu seolah-olah mampu membuatku dipenjara. Setiap bertemu dengannya aku bagaikan bertemu dengan seekor singa kelaparan yang kapan saja bisa membunuhku.

Aku sudah berulangkali bertemu dengan orang-orang penting yang cukup berbahaya karena kekuasaan mereka, aku juga telah diajari bagaimana cara menghabisi orang yang cukup berbahaya dengan cara yang sangat mudah. Tapi bagiku mereka semua tidak ada apa-apanya dibanding anak laki-laki bernama Maruyama Tetsuo itu.

Namun, dibalik rasa kagumku padanya, aku juga menyimpan rasa takut yang amat besar. Sebagai seorang pedagang cilik di pasar gelap, aku selalu siap jika saja sewaktu-waktu aku akan ditangkap.

Dan aku merasa Tetsuo lah yang akan mengambil peran itu, pertanyaannya hanya kapan, dimana, dan bagaimana cara dia menangkapku. Karena itulah aku selalu mengawasinya.

Beruntung saja dia memiliki seorang sahabat yang sangat tergila-gila padaku, semakin mudah bagiku untuk mendekati dan mengawasi Tetsuo.

***

Sejak awal aku diberi hak oleh Ayahku, aku sudah diajarkan sebuah nama yang bisa saja membahayakanku dan keluargaku.

Shimizu Ai, seorang wanita yang lebih tua dua tahun dariku. Ia dijuluki sang penggila misteri dan berhasil mendirikan sebuah klub bertema misteri di SMA tempat dia bersekolah.

Awalnya kupikir klub itu hanya untuk kumpulan orang-orang yang menyukai riddle atau semacamnya. Tapi ternyata mereka benar-benar memecahkan sebuah kasus, dan bahkan itu menyangkut dengan perdagangan di pasar gelap.

Untung saja Ayah mempunyai seorang anak buah yang memiliki wajah yang terlihat muda. Aku hanya mengetahui nama samarannya yaitu Chikafuji Rui. Aku tidak tahu pasti usianya, tapi menurut Ayah dia sudah berusia di atas 20 tahun. Dia juga seorang sniper dan pandai menyamar.

Rui diberi tugas untuk bergabung dengan klub misteri itu dan mencari tahu apa saja yang dilakukan oleh Shimizu Ai. Menurut Rui, Shimizu Ai biasa dibantu oleh seorang anak seumuranku yang terbilang sangat cerdas, tentu saja itu adalah Maruyama Tetsuo.

Ayah lalu mengutus beberapa orang untuk menghabisi anak kecil bernama Tetsuo itu. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, dua orang itulah yang terbunuh. Itu lah yang semakin membuatku tertarik dengan Tetsuo. Mungkin saja dia lebih berbahaya dari apa yang aku bayangkan.

***

Pada suatu malam Rui berhasil menjebak Shimizu Ai. Itu adalah malam di mana dia merencanakan kalau besoknya ia akan mengatakan semuanya pada polisi. Sayangnya dia tidak tahu kalau Rui yang juga anggota klubnya adalah kaki tangan Ayahku. Jadi, Shimizu Ai sama sekali tidak curiga pada Rui.

Malam itu, aku membongkar semua kejahatanku kepadanya, semuanya tanpa ada yang terlewat. Tapi setelah itu, aku membunuhnya.

Aku berpikir kalau itu akan berhenti sampai kematian Shimizu Ai, tapi ternyata aku salah. Takata Akio, saudara sepupu dari Shimizu Ai ternyata melanjutkannya.

***

Waktu terus berlalu, akhirnya aku masuk ke sekolah yang sama dengan Rui. Tentu saja aku masuk ke sana karena masih ingin mengawasi Tetsuo, karena dia bisa membahayakanku kapan saja.

Aku juga bergabung dengan misteri. Sekedar ingin memperhatikan dari dekat apa saja yang mereka lakukan.

Awalnya aku tidak mendapati apa-apa. Kematian Shimizu Ai, persoalan pasar gelap, semuanya bagaikan ditutup rapat oleh Takata Akio. Entah itu tertutup rapat atau memang sudah dilupakan.

Sampai pada pemecahan kasus yang berhubungan dengan kematian Takaki Anda. Aku akhirnya mengetahui kalau Akio ternyata diam-diam menyelesaikan kasus yang berhubungan dengan kematian Shimizu Ai.

Akio berhasil membongkar kedok dari si penjaga sekolah. Aku tidak pusing dengannya, lagi pula si penjaga sekolah itu hanyalah alat kami agar bisa memperluas perdagangan kami. Walau begitu, Akio tetaplah ancaman yang harus kuhabisi.

Aku pun mengirimkan sebuah pesan pada Akio melalui sebuket bunga mawar berwarna-warni. Kuyakin Akio tetap akan menemuiku sendiri, dia tidak akan mau mengajak siapapun karena dia adalah orang yang tidak ingin melibatkan siapa pun ke dalam masalahnya.

Untuk membuat alibi aku membiarkan diriku diantar Hitoshi sampai ke rumah. Tapi sebelum sampai di rumah, aku segera menyuruh Hitoshi pulang. Aku menyuruhnya diam, dan sudah pasti dia akan menuruti semua kata-kataku. Itu karena Hitoshi tergila-gila kepadaku.

Setelah itu aku kembali ke sekolah untuk bertemu dengan Akio. Dia sangat kaget saat melihat aku dan Rui berdiri di depannya sebagai tersangka.

"Hikari... Rui... ternyata selama ini kalian..," ucapnya masih tidak percaya.

"Kau benar-benar sangat bodoh Takata Akio, kau dan Shimizu Ai benar-benar sangat bodoh, hahaha... tidak kusangka dua orang bodoh seperti kalian akan mendapatkan kematian yang sama-sama menyedihkan." Ejekku saat kulihat Akio semakin terpukul dengan keadaan saat ini.

Dia terlihat sedih tapi masih bisa mendekatiku, dia lalu meraih tanganku dan berkata, "kalian masih punya kesempatan, berubahlah, kalian pasti bisa."

Aku terdiam sejenak saat melihat dia seperti itu, sesaat dia mengingatkanku pada Ed. Tatapan hangat dan keberaniannya. Aku merasa seperti Ed kembali hadir di depanku dengan membawa keberaniannya, aku juga teringat Ibuku saat itu.

Tapi sedetik kemudian Rui langsung memukul kepala Akio dengan kayu yang sedari tadi ia pegang. Ketika Akio jatuh tersungkur, Rui langsung menendang perutnya. Tanpa ampun Rui terus memukulinya. Seketika aku langsung tersadar dari lamunan menjijikkanku dan langsung membantu Rui menuntaskan tujuan kami.

Tanpa perlawanan sedikitpun, aku dan Rui berhasil membunuh Akio.

###

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro