Rintik Berisik
Seminggu belakangan hujan seringkali turun,. Entah itu lebat meski sekelebat mata atau berupa rintik-rintik berisik yang mengusik sebuah rahasia. Tanah merah ini belum juga kering. Aku tahu ini bukan tempat yang nyaman untukmu berbaring. Tetapi disini aku bisa mengenangmu dengan tenang dan memelukmu dengan riang kapan saja aku mau, tanpa seorangpun yang tahu. Apakah kamu menyukai selembar rindu yang kusulam dari jarum-jarum hujan, sayang? Apakah mereka menghujammu dengan benar? Seperti kala itu, ketika kamu menghujaniku dengan ciuman-ciuman. Basah. Aku terbakar.
Aku ingat cara hujan mempertemukan kita waktu itu. Seperti sudah takdir, tiap rintiknya menuntunmu berlari ke arahku. Lalu, tidak dengan berpantun bapak kamu ini bapak kamu itu, tapi dengan santun kamu mengetuk pintu hatiku,
"Hatiku hujan, mataku penuh peluh, ijinkan aku berteduh didalam rekah bibirmu yang merah dan binar matamu yang cerah."
Tersipu malu, aku tersapu bersih oleh pesonamu. Aku hangatkan kamu dengan mantel berbulu hingga meski telah lama berlalu aku masih hafal aroma tubuhmu yang sempat tanggal, membekas tertinggal dalam relungku yang tunggal. Aku bahagia.
Tapi rintik-rintik ini sungguh berisik. Lama-lama aku tak tahan. Tiap tetesnya mengatakan padaku tentang kebohonganmu. Awalnya aku tak percaya. Aku tak mau. Hujan terus saja memaksa, menyiksaku dengan menyuruhku menyaksikanmu memeluk dia langsung di bawah hujan tanpa naungan. Aku marah. Jejak lumpur di kakimu ketika pulang mengotori jiwaku. Membuatku harus mengotori tanganku.
Di tengah lebatnya hujan, aku penasaran bagaimana polisi akan menemukan dia. Meski ketemu pun hanya akan tubuh jalangnya saja, tidak bersama hatinya. Kamu tidak membawanya kan, sayang? Ketika kubelah, aku hanya menemukan segumpal darah. Entah dimana hati itu berada. Dia sahabat terdekatku, seharusnya aku tahu. Atau barangkali aku mesti menggali kembali? Jangan sampai ketemu hati itu ada padamu. Kamu hanya milikku, hanya boleh memiliki aku. Aku, kamu, dan hujan.
Demi hujan, aku yakin aku sudah tidak waras. Tunggu sebentar akan kuambil gelas. Mari duduk bersila dan bersulang. Untuk hujan ini yang tak pernah mengkhianati, dan untuk kalian yang tinggal kenangan.
published on wattpad @LudiraLazuardi 18/12/2021
terbit di antologi cermin Hujan dan Jejak Kenangan 2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro