"(I won't say) I'm in Love"
"(I won't say) I'm in Love"
.
.
Kise Ryouta x Reader x Akashi Seijuurou
Future!AU
.
.
Kau adalah manajer dari sang idola Jepang yang terkenal Kise Ryouta. Tentu saja bagi semua orang, berada disamping sang idola adalah sebuah hal yang sangat menyenangkan. Namun bagimu, ia bukan Kise Ryouta sang idola. Kau hanya mengenalnya sebagai Kise. Kise yang kau kenal bahkan sejak ia belum menjadi seorang model. Kise teman masa kecilmu yang tidak akan pernah berubah sampai kapanpun.
"[y/n]-cchi!"
Sepasang tangan tampak melingkar di lehermu dan seseorang memelukmu dari belakang saat kau sedang mengatur jadwal dari sang idola yang saat ini berusia hampir 24 tahun. Kau hanya perlu menggerakkan lehermu sedikit untuk melihat sekelibat surai kuning yang kau kenal.
"Kise, jangan menggangguku!"
"Kau kupanggil sedaritadi tidak menjawab. Sesi pemotretanku sudah selesai, apa jadwal setelah ini?" Kise menatapmu dengan masih melingkarkan tangannya di lehermu dan memandangi tablet di tanganmu dari balik bahumu, "tidak ada?"
"Tidak ada lagi, tetapi besok kau akan-"
"Kalau begitu ayo kita makan siang, aku yang akan traktir-ssu!"
"Tetapi aku harus mengatur jadwalmu besok dan-KISE!" Kau bahkan belum selesai berbicara saat tanganmu tampak ditarik oleh sang model untuk keluar dari tempat itu.
.
.
"Aku benar-benar serius Kise, kau tahu sendiri sejak kau juga merambat ke dunia acting jadwalmu sangat padat dan aku harus mengaturnya dengan sangat ketat kan?!" Kau menatap tajam kearah Kise yang duduk di sampingmu sambil mengendarai mobil sport hitam miliknya.
"Maa, soalnya kau terlalu serius [y/n]-cchi, aku akan membantumu untuk mengaturnya setelah ini. Kita bisa bersantai 1 atau 2 jam kan?"
"Tetapi aku masih harus mengatur waktumu untuk besok reuni dengan mantan anggota Kiseki no Sendai kau tahu," senyuman penuh arti darimu tampaknya membuat wajah Kise memucat, "Akashi-kun mewanti-wanti untuk datang dan kau tahu sendiri jika ia sudah mengatakan itu-"
"Perkataannya adalah mutlak. Oke, tetapikan aku ingin menghabiskan waktu denganmu-ssu... sekarang ia terlalu serius dengan pekerjaanmu. Padahal saat kecil bahkan kau mau memanggilku dengan nama kecilku."
...
Kau menatap kearah pemuda itu yang tampak cemberut dan hanya tersenyum geli sebelum menarik lengan pakaiannya dan mencium pipi kiri Kise dan sebelum pemuda itu bereaksi, kau segera melanjutkan perbuatan jahilmu.
"Dulu, aku juga sering menciummu seperti inikan, Ryou-ta~?"
Satu detik... dua detik... tiga detik...
CKIIIT!
Suara rem mendadak dan klakson dari mobil belakangmu yang menjadi reaksi dari tiga detik penantianmu dengan respon Kise akan apa yang kau lakukan tadi. Dan tentu saja bonus kepalamu yang tampak terbentur bagian depan mobil.
"Kise, itu bahaya tau!" Kau menoleh pada pemuda yang ada disampingmu untuk menemukan pemuda itu yang membenamkan wajahnya di setir mobil. Namun kau bisa melihat telinganya yang merah padam entah karena apa, "kau malu atau kaget?"
"D-dua-duanya! Bagaimana tidak kalau kau melakukan hal tadi tiba-tiba?! Kalau terjadi kecelakaan yang salah itu kamu [y/n]-cchi!" Kau mundurkan badanmu saat Kise membentakmu dengan wajah yang memerah.
"Soalnya kau berkata seperti ingin aku bersikap seperti saat kecil. Akukan sering menggodamu dengan menciummu," kau tertawa dan Kise tampak tidak menjawab karena menenangkan diri dan menjalankan mobilnya kembali.
.
.
Kau sudah sangat mengenal Kise sebelum ia masuk Teikou. Rumah kalian berdekatan bahkan hingga sekarang, dan kau sudah menganggap pemuda ini sebagai saudaramu sendiri. Saat SMP, kau memang tidak mengerti sama sekali tentang basket, namun kedekatanmu dengan Kise membuatmu sering berkumpul dengan para anggota Kiseki no Sendai.
"Sudah lama tidak bertemu [y/n]," dan disanalah kau juga bertemu dengan Akashi Seijuurou. Pemuda penuh misteri yang menjadi cinta pertamamu dan kekasih pertamamu. Kau sempat berpacaran dengannya saat SMP, dan hanya sebentar karena saat kelulusan kau harus mengikuti orang tuamu untuk pindah dan bersekolah di luar negeri, "kurasa kau tidak berubah sampai sekarang."
"Kau yang tidak berubah sama sekali," kau mencoba untuk mengabaikan perasaan canggungmu saat bertemu dengannya. Degupan jantungmu sama sekali tidak berubah. Selalu lebih kencang saat melihatnya. Saat kau berada dalam lamunanmu, semua orang memandangi kalian berdua hingga akhirnya deheman dari Satsuki menyadarkanmu.
"Sudah selesai bernostalgianya? Kita akan memulai acaranya," Satsuki tampak mendorong bahumu. Mendudukkanmu di salah satu kursi yang berada disamping Kise dan beberapa saat kemudian Akashi memutuskan untuk duduk di sampingmu. Satsuki yang duduk di sebelah Kurokopun tampak berdehem sesekali, "baiklah, karena kita sudah berkumpul semua, kita bersulang untuk pertemuan ini!"
Pertemuan itu cukup seru dengan beberapa cerita seperti Midorima yang menjadi dokter, lalu Kuroko yang menjadi penulis sekaligus part timer di tempat pengasuhan anak, Murasakibara yang menjadi patissiere, Aomine yang menjadi polisi, dan Akashi yang menjadi pemain catur professional. Kau sangat senang karena mereka menganggapmu sebagai bagian dari mereka meskipun tentu saja kau tidak begitu mengerti dengan dunia mereka.
"Jadi, kau menjadi manajer dari Ryouta?"
"Begitulah, ia tidak bisa apa-apa kalau aku tidak mengatur jadwalnya," kau mengibaskan tanganmu menanggapi pembicaraanmu dengan Akashi. Semua orang sudah hampir teler karena mabuk. Dan kau yang memang lebih memilih untuk tidak meminum alkohol karena kau akan menggantikan Kise menyetir mobilnya, "lihat, ia bahkan tidak memikirkan bagaimana besok sesi pemotretan dengan keadaan mabuk seperti itu."
Akashi tampak menatap Kise yang sudah tumbang dan tertidur disana.
"Aku sedikit mabuk. Bagaimana kalau temani aku sebentar diluar [y/n]?"
"Aku tidak pernah menyangka kalau kau akan cepat mabuk Akashi-kun, tetapi baiklah," kau tertawa dan berdiri bersamaan dengan Akashi dan keluar dari rumah makan itu. Meninggalkan mantan anggota lainnya yang tampak tertidur dengan beberapa posisi disana.
...
"Kau belum mengatakannya pada [y/n]-chan, Kise?" Suara itu berasal dari Satsuki yang tampak mabuk namun masih sadar dan menatap pada Kise yang ada dihadapannya. Kise tampak terlihat tertidur, namun sepertinya ia tidak sama sekali tertidur, "[y/n]-chan itu polos. Ia tidak akan menyadari perasaannya jika kau tidak mengatakannya terlebih dahulu."
"Nn~ tetapi belum tentu [y/n]-cchi akan menyukaiku juga kan? Aku tidak ingin hubungan kami akan berubah kalau aku menembaknya," dengan suara parau karena mabuk, Kise tampak menghela napas. Dari tempatnya, Kise masih bisa melihatmu dan juga Akashi yang sedang berbincang diluar sana.
.
.
Sejak hari itu, ada yang berbeda denganmu. Kise bisa merasakannya saat kali ini pikiranmu bukanlah terdistrak oleh pekerjaanmu saja. Beberapa kali handphonemu berbunyi, dan kau akan menghilang untuk menjawab telpon itu berulang kali. Beberapa kali kau melamun saat kalian berdua, dan Kise bisa melihat bahwa kau sedang memikirkan sesuatu.
...seseorang.
"Apakah kau percaya kalau ada perasaan suka yang tidak pernah berubah walaupun sudah lama kau rasakan?"
Kise menatapmu dengan mata membulat saat pertanyaan itu begitu saja keluar dari mulutmu. Wajahmu yang memerah, tentu saja pemuda itu tidak akan menyangka bahwa pertanyaan itu akan keluar dari mulutmu saat kalian sedang beristirahat makan siang.
"Lu-lupakan pertanyaan anehku tadi!"
"Aku percaya," senyumannya membuatmu terdiam. Kau tidak pernah melihat Kise yang memberikanmu senyuman seperti saat ini, "-bukankah itu yang namanya kau benar-benar mencintai seseorang? Walaupun sudah berpisah lama, namun saat bertemu perasaan itu tidak pernah berubah sama sekali."
...
Seperti perasaan Kise padamu. Setelah kau lulus SMA di luar negri dan kembali ke Jepang, sebelum kau bertemu dengan Akashi, dan saat kalian pertama kali berkenalan. Kise Ryouta selalu menyukaimu sampai sekarang. Namun, kau bahkan tidak menyadari hal itu sama sekali.
Dan yang kau bicarakan, bukanlah tentang dia...
"Kenapa, hee jangan-jangan kau sedang jatuh cinta ya, [y/n]-cchi?" Kise terlihat menggodamu dengan nadanya. Namun, saat mendengar itu, degupan jantungmu tampak tidak bisa disembunyikan. Wajahmu memerah, dan tampak kau hanya memalingkan wajahmu tidak berani menatapnya yang tampak tidak menyangka dengan reaksimu.
"...eh, aku benar?"
.
.
"K-Kurasa, aku masih menyukai Akashi-kun..."
.
.
"Lalu, apa yang kau katakan padanya?"
Beberapa hari setelah itu Kise menemui Satsuki yang mengetahui perasaan Kise padamu. Dengan kepala yang membentur meja, Kise tampak benar-benar down karena satu kalimat yang ia dengar darimu beberapa hari yang lalu.
"Itu bagus sekali, kurasa Akacchi juga menyukaimu."
"Kau bodoh ya?" Satsuki tampak menghela napas sambil menatap kearah Kise yang benar-benar tidak bisa melawan kata-kata dari mantan manajer basketnya saat SMP itu.
"Ia benar-benar tampak bahagia. Aku tidak mungkin mengatakan kalau aku menyukai [y/n]-cchi saat ia mengatakan itu dengan wajah bersemu yang manis dan menggemaskan. Kau pikir aku tega mengatakan hal yang kejam?"
"Kesalahan yang kau perbuat sejak dulu adalah," Satsuki menunjuk pada Kise, "karena kau tidak pernah mengatakan 'aku menyukaimu' pada [y/n] dari dulu! Dan memperlakukannya seperti sejak awal kalian bertemu. Bahkan sampai sekarang. Bagaimana [y/n] bisa tahu kau menyukainya dan mungkin ia menyukaimu jika kau tidak pernah mengatakannya?"
Kise terdiam.
"Akashi-kun selangkah lebih maju karena ia mengatakannya lebih dahulu saat kita SMP. Dan karena ia sudah terbiasa bersama dengan Akashi-kun makanya ia merasakan perasaan yang istimewa padanya," Satsuki tampak menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"...jadi kesimpulannya aku terlambatkan?"
...
"Setidaknya katakan padanya apa yang kau rasakan. Setidaknya, kau akan merasa lebih lega, dan mungkin saja [y/n]-chan ternyata menyukaimu lebih daripada Akashi-kun," Satsuki mengedipkan matanya dan tampak menatap Kise yang terdiam selama beberapa lama.
"Bukankah lebih baik terasa awkward namun kau sudah berusaha mengatakannya daripada kau tidak berusaha sama sekali? Setidaknya kau akan merasa lega. Kau tidak akan merasakan beban akan perasaan yang kau simpan hingga sekarang," dan sebuah trigger lagi dari Satsuki membuat Kise berdiri dari tempatnya tiba-tiba hingga hampir membuat kursinya terjatuh.
"Aku akan menemuinya."
"Berusahalah!" Satsuki tampak menyemangati Kise, sebelum pemuda itu berlari meninggalkan café tempat mereka bertemu. Namun, saat Kise sudah menghilang Satsuki segera tersadar satu hal yang penting saat ini.
"KAU BILANG AKAN MENTRATIRKU!"
.
.
"Jadi, kenapa kau tiba-tiba datang kemari Akashi-kun?"
Kau baru saja mencari Kise yang tiba-tiba menghilang saat jam makan siangnya, saat ternyata Akashi datang dan mengajakmu untuk berbincang di tempat lainnya. Dan kalian berakhir di atap bangunan tempat kau dan Kise bekerja. Berdua, dengan suasana yang sepi tidak ada suara apapun. Gedung itu cukup tinggi untuk meredam suara mobil dibawah jika berada di atap gedung seperti saat ini.
"Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu..."
Kise baru saja sampai di gedung saat menanyai keberadaanmu dan akan membuka pintu menuju ke atap gedung saat suara Akashi menghentikannya. Di tangannya, terdapat sebuah buket bunga lili putih yang tertata rapi hanya untuk menemuimu.
"Ada apa?"
...
"...menikahlah denganku [y/n]," suara itu tampak terdengar perlahan, namun menggema di tempat itu. Dimana hanya ada Akashi dan kau, dan Kise yang mendengar jelas semua itu. Buket bunga itu terlupakan, tampak remuk saat genggaman tangan Kise tampak mengerat disana.
Ah, ia lupa-Kise melupakan perasaan lainnya yang tidak akan pernah berubah saat ini. Perasaan kehilangan, yang sempat ia rasakan saat SMP dulu. Ketika Akashi menyatakan perasaannya pada [y/n]. Dan kali ini, perasaan itu kembali muncul-dan semakin terasa olehnya.
"Bukankah lebih baik terasa awkward namun kau sudah berusaha mengatakannya daripada kau tidak berusaha sama sekali? Setidaknya kau akan merasa lega. Kau tidak akan merasakan beban akan perasaan yang kau simpan hingga sekarang,"
Mungkin inilah saat yang dikatakan oleh Satsuki. Perasaan saat ia merasakan beban karena perasaan yang ia simpan sampai sekarang padamu. Beban, yang mungkin akan dibawa oleh Kise seumur hidupnya.
Genggaman tangan itu mengendur, ia mengacak rambut kuningnya sambil menghela napas dan berbalik meninggalkan tempat itu setelah meninggalkan buket bunga lili putih itu di depan pintu. Ia tidak perlu mendengarkan jawaban darimu untuk itu.
"Ya..."
Kau tersenyum pada pemuda dihadapanmu.
.
.
Rasanya waktu benar-benar berjalan lebih cepat daripada yang dibayangkan oleh Kise. Ketika satu bulan berlalu, dua bulan berlalu, dan setengah bulan sudah berlalu. Dan hari ini, tampak suara lonceng gereja terdengar menggema di pernikahan suci itu. Dimana kau-[y/n] akan menyandang nama Akashi di namamu. Menjadi istri sah dari Akashi Seijuurou-cinta pertamamu dan terakhirmu.
Semua orang berbahagia, memberikanmu selamat atas pernikahanmu. Begitu juga dengan sahabat baikmu Kise yang datang dan tersenyum padamu mengucapkan selamat. Tanpa tahu jika kau sudah memberikan sebuah luka yang tidak akan bisa disembuhkan begitu saja di dalam hatinya.
"Kau tidak pernah mengatakannya...?"
Kise berbalik dan menatap kearah Satsuki yang tersenyum padanya. Kise hanya menggeleng, Satsuki benar, Kise tidak pernah mengatakannya. Pada akhirnya, ia menyerah. Perasaannya tidak pernah tersampaikan, dan beban yang dirasakannya benar-benar terasa berat.
"Aku tidak bisa mengatakannya Satsuki-cchi..."
Satsuki menghela napas dan menepuk pundak Kise sebelum berjalan melewatinya setelah mengatakan satu hal padanya.
"Kurasa, seharusnya aku lebih mendorongmu sejak awal Kise," ia menoleh dan melihat kearah depan, "aku akan meninggalkan kalian berdua."
.
.
"Kau benar-benar bisa mengatur waktumu untuk datang ke pesta ini Kise!"
"Tentu saja, memangnya siapa yang akan melewatkan pernikahan kedua sahabat dan juga mantan kaptenkukan?" Kise tersenyum padamu yang tampak masih mengenakan gaun putih itu. Cincin perak yang berkilauan di jari manismu menandakan kalau kau sudah mengikat janji suci dengan Akashi Seijuurou.
"Kau memang sahabat yang terbaik Kise..."
Sahabat. Kau tidak pernah menyangka jika perkataan itu akan terasa menyakitkan oleh Kise.
"Dan kau benar-benar mendorongku dengan kata-katamu saat kau mengatakan percaya bahwa ada perasaan cinta yang tidak akan pernah berubah," kau terlihat bahagia. Senyuman itu tidak lepas dari wajahmu saat menceritakan bagaimana kau benar-benar bersyukur memiliki sahabat seperti Kise.
"La-lalu dimana Akacchi?"
"Sedang berbicara dengan Kuroko dan juga yang lainnya," kau menoleh pada Akashi yang tampak berbincang dengan Kuroko dan Satsuki serta seluruh anggota Kiseki lainnya. Tentu selain dirimu, "aku benar-benar bahagia saat ia mengatakan kalau ia ingin menikah denganku Ryouta."
Kise tidak mengatakan apapun selama beberapa saat dan menatapmu. Senyuman manismu, senyuman yang paling manis dan wajahmu yang paling cantik yang pernah dilihat oleh Kise. Namun semua itu bukan miliknya.
"Kise?"
.
.
"[Y/n], aku-"
"Ya?"
.
.
Aku menyukaimu...
Sejak lama.
Bahkan sebelum kau dan aku mengenal Akacchi...
Bahkan sebelum itu.
.
.
"...tidak. Tidak ada apa-apa..."
.
.
[ "(I won't say) I'm in love-with you." ]
Halo ^^ disini saya pemilik Akun Angstlicious membuat ffic KnB pertama saya :') oke saya tau abal dan mungkin saja OOC. Tapi tangan saya gatal buat ga nulis ffic ini-dan malah jadi selesai aja wansut disini.
Seperti nama saya dan juga judul ffic ini, ffic ini akan berisi tentang oneshoot dengan prompt Angst dari "The Ultimate Angst Prompt List" yang bakal saya acak dan ga semua saya ambil :) dan untuk prompt pertama "I (won't say) I'm in love" entah kenapa saya demen pake Kise sama Akashi. Maunya si Shin-chan sama Akashi atau Shinchan saya Takao, tapi yang ngalir idenya malah dua orang ini Lol.
Oke, maaf saya ngebacot. Intinya, hope you enjoy it~
Ada yang mau request prompt? Khusus Angst genre tapi :) dan pairing juga boleh. Tapi sekali lagi ntar jadinya Angst oke? ^^
BTW disini ada beberapa scene yang saya adaptasi dari salah satu ffic; jadi mungkin terlihat familiar tapi tidak semuanya :)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro