Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 4 | Aku Percaya Padamu

Halo ... mohon maaf baru bisa lanjut lagi. Untuk yang sudah baca ceritaku, sudah ikut voting dan juga meramaikan kolom komentar, terima kasih banyak ya semuanya. LOVE :)

Adi Hyang adalah sebuah dataran yang diapit oleh jajaran perbukitan di sisi utara dan selatannya. Sebuah tempat yang cukup terpencil di Jawa Tengah, tetapi, entah kenapa suasana hangat dari masyarakat di sana, dengan hamparan alam hijau yang begitu alami, serta udara sejuknya mampu memberikan rasa familier bagi Shima, dia merasa seperti sedang berada di rumah kedua orang tuanya di Melayu Sribuja.

Adi Hyang adalah tempat yang dipilihkan oleh Pangeran Kartikeyasingha saat sang istri memintanya untuk tinggal di lingkungan alam terbuka hijau dan membaur dengan rakyat. Shima rasanya rindu suasana hutan di tanah masa kecilnya, rindu pada setiap tanah dengan hamparan rerumputan yang menari setiap kali angin berembus dengan cermat hingga menggelitik punggungnya saat rambut panjang miliknya ikut berayun mengikuti irama angin. Shima meminta kepada suaminya untuk tinggal di daerah seperti desanya. Bukannya tidak suka ibukota dengan hiruk pikuknya yang khas, bukan. Namun, dia hanya ingin menikmati masa bhaktinya kepada rakyat desa yang jauh dari keramaian megah istana Kalingga.

Tentu saja, Shima tetap akan tinggal di ibukota bersama dengan Kartikeyasingha jika tidak mendapatkan izin suami dan juga sang mertua, tetapi beruntungnya dia saat baginda raja memberikan restunya. "Tentu saja ayahanda mengabulkan permintaanmu, putriku, kau adalah anakku sekarang. Permintaan anakku adalah keutamaan untukku, sama seperti rakyatku. Hiduplah dengan bahagia di sana, Nak." Kiranya, kalimat panjang itu adalah restu dari baginda raja sebelum melepaskan putra kesayangan dan juga menantunya.

"Terima kasih, ayahanda," ungkap Kartikeyasingha dan Shima bersamaan.

Seulas senyum bertengger di wajah penuh wibawa kebanggaan rakyat Kalingga. "Kembalilah kapan pun, istana ini dan seluruh Kalingga adalah rumahmu."

"Tentu saja, ayahanda," sahut Kartikeyasingha, sementara Shima mengangguk sebagai jawabannya.

Setelah mendapatkan izin dari raja, akhirnya mereka memutuskan untuk menikmati kehidupan pernikahan mereka di Adi Hyang, tempat dengan keindahan alam yang dipilih Kartikeyasingha untuk sang istri. Di sana pulalah, Kartikeyasingha meminta para pekerja untuk membentuk candi sesuai dengan kebutuhan Shima dalam melakukan pemujaan kepada Dewa Siwa.

Hari ini, Shima kembali melakukan perjalanan ke desa untuk melihat kegiatan warga desa yang sibuk di pagi hari, bertani. Kawasan Adi Hyang adalah salah satu daerah yang merupakan penghasil sayuran dataran tinggi di Jawa Tengah. Shima sedang asyik berbincang dengan warga sambil ikut memindahkan wortel-wortel yang sudah panen ke dalam sebuah keranjang yang terbuat dari anyaman. Shima terkejut saat tiba-tiba para pengawalnya datang sambil tergesa-gesa.

"Ada apa?" tanya Shima melihat dua orang pengawalnya menghentikan laju mereka, sambil mengatur napasnya yang terengah-engah.

"Pangapunten1, Tuanku Putri, kula2diperintah Gusti Pangeran untuk menghadap," ucap Jaka, salah satu pengawal yang sudah lebih dulu berhasil menetralkan napasnya.

Shima mengangguk pelan, dia lalu kembali mengajukan pertanyaan yang sama kepada para pengawalnya. "Ada apa?"

"Gusti Pangeran meminta Tuanku Putri untuk segera kembali," ucap Jaka memberitahukan perintah dari Kartikeyasingha.

Jaka diminta untuk tutup mulut setelah menyampaikan pesan dari baginda raja kepada Kartikeyasingha tentang situasi yang sedang terjadi di istana pusat. Kartikeyasingha meminta Jaka agar tidak memberitahukan kepada Shima tentang gejolak di Kerajaan Kalingga, semata-mata agar warga Adi Hyang tidak sampai mendengar kabar di kerajaan pusat, cukuplah rakyat hidup dengan aman dan nyaman tanpa mengetahui bahwa di kerajaan pusat sedang terjadi serangan dari para pejabat lokal pemilik tanah pertanian yang tidak terima saat diadili karena telah melakukan pemungutan upeti tanpa sepengetahuan pihak istana, untuk kepentingan pribadi.

Dari para tuan tanah yang merasa harga dirinya telah direndahkan oleh raja, memutuskan untuk menimbun kekuatan gabungan dan melakukan aksi serangan dengan merusak pemukiman warga dan pasar. Hal itu berhasil membuat rakyat menjadi resah, dan raja memutuskan untuk memanggil Pangeran Kartikeyasingha agar segera kembali dan meredam aksi para tuan tanah tersebut.

"Kau mengerti?"

"Sendiko dawuh3, Gusti Pangeran," sahut kedua pengawal yang dipercayakan oleh Kartikeyasingha untuk menjemput Shima pulang.

Mengingat perintah sang pangeran, kedua pengawal itu saling melempar pandang sambil lalu. Jaka menelan salivanya kasar sebelum kembali berkata, "Pangapunten, Tuanku Putri..."

"Lanjutkan, Jaka," ucap Shima. Wanita berpakaian kemben berbalut sutra dengan kain batik bercorak ornamen khas istana Kalingga itu menatap Jaka dengan penuh tanya, tetapi melihat bola mata pria bertubuh kekar itu bergerak-gerak dengan gelisah ke arah warga, Shima segera urung mengajukan pertanyaan yang singgah di benaknya. Ada apa gerangan? Apa terjadi hal yang genting di istana?

Jaka membungkukkan tubuhnya sembari sebelah tangan terkepal kuat di depan dadanya. "Gusti Pangeran meminta Tuanku Putri untuk segera kembali," ulang Jaka.

Melihat wajah kedua pengawalnya yang terlihat tegang, Shima memutuskan untuk segera bergegas menemui suaminya di pusat Adi Hyang. Tidak lama, Shima sampai. Namun, sejak kedatangannya di rumah, Shima bingung saat melihat para dayang yang tengah sibuk lalu-lalang menyiapkan barang-barang. Langkahnya berhenti saat melihat sosok pria tampan yang selalu ia lihat setiap kali dia memejamkan matanya di kala malam, juga pria tampan yang ada di sampingnya begitu lelap saat sinar pertama dari Batara Surya menembus jendela kamar mereka.

"Kanda," panggilnya.

Tanpa menjawab, tubuh kekar di hadapan Shima justru mendaratkan dekapan. Shima tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan hangat yang telah diberikan oleh Sang Hyang kepadanya. Tangan Shima merengkuh punggung suaminya dengan erat.

"Dinda ... aku akan sangat merindukanmu," bisik Kartikeyasingha sambil terus membenamkan wajah Shima di dada bidangnya.

"Ayahanda memanggilku untuk ke Kalingga, ada hal yang harus aku urus." Akhirnya Kartikeyasingha berhasil mengutarakan maksudnya kepada Shima. Dekapannya terurai setelah kalimat itu terucap.

Kartikeyasingha tertunduk, menatap wajah cantik istrinya yang ia yakin akan sangat ia rindukan. Pria itu menyentuh wajah mungil Shima dengan satu tangan, membiarkan kelembutan dari wajah dengan semu merah muda itu ia rasakan. Tiba-tiba saja rasa sesak menjalar di dadanya saat melihat manik cokelat Shima berkaca-kaca.

"Apa ..." Shima nampak ragu, terbesit rasa takut saat mendengar ada hal yang harus diurus oleh suaminya. Shima yakin kalau di Kalingga sedang terjadi hal yang gawat sampai-sampai raja meminta suaminya untuk pulang ke Kalingga.

"Apa ... ayahanda baik-baik saja, Kanda?" tanya Shima setelah menelan salivanya dengan susah payah.

Kartikeyasingha mengangguk, sebuah senyum terbit di wajah tampannya. "Ayahanda baik-baik saja. Ayahanda hanya sibuk dalam melakukan perjamuan untuk menjaga hubungan diplomatik dengan kerajaan lain," ucapnya seraya mengusap sejumput rambut Shima yang nampak keluar dari ikatannya. Kartikeyasingha mulai percakapannya tentang para pejabat lokal yang melakukan aksi tidak terpuji kepada rakyat di Kalingga.

"Tidak usah cemas, aku akan segera kembali ke Adi Hyang setelah semuanya selesai," ucap Kartikeyasingha diakhir penjelasannya. Shima mengangguk, dia menatap suaminya, mengukir sebuah senyum untuk menguatkan suaminya yang akan berjuang demi rakyat Kalingga.

"Aku akan mendoakan keselamatan Kanda pada Sang Hyang di kompleks candi yang sudah kanda buatkan untukku, candi-candi itu sangat cantik, Kanda ...." Shima menghamburkan dirinya memeluk tubuh sang suami, semerbak aroma rempah khas menguar pada indra penciumannya.

"Aku percaya padamu, Kanda," ucap Shima sebelum Kartikeyasingha pergi bersama para pengawalnya ke ibu kota.

Saat aku merasa udara di sekitar Adi Hyang begitu sesak,
Sementara dingin yang sejuk entah mengapa tiba-tiba membuat langkahku beku,
saat melihat sosok itu perlahan pergi bersama derap kuda yang sudah tidak terdengar lagi di telinga....
Sosok itu, suamiku, raja Kalingga masa depan
Aku akan mendoakan keselamatannya pada Sang Hyang Widhi.






__________________________

Pangapunten1 saya minta maaf (ucapan permintaan maaf dalam bahasa Jawa)

kula2 Saya

Sendiko dawuh3  respon atas jawaban yang tunduk dan taat atas perintah atau tugas yang diberikan oleh orang berkedudukan tinggi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro